KOMPAS.com - Buruknya kualitas udara Jakarta beberapa hari terakhir, perlu diwaspadai, khususnya terhadap anak, karena membawa dampak buruk pada kesehatan.
Dari data IQAir pada 2 Juni 2023, indeks kualitas udara (Air Quality Index) di Jakarta tercatat berada di angka 129, yang masuk kategori tidak sehat.
Bahkan dalam seminggu belakangan, sejak 29 Mei 2023, indeks kualitas udara harian di Ibu Kota selalu di atas 150, dengan catatan tertinggi pada hari Minggu (28/5/2023) di angka 156.
Padahal, menurut IQAir, indeks kualitas udara yang baik berkisar di angka 0-50.
Terkait hal ini, Dokter Spesialis Anak, dr. Satrio Bhuwono Prakoso M.Ked (Ped) Sp.A memaparkan sejumlah dampak bila anak terus menerus terpapar polutan yang tinggi.
Baca juga: Ikhtiar untuk Memperbaiki Kualitas Udara Jakarta
Menurut dia, saat kualitas udara buruk, anak rawan terkena infeksi saluran nafas atas, termasuk batuk pilek yang diikuti demam.
Serta bisa pula terjadi pembesaran amandel, bronkopneumonia atau infeksi paru-paru, dan kambuhnya asma pada anak.
"Anak usia di bawah dua tahun, bisa mengalami bronkiolitis, biasanya ada sesak nafas yang diikuti demam dan bunyi seperti asma," terang Dokter Satrio kepada Kompas.com, Jumat (2/6/2023).
Gangguan ini, kata dia terjadi akibat polutan udara yang terhirup masuk ke saluran pernapasan anak.
Di antaranya polutan PM 2.5 atau polutan yang berukuran 2,5 mikrometer
"Enggak hanya PM 2.5, polutan udara lain, termasuk PM 10, N02 dan S02 juga bisa meningkatkan mediator radang, menurunkan respons imun, sehingga virus dan bakteri lebih mudah menginfeksi saluran nafas serta menimbulkan peradangan," terang dia.
Baca juga: Kualitas Udara Jakarta Mengkhawatirkan, Penyakit Pernapasan Pun Mengintai
Untuk itu, Dokter Satrio mengimbau agar para orangtua ikut memantau aktivitas anak, terutama bila anak memiliki aktivitas padat di luar ruangan.
"Jauhkan dari paparan asap seperti asap masakan, bakar sampah, rokok, vape, kendaraan. Sebisa mungkin jangan keluar rumah. Kalaupun keluar rumah, pakaikan masker," Dokter Satrio berujar.
Selain itu, baiknya hindari anak terkena hujan karena banyak partikel polusi jatuh bersamaan dengan air hujan.
"Pemantauan aplikasi polusi udara berkala juga direkomendasikan," tutup dia.
Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!
Syarat & KetentuanPeriksa kembali dan lengkapi data dirimu.
Data dirimu akan digunakan untuk verifikasi akun ketika kamu membutuhkan bantuan atau ketika ditemukan aktivitas tidak biasa pada akunmu.
Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.