"Pengalaman menghapus tato rasanya kayak diceples karet, pedas dan lebih ke rasa panas. Tadi dihapus pakai laser," ujar Dede.
Dede juga tidak menampik, menghapus tato lebih sakit daripada saat ia menato tubuhnya.
Meski begitu, ia tetap akan mengikuti kembali kegiatan hapus tato agar tato pada tangan kirinya benar-benar hilang.
Sebelumnya, Dede sudah pernah mengikuti kegiatan serupa. Namun, tato pada tangan kirinya tidak langsung menghilang.
Dede mengatakan, proses penghapusan tato memang harus dilakukan beberapa kali supaya benar-benar hilang.
Oleh karena itu, ia kembali mengikuti kegiatan hapus tato yang digelar pada Selasa. Ia fokus menghapus tato pada tangan kirinya.
"Kalau tahun depan diadakan lagi, udah pasti bakal ikut lagi buat hapus tato. Fokusnya satu-satu dulu tatonya, sampai hilang dulu. Kalau udah hilang, pindah ke tato lain," terang Dede.
Lutfi (27) adalah peserta lainnya dalam kegiatan hapus tato gratis ini. Ia datang bersama seorang teman yang juga ingin menghapus tato.
Lutfi tampak sangar dengan kumis tebalnya. Tampilannya dilengkapi dengan kaus hitam, jam tangan hitam biru, dan celana jin biru pudar.
Sembari menunggu gilirannya, Lutfi tampak asyik mengobrol dengan temannya, sambil sesekali tertawa.
"Bertato dari 2017. Ikut kegiatan hapus tato karena menyesal, dulu karena pergaulan jadi menato," ungkap Lutfi di lokasi.
Lutfi menjelaskan, pergaulan memengaruhi keputusannya untuk menato tubuhnya. Dahulu, ia sering berkumpul dengan teman-temannya di kafe dan bar.
Ia pun memiliki banyak teman yang menggeluti seni tato.
"Saya nongkrong di studio tato, jadi ditawarin. Saya ini dapat tato gratis," ujar Lutfi.
Baca juga: Hapus Tato Lebih Sakit daripada Saat Ditato, Warga: Rasanya Seperti Diceples Karet
Saat gilirannya tiba usai diperiksa dokter, Lutfi berjalan dengan santai dan tegap ketika menghampiri meja penghapusan tato.