JAKARTA, KOMPAS.com - Menjadi pedagang kaki lima di Jakarta merupakan cara yang dipilih Sarno (51) untuk menghidupi keluarganya di Cikarang.
Dia mengendarai motor berisi dagangan siomaynya, membelah jalan-jalan protokol di Jakarta.
Ketika ditemui Kompas.com di kawasan Jalan Gatot Subroto, Sarno yang memakai kaos berwarna biru tua, terlihat sedang memakan dagangannya sendiri sambil menunggu pelanggan.
Ia lalu bercerita, sudah berdagang somay keliling sejak tahun 1997.
Dulunya, ia berdagang dengan sepeda. Namun kini ia memakai sepeda motor jenis bebek berwarna hitam untuk berjualan.
Baca juga: Cerita PKL di Jakarta Terbantu dengan Keberadaan PPSU, Lapaknya Dibersihkan Setiap Hari
Sarno mengatakan, berbagai pengalaman dari pahit hingga manis sudah dia rasakan di Ibu Kota.
Menurutnya, kebahagiaannya hanya ketika dagangan yang dibawanya pada hari itu ludes terjual.
Hal itu saja yang membuat dirinya dan keluarga senang.
"Namanya jualan ya kadang-kadang dikasih laris banget bahkan dikasih lebih, saya sudah senang sekali," curhat dia kepada Kompas.com, Rabu (26/8/2023).
Namun, beberapa kali juga ia menerima pengalaman pahit selama berjualan di Ibukota.
Contohnya, ia sering sekali diusir oleh petugas Satuan Polisi Pamong Praja (Satpol PP), ketika sedang memangkal.
Baca juga: Kala PKL Soroti Masalah Sampah di Jakarta yang Harus Segera Diatasi...
Namun, hal itu tak membuatnya emosi bahkan berkecil hati. Sarno tidak mau ambil pusing dan memilih untuk pindah lokasi dagang.
"Dia (petugas Satpol PP) jalankan tugasnya, saya dagang ya sama sama ngerti aja. Saya memikirkan rezeki saya enggak di sini, jadi mikirnya begitu," kata Sarno.
Berjualan puluhan tahun tak pernah membuatnya berganti pekerjaan. Terbukti, profesinya bisa menghidupi anak hingga cucunya yang ada di Cikarang.
Ia mengalah dan memilih tinggal di rumah kontrakan di kawasan Kuningan Barat sejak tahun 1997.
Dari kontrakan itu, ia bisa menghasilkan berkilo-kilo somay untuk dijual.
"Memang bidang saya mungkin. Karena saya enggak pernah ganti profesi dari saya bujangan sampai saya punya cucu enggak pernah ganti," kata dia.
Baca juga: Manis Pahit Perjuangan Hidup Melinus dan Heri Puluhan Tahun Jadi Sopir Angkot di Jakarta
Berganti dari sepeda menjadi motor sejak beberapa tahun ke belakang dikarenakan umurnya yang sudah tak muda.
Semenjak berdagang dengan motor, ia selalu memangkal di Jalan Gatot Subroto depan SCBD.
Selama berangkat, ia kerap menghadapi macetnya jalan ini.
"Macet banget ke sini. Mana bawaan saya berat," ucap dia.
Namun, ia tetap terus berdagang untuk membiayai kehidupan sehari-harinya.
"Yah mau gimana lagi, macet-macet tetap saya lakukan untuk menghidupi keluarga," ucap dia.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.