JAKARTA, KOMPAS.com - Kepala Divisi Sekretaris Perusahaan PT Lintas Raya Terpadu (LRT) Jakarta Sheila Indira Maharshi menyatakan, jajarannya menargetkan keuntungan lebih dari Rp 8 miliar pada 2023.
Ia mengakui, keuntungan yang didapat LRT Jakarta mencapai Rp 8 miliar pada 2022.
Karena itu, pada 2023, jajarannya menargetkan keuntungan lebih tinggi dari tahun 2022.
"Iya, (target keuntungan) lebih dari Rp 8 miliar," ungkap Sheila di Kantor Suku Dinas Perhubungan (Dishub) Jakarta Selatan, Selasa (28/2/2023).
Baca juga: Tahun Ini Target Penumpang LRT Jakarta 2.500 Orang Per Hari
Ia menyebutkan, untuk meningkatkan keuntungan pada 2023, PT LRT Jakarta hendak memaksimalkan pemasukan dari penjualan non-tiket (non-farebox).
Caranya, kata Sheila, yakni menyewakan lahan di berbagai tempat milik PT LRT Jakarta sebagai lokasi usaha.
Tempat yang bisa disewa sebagai lokasi usaha seperti stasiun LRT Jakarta dan kantor pusat LRT Jakarta.
"Ada area-area di stasiun maupun di kantor pusat kami yang memungkinkan disewa oleh retail. Jadi, mereka menyewa lokasi yang kemudian itu menjadi salah satu pendapatan non-farebox kami," urai dia.
Baca juga: Jadwal LRT Terakhir dari Pegangsaan Dua ke Velodrome
Sheila melanjutkan, PT LRT Jakarta juga mengejar pemasukan non-farebox dengan cara melakukan perawatan terhadap Kereta Layang (Skytrain) Bandara Soekarno-Hatta.
PT LRT Jakarta, imbuh dia, memang memiliki peralatan untuk melakukan perawatan terhadap skytrain bandara tersebut.
Kata Sheila, cara lain mengejar pemasukan non-farebox juga dilakukan dengan menyewakan kereta LRT Jakarta sebagai tempat membuat iklan.
"Sekarang beberapa jenama lokal mulai melirik nih, misalnya syuting atau promo produk, launching di LRT," ucapnya.
"Kami sudah beberapa kali aktivasi, ternyata potensinya bagus dan ke depan ini akan jadi salah satu proyeksi untuk mendorong non-farebox ini," lanjut dia.
Baca juga: September 2024, Ada Rute Baru LRT Jakarta Velodrome-Manggarai
PT LRT Jakarta juga hendak kembali membuat kegiatan yang berlokasi di rangkaian keretanya sendiri seperti Train to Apocalypse.
Adapun kegiatan itu sempat terlaksana pada Agustus 2022. Pengunjung LRT Jakarta seolah-olah dikejar zombie di kereta, layaknya film Train to Busan.
"Kami belajar, ternyata kalau ada sesuatu di stasiun, penumpang jadi ramai banget. Setelah event (Train to Apocalyse) pun, penumpang tetap ramai. Ternyata dari event itu, orang jadi tahu LRT, jadi mendorong jumlah penumpang juga," urai Sheila.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.