Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kisah Warga Cawang yang Kerap Kebanjiran, Bersedia Lahan Dibebaskan asal Ada Ganti Rugi

Kompas.com - 27/02/2023, 06:10 WIB
Nabilla Ramadhian,
Nursita Sari

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Kawasan Taman Harapan di Kelurahan Cawang, Kecamatan Kramatjati, Jakarta Timur, menjadi salah satu area yang terdampak pembebasan lahan untuk normalisasi Kali Ciliwung.

Untuk diketahui, normalisasi Kali Ciliwung adalah program pemerintah untuk menangani banjir di Ibu Kota.

RW 003 Kelurahan Cawang merupakan salah satu yang terdampak pembebasan lahan.

Di sana, ada sejumlah RT yang akan dibebaskan lahannya, yakni RT 002, RT 004, RT 006, RT 007, RT 008, dan RT 015.

Baca juga: BERITA FOTO: Potret Rumah-rumah Terbengkalai di Bantaran Kali Ciliwung Cawang

Salah satu pengurus RT 015 RW 003 Kelurahan Cawang, Aji, mengatakan bahwa warga yang paling banyak terkena pembebasan lahan ada di RT 015.

“Paling banyak terdampak itu di RT 015," kata dia di Kelurahan Cawang, Rabu (22/2/2023).

Aji merupakan warga asli RT 015 RW 003. Ia lahir dan besar di sana. Rumahnya hanya berjarak sekitar 50-60 meter dari bantaran Kali Ciliwung. Banjir adalah musibah yang sudah biasa baginya.

Ia mengungkapkan, banjir di kawasannya lebih sering disebabkan oleh air kiriman dari Bogor. Jika Bogor sedang musim hujan, Aji dan warga lainnya langsung siap-siap menghadapi banjir.

"Tapi kalau kayak kemarin, di Jakarta hujan deras, volume air di Kali Ciliwung palingan naik aja. Enggak sampai banjir besar," ungkap dia.

Baca juga: Warga Cawang: Walau Berat Hati, Kami Siap Digusur untuk Normalisasi Ciliwung, asal Ganti Ruginya Wajar...

Aji menambahkan, permukimannya pernah mengalami banjir yang cukup parah pada 2007.

Volume banjir saat itu membuat air meluap hingga Warung Bebe. Lokasinya cukup jauh dari bantaran Kali Ciliwung dan datarannya lebih tinggi.

"Ketinggian banjir di area bantaran kali bisa 8 meter lebih, kalau di lapangan sini sekitar 2 meter, dan di area warung 1 meter. Soalnya tanahnya (dari Warung Bebe) semakin menurun," jelas Aji.

Tingginya volume air banjir di permukiman dekat bantaran kali membuat bangunan-bangunan di sana terendam.

Beberapa rumah bertingkat dua sampai tergenang hingga atap.

Sementara itu, rumah Aji terendam setinggi 4-5 meter ketika banjir parah.

Menaruh barang di lantai atas

Aji mengatakan bahwa rata-rata rumah di wilayahnya bertingkat. Jadi, ketika musim banjir tiba, warga setempat sudah bersiap-siap menaikkan barang-barang ke lantai atas.

Sementara itu, warga yang tinggal di rumah satu lantai biasanya mengungsikan barang-barang ke lapangan. Ada pula yang menitipkannya ke tetangga yang rumahnya bertingkat.

Baca juga: Warga Cawang yang Terdampak Normalisasi Ciliwung Ogah Direlokasi ke Rusun

Salah satu warga setempat berinisial A menambahkan, terkadang orang-orang hanya mengungsikan barang-barang penting.

Sementara itu, barang-barang seperti bangku, meja, dan lainnya dibiarkan terendam banjir.

Banjir membawa lumpur dan tanah

Perumahan di RT 15 RW 03 Kelurahan Cawang, Kecamatan Kramat Jati, Jakarta Timur, yang terdampak pembebasan lahan terkait normalisasi Kali Ciliwung, Rabu (22/2/2023).kompas.com / Nabilla Ramadhian Perumahan di RT 15 RW 03 Kelurahan Cawang, Kecamatan Kramat Jati, Jakarta Timur, yang terdampak pembebasan lahan terkait normalisasi Kali Ciliwung, Rabu (22/2/2023).
Banjir yang melanda RW 003 Cawang juga membawa tanah dan lumpur sehingga bantaran kali tampak lebih tinggi akibat gunungan tanah tersebut.

