Dalam prosesnya, kata Ali, sebuah insinerator dapat mengolah sekitar 2500 ton sampah per hari.
Bahkan, dari satu pembangkit insinerator bisa menghasilkan listrik setara 35-40 megawatt per jam.
Ali menilai, jika empat pengelolaan sampah berbasis ITF berjalan, seluruh sampah yang ada di TPST Bantargebang bisa terurai dengan sisa pembuangan yang sangat minim.
Sebab, berbeda dengan RDF yang harus melalui pemilahan, teknologi ITF dapat menghancurkan berbagai macam sampah, kecuali logam dan barang elektronik.
Baca juga: Sampah di Kolong Rumah Panggung Kapuk Muara Sudah Ada Sebelum Warga Bermukim
Seluruh sampah itu akan dibakar dalam satu wadah tertutup sehingga tidak menimbulkan emisi atau asap pembuangan yang mengganggu lingkungan.
Proses pembakaran juga dilakukan dalam satu waktu tanpa perlu berpindah lokasi dan tanpa bantuan transportasi.
Sebelumnya, DKI Jakarta sempat berencana membangun empat ITF yaitu di Jakarta wilayah Barat, Timur, Selatan, dan Sunter, Jakarta Utara. Namun karena kendala biaya, hingga saat ini belum terealisasi.
Sebab, kata Ali, pembuatan satu ITF bisa menelan biaya Rp 5 triliun.
Jika empat ITF yang direncanakan pemprov DKI terwujud, 7.400-9.500 ton sampah di Jakarta akan bisa terurai.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.