Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Tidak Ada Kado Istimewa di HUT Ke-496 DKI Jakarta

Kompas.com - 22/06/2023, 06:33 WIB
Abdul Haris Maulana,
Larissa Huda

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Hari ini genap sudah DKI Jakarta menginjak usia ke-496 tahun. Kota yang bermula kawasan pelabuhan Sunda Kelapa ini masih menyimpan sejuta impian.

Namun, hal-hal krusial masih menjadi penghalang harapan-harapan itu terwujud, khususnya bagi orang-orang yang ada di dalamnya.

Pagi ini saja, Jakarta mendapat kado berupa kualitas udara yang buruk. IQAir mencatat, indeks kualitas udara hari ini sudah mencapai 161 pada pukul 05.00 WIB, yang artinya tidak sehat.

Baca juga: [POPULER JABODETABEK] Pendeta yang Mengaku Dibentak Oknum Babinsa Diminta Lapor Koramil | Warga Hidup Tak Layak di Kolong Tol

Selain itu, kemacetan masih mendera setiap pada hari kerja di Jakarta. Target memindahkan pengguna kendaraan pribadi ke angkutan umum belum berhasil.

Menurut Wakil Ketua Bidang Pemberdayaan dan Penguatan Kewilayahan Masyarakat Transportasi Indonesia (MTI) Pusat Djoko Setijowarno, sejumlah kebijakan untuk mengurai kemacetan masih terus menghadapi kendala.

"Beberapa solusi yang diterapkan belum efektif. Kebijakan three in one, ganjil genap tidak memberikan solusi yang mujarab," ucap Djoko kepada Kompas.com, dikutip Kamis (22/6/2023).

"Kebijakan jalan berbayar (electronic road pricing/ERP) mendekati di tahun politik tertunda. Khawatir tidak terpilih karena kebijakan tidak memihak calon pemilihnya," ucap Djoko.

Baca juga: Pengunjung Jakarta Fair yang Kehilangan Barangnya di Penitipan Mengaku Rugi Rp 200.000

Di balik kemegahan Ibu Kota, tak semua warganya hidup layak dan nyaman. Meski tak nyaman, mereka bertahan di bawah kehidupan jalanan.

Salah satunya, seratusan warga memilih tinggal di kolong Jalan Tol Cawang-Tomang-Pluit Kilometer 17, Jelambar Baru, Jakarta Barat, akibat kesulitan ekonomi.

Sejumlah wilayah juga menjadi titik merah rawan tawuran. Mirisnya, pecahnya tawuran di sudut Ibu Kota tak sedikit dikaitkan dengan pengalihan transaksi narkoba yang berlangsung diam-diam.

Sosiolog Universitas Negeri Jakarta (UNJ), Rakhmat Hidayat, berujar ada hubungan yang tak dapat dipisahkan dari fenomena tawuran dengan transaksi narkoba. Di beberapa titik, kata dia, jaringan ini sudah mengakar di tengah masyarakat.

"Jaringan ini kuat dan sudah mengakar di level masyarakat akar rumput dan berkaitan dengan isu ekonomi. Mereka melihat narkoba sebagai satu area untuk memenuhi kebutuhan mereka," ucap dia, Jumat (2/6/2023).

Baca juga: Ada Transaksi Narkoba Diam-diam di Balik Pecahnya Tawuran

Sosok pemimpin berani dan mengayomi

Masih kacaunya sederet masalah Jakarta yang belum terselesaikan, pakar kebijakan publik dari Universitas Trisakti, Trubus Rahadiansyah, menilai Jakarta membutuhkan pemimpin yang berkarakter dan punya keberanian untuk melakukan gebrakan.

Melihat situasi Jakarta saat ini, Trubus menilai Jakarta perlu dipimpin oleh sosok gubernur seperti Ali Sadikin yang berani. Saat itu, ia melegalkan perjudian dan prostitusi demi kebaikan bersama, yaitu dari sisi ekonomi.