Dahulu, tanah di bantaran kali rata dengan lantai rumah-rumah di bagian belakang kawasan Taman Harapan.

Saat ini, tanah di bantaran kali sudah menjadi gundukan hingga menutupi setengah pintu dan jendela belakang rumah-rumah di sana.

Sebagian besar rumah di dekat bantaran kali sudah tidak dihuni. Selain karena kondisi tersebut, juga karena bangunan sudah rusak akibat banjir.

"Dulu pas saya kecil, di sini (bantaran kali) pada suka main bola. Ada ayunan juga. Cuma karena tanah semakin naik karena tumpukan lumpur, jadi terbengkalai (areanya)," kata Aji.

Baca juga: Banyak Rumah Dibiarkan Kosong di Bantaran Kali Ciliwung di Cawang karena Selalu Kebanjiran

Para pemilik rumah-rumah tersebut sudah lelah karena harus selalu membersihkannya akibat banjir.

Fondasi bangunan juga mulai kurang memadai karena terus terpapar air, sehingga bagian-bagian bangunan yang terbuat dari kayu sudah lapuk dan hancur. Ada pula bangunan yang roboh akibat banjir.

A, salah satu warga yang masih bertahan tinggal di dekat bantaran kali, mengatakan bahwa rumah-rumah yang kini kosong sebelumnya pernah dikontrakkan.

Namun, banjir membuat para penghuni rumah sulit mencari akses keluar, terutama saat hari kerja.

"Jadi udah ngontrak, mau berangkat kerja juga susah karena enggak ada akses, jadi mending pindah," jelas A.

Aji menambahkan, rumah-rumah di bagian belakang Taman Harapan masih ramai dihuni hingga awal 2021, tetapi beberapa orang mulai meninggalkan area tersebut.

Bertahan meski kebanjiran

Perumahan di RT 15 RW 03 Kelurahan Cawang, Kecamatan Kramat Jati, Jakarta Timur, yang terdampak pembebasan lahan terkait normalisasi Kali Ciliwung, Rabu (22/2/2023).kompas.com / Nabilla Ramadhian Perumahan di RT 15 RW 03 Kelurahan Cawang, Kecamatan Kramat Jati, Jakarta Timur, yang terdampak pembebasan lahan terkait normalisasi Kali Ciliwung, Rabu (22/2/2023).
Sementara itu, warga di bagian depan Taman Harapan tetap bertahan tinggal di sana meski sering kebanjiran.

Aji mengatakan bahwa warga di lingkungannya sudah terbiasa kebanjiran.

"Walau emang nyusahin, pas banjir itu di sini orang pada ngumpul keluar. Jadi rasa guyubnya ada," kata Aji.

"Normalisasi (Ciliwung) ini untuk dampak lebih luas emang baik. Cuma, untuk masyarakat di sini lebih memilih kebanjiran daripada harus digusur," sambung Aji.

Baca juga: Banjir Memang Menyusahkan, tapi Kami Lebih Pilih Kebanjiran daripada Digusur...

Warga A yang sudah terbiasa kebanjiran, menganggap banjir sebagai momen untuk mencuci rumah.

A biasanya menaruh barang di lantai dua atau tiga rumah ketika banjir mulai menggenang.

"Anggap aja rumahnya lagi dicuci setiap kebanjiran," kata A di lokasi.

Meskipun demikian, menurut Aji, warga Taman Harapan bersedia lahan tempat tinggalnya dibebaskan untuk normalisasi Ciliwung.

Asalkan, warga menerima uang ganti rugi yang sepadan untuk membeli rumah di lokasi lain.

Baca juga: Pembebasan Lahan di Cawang untuk Normalisasi Kali Ciliwung, Warga Terdampak: Informasi Cuma Segelintir

Warga tidak mau direlokasi ke rumah susun (rusun). Sebab, unit rusun tersebut bukan menjadi milik warga. Mereka juga harus memikirkan uang sewa rusun tiap bulannya.

"Kalau pemerintah membutuhkan normalisasi, warga di sini siap walaupun berat hati, tapi dengan biaya penggantian yang wajar, kami bisa ambil rumah lagi di luar kawasan ini," ujar Aji.

Adapun Presiden Joko Widodo memberikan tenggat waktu dua tahun untuk merampungkan program normalisasi Kali Ciliwung.

Karena itu, Pemprov DKI akan membebaskan lahan untuk normalisasi tersebut.

