Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 01/08/2023, 17:34 WIB
Muhammad Naufal,
Ambaranie Nadia Kemala Movanita

Tim Redaksi

DEPOK, KOMPAS.com - Komunitas Nol Sampah menilai, penanganan masalah sampah di Kota Depok, Jawa Barat, tidak perlu teknologi yang mahal.

Hal ini dinyatakan terkait rencana pembangunan tempat pengolahan sampah terpadu (TPST) di Kota Depok, Jawa Barat.

Menurut dia, pembangunan TPST lebih banyak dampak negatifnya.

"(Sebanyak) 60 persen sampah Depok organik dan untuk mengatasinya tidak butuh teknologi yang mahal," ujar pendiri Komunitas Nol Sampah Hermawan Some melalui sambungan telepon, Selasa (1/9/2023).

Baca juga: TPST Dinilai Bukan Solusi Tepat Atasi Masalah Sampah di Depok, Malah Timbulkan Pencemaran

"Hanya butuh pemilahan dan komitmen untuk melakukan itu," lanjut dia.

Dia menyebutkan, Pemerintah Kota (Pemkot) Depok hanya perlu mengaktifkan kembali program-program terdahulu terkait penanganan sampah.

Salah satunya program bernama Partai Ember.

Partai Ember merupakan progran pemilahan sampah organik di setiap rumah di Depok.

Pada penerapannya, warga mengumpulkan sampah yang sudah dipilih di ember yang diletakkan di kediaman masing-masing.

Baca juga: Tolak Pembangunan TPST di Depok, Komunitas Ini Sebut Produksi RDF Hasilkan Zat Beracun

Sampah itu kemudian diangkut ke sampah berukuran lebih besar yang terletak di antara 20-30 rumah di dalam satu RT.

Lalu, sampah ini diangkut Pemkot Depok.

"Depok sudah punya pengalaman Partai Ember, seharusnya itu bisa jadi solusi pilihan Depok," tegas Hermawan.

"Permasalahannya sebenarnya adalah dipemilahan sampah dari sumber sehingga tidak semua bisa diolah dengan baik dan benar. Itu masalah seriusnya," lanjut dia.

Diberitakan sebelumnya, rencana pembangunan TPST di Kota Depok disebut lebih banyak dampak negatifnya.

Baca juga: Polusi yang Dihasilkan TPST Depok Diyakini Bakal Berimbas ke Masyarakat Sekitar

Menurut dia, karena menghasilkan RDF, TPST di Depok justru mencemari lingkungan di sekitar pabrik tersebut.

Kata Hermawan, timbulnya pencemaran ini bisa membuat masyarakat yang bermukim di sekitar TPST melayangkan protes.

Karena itu, ia menegaskan, rencana pembangunan TPST di Kota Depok bukan langkah tepat untuk mengatasi persoalan sampah di kota belimbing.

"Karena (menghasilkan) RDF, nanti ada pencemaran di lokasi pabrik (TPST), jadi masalah. Kan bisa jadi ada masyarakat sekitar protes," kata Hermawan.

"Jadi, (pembangunan TPST) bukan solusi yang sangat tepat untuk menyelesaikan masalah sampah secara total di Depok," lanjut dia.

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.

Video rekomendasi
Video lainnya


Rekomendasi untuk anda

Terkini Lainnya

Tak Hadiri Pemeriksaan soal Oknum Polisi Tidak Netral, Aiman Kembali Dipanggil pada 5 Desember

Tak Hadiri Pemeriksaan soal Oknum Polisi Tidak Netral, Aiman Kembali Dipanggil pada 5 Desember

Megapolitan
Ketua DPRD Minta Pemprov DKI Keruk Kali Lagi untuk Atasi Banjir

Ketua DPRD Minta Pemprov DKI Keruk Kali Lagi untuk Atasi Banjir

Megapolitan
Pengacara SYL Ingatkan Pihak Firli Bahuri: Hati-hati Buat 'Statement', Jangan Bikin Gaduh

Pengacara SYL Ingatkan Pihak Firli Bahuri: Hati-hati Buat "Statement", Jangan Bikin Gaduh

Megapolitan
Ketua DPRD DKI Ingatkan Heru Budi untuk Netral pada Pemilu 2024

Ketua DPRD DKI Ingatkan Heru Budi untuk Netral pada Pemilu 2024

Megapolitan
Gibran Mengaku Sudah Siap Ikuti Debat Cawapres

Gibran Mengaku Sudah Siap Ikuti Debat Cawapres

Megapolitan
Kampanye Dimulai, TPD DKI Paparkan Sepak Terjang Ganjar-Mahfud ke Warga

Kampanye Dimulai, TPD DKI Paparkan Sepak Terjang Ganjar-Mahfud ke Warga

Megapolitan
Bantah Kampanye di CFD Jakarta meski Bagikan Susu, Gibran: Tak Ada Ajakan 'Nyoblos' dan APK

Bantah Kampanye di CFD Jakarta meski Bagikan Susu, Gibran: Tak Ada Ajakan "Nyoblos" dan APK

Megapolitan
Alasan Gibran Bagi-bagi Susu di CFD Sudirman-Thamrin, Massanya Paling Banyak

Alasan Gibran Bagi-bagi Susu di CFD Sudirman-Thamrin, Massanya Paling Banyak

Megapolitan
Kuasa Hukum Pastikan SYL Pernah Komunikasi dengan Firli Bahuri Saat Terjerat Kasus Korupsi

Kuasa Hukum Pastikan SYL Pernah Komunikasi dengan Firli Bahuri Saat Terjerat Kasus Korupsi

Megapolitan
Gibran dan Istrinya Bagi-bagi Susu Kotak di CFD Jakarta, Langsung Dikerumuni Warga

Gibran dan Istrinya Bagi-bagi Susu Kotak di CFD Jakarta, Langsung Dikerumuni Warga

Megapolitan
Gencarkan Kampanye Ganjar-Mahfud di Jakarta, TPD DKI: Kami Berhadapan dengan Putra Jokowi dan Eks Gubernur

Gencarkan Kampanye Ganjar-Mahfud di Jakarta, TPD DKI: Kami Berhadapan dengan Putra Jokowi dan Eks Gubernur

Megapolitan
Menggaungkan Kemerdekaan Palestina dalam Aksi Munajat 212 Monas...

Menggaungkan Kemerdekaan Palestina dalam Aksi Munajat 212 Monas...

Megapolitan
Kekecewaan Warga Cililitan Sudah Sebulan Layanan Air PAM Bermasalah: Terpaksa Beli Air Lagi, padahal Rutin Bayar

Kekecewaan Warga Cililitan Sudah Sebulan Layanan Air PAM Bermasalah: Terpaksa Beli Air Lagi, padahal Rutin Bayar

Megapolitan
[POPULER JABODETABEK] Surat Rizieq Shihab buat Menlu Retno dalam Munajat 212 | Pesan Waketum MUI soal Pilpres | Arah Politik PA 212

[POPULER JABODETABEK] Surat Rizieq Shihab buat Menlu Retno dalam Munajat 212 | Pesan Waketum MUI soal Pilpres | Arah Politik PA 212

Megapolitan
Rute Mikrotrans JAK47 Pasar Minggu-Ciganjur via Ragunan

Rute Mikrotrans JAK47 Pasar Minggu-Ciganjur via Ragunan

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Lengkapi Profil
Lengkapi Profil

Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.

Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com