Dengan bukti chat yang sangat sedikit dan terpenggal-penggal, bagaimana bisa dipastikan bahwa simpulan yang terbangun (bahwa Teddy mengorkestrasi penyisihan, penggantian, dan penjualan narkoba) akan akurat?
Apalagi bisa dipastikan bahwa nukilan bukti chat dikumpulkan penyidik bukan secara acak, melainkan diambil dengan tujuan tertentu (purpossive sampling), maka sangat mungkin potongan-potongan chat Teddy dirangkai sedemikian rupa untuk mendukung tujuan (purpose) tertentu.
Indikasi manipulasi bukti forensik juga terlihat pada chat antara Teddy dan Dody yang kemudian diklaim Dody sebagai perintah Teddy agar dirinya mengganti sabu dengan tawas sebagai bonus bagi anggota (kepolisian).
Jika chat tersebut hanya berupa teks (kata-kata), maka--tanpa tedeng aling-aling--saya meyakini bahwa itu mutlak merupakan perintah salah dari orang (Teddy) yang memiliki niat jahat (criminal intent).
Namun di persidangan saya ketahui bahwa chat tersebut telah diutak-atik, yakni emoji berupa wajah tertawa dihilangkan sepenuhnya.
Alhasil, begitu emoji dimunculkan sebagaimana chat Teddy aslinya, penilaian saya serta-merta berubah. Tentu perubahan ini berdasar, yakni sekitar seratus riset tentang komunikasi kriminal yang memuat emoji.
Simpulannya, emoji mendatangkan konteks dan emosi yang mengubah interpretasi pesan secara keseluruhan.
Begitu signifikannya dampak emoji, sehingga otoritas peradilan di sekian yuridiksi pun menyusun kamus serta panduan bagi hakim untuk memahami komunikasi tertulis yang memuat emoji.
Dengan kata-kata yang sama, namun memuat emoji tertawa, makna pesan TM menjadi serba relatif. Tidak lagi bisa secara absolut dipahami sebagai perintah.
Apalagi chat Dody atas chat Teddy itu ternyata juga memuat emoji tertawa. Klop sudah, kedua perwira tersebut berada di gelombang yang sama bahwa chat mereka tidak bersifat vertikal (perintah) dari Teddy ke Dody. Kedua polisi itu tahu satu sama lain ihwal konteks senda gurau dalam chat mereka.
Dari chat TM dan DP itu, mari kembali ke Fabricated Confession.
Menduplikasi pembelaan diri Richard Eliezer, Dody mengaku bahwa perbuatannya menjual narkoba kepada Linda dilatari oleh perintah jahat atau tekanan Teddy yang tidak mampu ia tolak.
Pembelaan diri semacam ini diistilahkan sebagai superior order defence (SOD). Pertanyaannya, seberapa meyakinkan SOD yang diajukan oleh Dody? Sama persis dengan SOD yang diangkat Richard Eliezer?
Dalam khazanah psifor, SOD diuji lewat tiga tahap secara berurutan. Pertama, pastikan terlebih dahulu bahwa perintah salah dari atasan benar-benar ada secara objektif. Pada tahap ini saja klaim SOD oleh Dody seketika patah.
Sebagaimana diuraikan di alinea terdahulu, chat Teddy dan Dody yang memuat teks dan emoji tertawa memperlihatkan bahwa keduanya tidak berinteraksi dalam konteks perintah atasan kepada bawahan.