Baca juga: Normalisasi Ciliwung, Heru Budi Akui Ada Bidang Lahan yang Belum Dibebaskan

Selama 2021-2022, Pemprov DKI telah membebaskan 324 bidang untuk normalisasi Kali Ciliwung.

Pemprov DKI akan membebaskan lagi 6,5 hektar lahan untuk program serupa pada tahun ini. Anggarannya mencapai Rp 469 miliar.

Lahan yang akan dibebaskan terletak di empat kelurahan di Ibu Kota, yakni Cililitan, Rawajati, Cawang, dan Kampung Melayu.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

[POPULER JABODETABEK] Warga yang 'Numpang' KTP Jakarta Protes NIK-nya Dinonaktifkan | Polisi Sita Senpi dan Alat Seks dari Pria yang Cekoki Remaja hingga Tewas

[POPULER JABODETABEK] Warga yang "Numpang" KTP Jakarta Protes NIK-nya Dinonaktifkan | Polisi Sita Senpi dan Alat Seks dari Pria yang Cekoki Remaja hingga Tewas

Megapolitan
Harga Bawang Merah Melonjak, Pemprov DKI Bakal Gelar Pangan Murah

Harga Bawang Merah Melonjak, Pemprov DKI Bakal Gelar Pangan Murah

Megapolitan
Pemprov DKI Diminta Lindungi Pengusaha Warung Madura Terkait Adanya Permintaan Pembatasan Jam Operasional

Pemprov DKI Diminta Lindungi Pengusaha Warung Madura Terkait Adanya Permintaan Pembatasan Jam Operasional

Megapolitan
Kronologi Brigadir RAT Bunuh Diri Pakai Pistol di Dalam Alphard

Kronologi Brigadir RAT Bunuh Diri Pakai Pistol di Dalam Alphard

Megapolitan
Polisi Pastikan Kasus Dugaan Pemerasan Firli Bahuri Masih Terus Berjalan

Polisi Pastikan Kasus Dugaan Pemerasan Firli Bahuri Masih Terus Berjalan

Megapolitan
Brigadir RAT Diduga Pakai Pistol HS-9 untuk Akhiri Hidupnya di Dalam Mobil

Brigadir RAT Diduga Pakai Pistol HS-9 untuk Akhiri Hidupnya di Dalam Mobil

Megapolitan
Korban: Guling yang Dicuri Maling Peninggalan Almarhum Ayah Saya

Korban: Guling yang Dicuri Maling Peninggalan Almarhum Ayah Saya

Megapolitan
Guling yang Dicuri Maling di Cinere Usianya Sudah Belasan Tahun

Guling yang Dicuri Maling di Cinere Usianya Sudah Belasan Tahun

Megapolitan
Khawatir Rumahnya Diambil Pemerintah, Banyak Warga Tanah Tinggi Tak Ikut Program 'Bebenah Kampung'

Khawatir Rumahnya Diambil Pemerintah, Banyak Warga Tanah Tinggi Tak Ikut Program "Bebenah Kampung"

Megapolitan
Anggota Polresta Manado Tembak Kepalanya Pakai Senpi, Peluru Tembus dari Pelipis Kanan ke Kiri

Anggota Polresta Manado Tembak Kepalanya Pakai Senpi, Peluru Tembus dari Pelipis Kanan ke Kiri

Megapolitan
Maling Guling Beraksi di Cinere, Korban: Lucu, Kenapa Enggak Sekalian Kasurnya!

Maling Guling Beraksi di Cinere, Korban: Lucu, Kenapa Enggak Sekalian Kasurnya!

Megapolitan
Kronologi Pengendara Moge Tewas Terlindas Truk Trailer di Plumpang

Kronologi Pengendara Moge Tewas Terlindas Truk Trailer di Plumpang

Megapolitan
Mayat Bayi di Tanah Abang, Diduga Dibuang Ayah Kandungnya

Mayat Bayi di Tanah Abang, Diduga Dibuang Ayah Kandungnya

Megapolitan
2 Pria Rampok Taksi 'Online' di Kembangan untuk Bayar Pinjol

2 Pria Rampok Taksi "Online" di Kembangan untuk Bayar Pinjol

Megapolitan
Heru Budi: Jakarta Bisa Benahi Tata Kota jika Pemerintahan Pindah ke IKN

Heru Budi: Jakarta Bisa Benahi Tata Kota jika Pemerintahan Pindah ke IKN

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com