JAKARTA, KOMPAS.com - Ketua RW 05 Kelurahan Kampung Melayu, Feri, menyebut bahwa banjir di wilayahnya cenderung makin parah dari tahun ke tahun.
Bahkan pada 2007 dan tahun 2021, ketinggian banjir di wilayah itu bisa mencapai 2 meter lebih.
"Banjir paling parah itu 2007 dan 2021. Pas 2007, banjirnya sampai naik ke loteng di rumah saya," ujar dia di Kebon Pala, Kelurahan Kampung Melayu, Kecamatan Jatinegara, Jakarta Timur, Jumat (3/3/2023).
Feri termasuk salah satu orang lama di RW 05 Kelurahan Jatinegara. Ia lahir dan besar di sana.
Sejak 1960-an, ia sudah merasakan banjir. Namun, pada saat itu banjir tidak separah saat ini.
"Dulu palingan sebatas lutut orang dewasa, sekitar 30 centimeter (cm)," terang Feri.
Menurut dia, salah satu yang semakin memperparah keadaan banjir di Kampung Melayu adalah badan sungai yang menyempit.
Adapun hal ini karena beberapa orang mendirikan permukiman semakin maju ke arah bantaran Kali Ciliwung.
"Rumah warga yang semakin maju ke bantaran kali juga salah satu penyebab terjadinya banjir," papar Feri.
"Dulu di bantaran kali enggak ada permukiman. Masih jauh dari bantaran kali. Makin ke sini, pemukiman semakin dekat ke bantaran kali," imbuh dia.
Terkait banjir pada 2007, menurut Feri, saat itu ketinggiannya mencapai area loteng rumahnya.
Padahal, ucap dia, rumahnya berada di area yang lebih tinggi.
Menurut Feri, rumah-rumah yang berada di bagian belakang RW 05, termasuk di bantaran Kali Ciliwung, terdampak banjir lebih dari 2 meter.
"Kalau yang di bawah (area) rumah saya bisa lewat (dari 2 meter). Bisa 2 meter lebih. Lebih parah lagi mereka banjirnya," ungkap Feri.
"Tahun 2021 juga sama parahnya, tapi di rumah saya enggak sampai naik ke loteng banjirnya," sambung dia.