JAKARTA, KOMPAS.com - Kerasnya perjuangan hidup untuk mencari uang begitu dirasakan Sutinah (50) dan Isah Porinah (49), dua wanita yang bekerja sebagai buruh gendong di Pasar Beringharjo, Kota Yogyakarta.
Bagaimana tidak, pada usia keduanya saat ini, Sutinah dan Isah masih harus bekerja ekstra keras untuk mengangkut beragam barang di pasar demi upah yang tak seberapa dan tak menentu.
Perihal upah, ini menjadi masalah utama yang dialami Sutinah dan Isah maupun para buruh gendong lainnya.
Sebab, tidak ada standar untuk upah bagi buruh gendong, hanya berdasarkan keikhlasan para pengguna jasa angkut barang.
Baca juga: Kisah Kuli Angkut di Pelabuhan Sunda Kelapa, Kerja Sepagi Mungkin demi Bayaran Lebih Besar
lsah menuturkan bahwa buruh gendong di Pasar Beringharjo rata-rata diberi upah sebesar Rp 5.000 untuk sekali angkut dengan beban 30-50 kilogram.
Jika bertemu pelanggan yang dermawan, mereka bisa mendapat bayaran yang lebih dari rata-rata, misalnya Rp 10.000 sekali angkut.
Namun, terkadang mereka juga diberi upah yang tak manusiawi oleh beberapa pengguna jasa angkut barang.
"Saya pernah diminta angkat barang dari lantai satu sampai lantai tiga, tapi ditawari upah hanya Rp 1.500. Ya saya tolak. Untuk beli minuman saja enggak cukup kalau Rp 1.500," tutur Isah, dilansir dari Harian Kompas, Senin (13/3/2023).
Meskipun begitu, lsah mengakui, upaya standarisasi upah buruh gendong sulit untuk diwujudkan.
Baca juga: Kuli Angkut di Pelabuhan Sunda Kelapa Rugi Besar di Kala Musim Hujan
Hal ini dikarenakan buruh gendong di area penjualan pakaian di Pasar Beringharjo memiliki cara kerja berbeda dengan buruh gendong di area lain.
Di area penjualan sayuran, misalnya, buruh gendong biasanya hanya diminta mengangkat barang dari satu tempat ke tempat lain.
Oleh karena itu, waktu yang dibutuhkan hanya beberapa menit saja. Mereka inilah yang biasa mendapat bayaran Rp 5.000 untuk sekali angkat barang.
Sementara itu, buruh gendong di area pakaian biasanya diminta membawakan barang belanjaan pembeli sembari mengikuti pembeli berbelanja dari satu tempat ke tempat lain.
Baca juga: Perjuangan Danuji, 33 Tahun Jadi Porter Stasiun Pasar Senen untuk Hidupi Anak Istri di Kampung
Aktivitas itu bisa memakan waktu beberapa jam. Karena harus bekerja dalam waktu berjam-jam, buruh gendong di area pakaian bisa dibayar hingga Rp 100.000 per sekali angkut.
"Tapi, ya, tidak setiap hari bisa dapat bayaran sampai Rp 100.000 gitu. Ada juga buruh gendong (di area pakaian) yang cuma dibayar Rp 5.000 setelah ngikuli pembeli ke sana kemari," ungkap Isah yang merupakan Ketua II Paguyuban Buruh Gendong Sayuk Rukun Pasar Beringharjo.
Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!
Syarat & KetentuanPeriksa kembali dan lengkapi data dirimu.
Data dirimu akan digunakan untuk verifikasi akun ketika kamu membutuhkan bantuan atau ketika ditemukan aktivitas tidak biasa pada akunmu.
Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.