Selain itu, kata dia, Jakarta juga perlu dipimpin oleh sosok seperti Sutiyoso. Menurut Trubus, Sutiyoso berani menginisiasi Transjakarta sebagai transportasi publik.

Halaman Berikutnya
Halaman:


Terkini Lainnya

Kasus Perundungan Siswi SMP di Bogor, Polisi Upayakan Diversi

Kasus Perundungan Siswi SMP di Bogor, Polisi Upayakan Diversi

Megapolitan
Disdik DKI Akui Kuota Sekolah Negeri di Jakarta Masih Terbatas, Janji Bangun Sekolah Baru

Disdik DKI Akui Kuota Sekolah Negeri di Jakarta Masih Terbatas, Janji Bangun Sekolah Baru

Megapolitan
Polisi Gadungan yang Palak Warga di Jaktim dan Jaksel Positif Sabu

Polisi Gadungan yang Palak Warga di Jaktim dan Jaksel Positif Sabu

Megapolitan
Kondisi Siswa SMP di Jaksel yang Lompat dari Lantai 3 Gedung Sekolah Sudah Bisa Berkomunikasi

Kondisi Siswa SMP di Jaksel yang Lompat dari Lantai 3 Gedung Sekolah Sudah Bisa Berkomunikasi

Megapolitan
Polisi Gadungan di Jaktim Palak Pedagang dan Warga Selama 4 Tahun, Raup Rp 3 Juta per Bulan

Polisi Gadungan di Jaktim Palak Pedagang dan Warga Selama 4 Tahun, Raup Rp 3 Juta per Bulan

Megapolitan
Pelajar dari Keluarga Tak Mampu Bisa Masuk Sekolah Swasta Gratis Lewat PPDB Bersama

Pelajar dari Keluarga Tak Mampu Bisa Masuk Sekolah Swasta Gratis Lewat PPDB Bersama

Megapolitan
Dua Wilayah di Kota Bogor Jadi 'Pilot Project' Kawasan Tanpa Kabel Udara

Dua Wilayah di Kota Bogor Jadi "Pilot Project" Kawasan Tanpa Kabel Udara

Megapolitan
Keluarga Korban Begal Bermodus 'Debt Collector' Minta Hasil Otopsi Segera Keluar

Keluarga Korban Begal Bermodus "Debt Collector" Minta Hasil Otopsi Segera Keluar

Megapolitan
Masih di Bawah Umur, Pelaku Perundungan Siswi SMP di Bogor Tak Ditahan

Masih di Bawah Umur, Pelaku Perundungan Siswi SMP di Bogor Tak Ditahan

Megapolitan
Polisi Gadungan di Jaktim Tipu Keluarga Istri Kedua Supaya Bisa Menikah

Polisi Gadungan di Jaktim Tipu Keluarga Istri Kedua Supaya Bisa Menikah

Megapolitan
Ini Berkas yang Harus Disiapkan untuk Ajukan Uji Kelayakan Kendaraan 'Study Tour'

Ini Berkas yang Harus Disiapkan untuk Ajukan Uji Kelayakan Kendaraan "Study Tour"

Megapolitan
Siswa SMP Lompat dari Gedung Sekolah, Polisi: Frustasi, Ingin Bunuh Diri

Siswa SMP Lompat dari Gedung Sekolah, Polisi: Frustasi, Ingin Bunuh Diri

Megapolitan
5 Tahun Diberi Harapan Palsu, Sopir Angkot di Jakut Minta Segera Diajak Gabung ke Jaklingko

5 Tahun Diberi Harapan Palsu, Sopir Angkot di Jakut Minta Segera Diajak Gabung ke Jaklingko

Megapolitan
Seorang Perempuan Luka-luka Usai Disekap Dua Pria di Apartemen Kemayoran

Seorang Perempuan Luka-luka Usai Disekap Dua Pria di Apartemen Kemayoran

Megapolitan
Korban Begal Bermodus 'Debt Collector' di Jaktim Ternyata Tulang Punggung Keluarga

Korban Begal Bermodus "Debt Collector" di Jaktim Ternyata Tulang Punggung Keluarga

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com