Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kemelut Polusi Udara Ibu Kota dan Bayang-bayang Gangguan Paru di Setiap Embusan Napas Warganya

Kompas.com - 21/08/2023, 12:00 WIB
Larissa Huda

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com - Kemelut polusi udara masih terus menghantui warga DKI Jakarta. Tingginya aktivitas di Ibu Kota mau tak mau membuat sebagian besar masyarakat terpapar udara tak sehat hampir setiap hari.

Angka kasus infeksi saluran pernapasan akut (ISPA) meningkat seiring tingginya polusi udara Jakarta. Tak hanya pada orang dewasa, infeksi pernapasan ini turut diderita anak-anak.

Gejalanya hampir mirip pada setiap kasusnya, yakni batuk-batuk, flu, dan demam. Tak jarang, gejala tersebut bisa bertahan lama dalam tubuh seseorang.

Baca juga: Pemprov DKI Diminta Serius Tangani Polusi Udara, Jangan Cuma Saat KTT ASEAN

Cucu Ketua Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) DKI Jakarta Prasetyo Edi Marsudi, Adilla Fitri Wibawanto, turut merasakan akibat dari buruknya kualitas udara Ibu Kota.

"Buruknya kualitas udara satu pekan terakhir ini di wilayah Jabodetabek telah berdampak pada kesehatan masyarakat," tulis Pras melalui unggahan di Instagram-nya @prasetyoedimarsudi, Kamis (17/8/2023).

"Termasuk ke cucu pertama saya yang kemarin malam (15/8/2023) terpaksa harus dirawat di rumah sakit," kata Pras melanjutkan.

Penderitaan yang nyaris sama juga dirasakan Sarah (27), warga Depok, Jawa Barat. Ia mengeluhkan kualitas udara di Jabodetabek yang memburuk membuat anaknya jatuh sakit.

Baca juga: Saat Pejabat DKI Diwajibkan Pakai Kendaraan Listrik untuk Atasi Polusi Udara, tapi Disebut Tak Selesaikan Masalah

Anak Sarah yang baru berusia 15 bulan itu juga menderita ISPA selama sebulan terakhir. Sang ibu pun ikut kebingungan karena sang buah hati kerap menolak saat diberi makan.

"Kayaknya tenggorokannya sesakit itu. Sampai nasi satu butir saja ogah dia makan," ujar Sarah kepada Kompas.com, Rabu (16/8/2023).

Sarah menyadari, kasus ISPA belakangan ini sedang naik . Hal ini ia ketahui saat mengantar anaknya ke rumah sakit yang sudah beberapa hari menderita batuk, pilek, dan demam tinggi.

"Katanya (dokter), 'sekarang sakit bayi dan anak-anak rata-rata ISPA'. Memang sih, pas saya ke rumah sakit, itu antre banget, saking banyaknya bocah yang sakit," ujar Sarah.

Baca juga: Kualitas Udara Jakarta Pagi Ini Tidak Sehat, Terburuk Keenam di Dunia

Tak hanya anak-anak

Presiden Joko Widodo berswafoto bersama sejumlah selebriti saat menjajal LRT Jabodebek dari Stasiun Jati Mulya ke Stasiun Dukuh Atas, Kamis (10/8/2023).Dokumentasi/Agus Suparto Presiden Joko Widodo berswafoto bersama sejumlah selebriti saat menjajal LRT Jabodebek dari Stasiun Jati Mulya ke Stasiun Dukuh Atas, Kamis (10/8/2023).

Presiden Joko Widodo atau Jokowi juga mengalami batuk-batuk selama beberapa waktu terakhir akibat buruknya polusi udara di Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang, dan Bekasi (Jabodetabek).

"Presiden sendiri sudah batuk, katanya sudah hampir empat minggu. Beliau belum pernah merasakan seperti ini," kata Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Sandiaga Uno, Senin (14/8/2023).

"Kemungkinan, dokter menyampaikan, ada kontribusi daripada udara yang tidak sehat dan kualitasnya buruk," imbuh dia.

Sementara itu, driver ojek online (ojol) bernama Budihardjo (62) mengaku sempat jatuh sakit akibat buruknya udara. Bahkan, dia diminta istirahat total karena gangguan pernapasan yang dideritanya.

Baca juga: [POPULER JABODETABEK] Kualitas Udara Jakarta Terburuk di Dunia pada Minggu Pagi | Pengunjung CFD Joget Bareng di Bundaran HI

"Ya begitu, (kata dokter) katanya udaranya lagi kurang baik. Iya. 'Jadi, bapak harus bisa jaga diri, banyak minum vitamin'," ungkap Budihardjo di Rawa Badak Selasa, Koja, Jakarta Utara, Senin (14/8/2023).

Arizal (41), seorang pengemudi ojek online asal Jakarta Timur, mengatakan bahwa polusi udara yang terjadi kerap membuat matanya perih saat mengendarai motor.

"Cuaca semakin panas. Pas lagi di jalan, selain panas, asapnya terlalu berkabut," kata Rizal saat ditemui Kompas.com di Jalan Dogon Raya, Pondok Kelapa, Jakarta Timur, Senin (14/8/2023).

Ada 100 ribu kasus ISPA setiap bulan

Ilustrasi batuk. Batuk adalah salah satu gejala ISPA. ISPA adalah memengaruhi saluran pernapasan atas yang meliputi hidung, tenggorokan, faring, laring, dan bronkus. Shutterstock/Kmpzzz Ilustrasi batuk. Batuk adalah salah satu gejala ISPA. ISPA adalah memengaruhi saluran pernapasan atas yang meliputi hidung, tenggorokan, faring, laring, dan bronkus.

Adapun Dinas Kesehatan (Dinkes) DKI Jakarta sudah mengakui bahwa banyak masyarakat yang menderita ISPA akibat buruknya kualitas udara Ibu Kota.

Dinkes DKI Jakarta mengungkapkan, sekitar 100.000 warga di Ibu Kota mengalami infeksi saluran pernapasan akut (ISPA) setiap bulannya.

Baca juga: Kualitas Udara Buruk, Ini 3 Cara Agar Tetap Sehat

Kepala Seksi Surveilans, Epidemiologi, dan Imunisasi Dinas Kesehatan DKI Jakarta, Ngabila Salama mengatakan, jumlah tersebut berdasarkan rata-rata kasus terkait ISPA yang ditemukan.

"Warga DKI Jakarta terkena batuk, pilek, ISPA atau pneumonia setiap bulannya rata-rata 100.000 kasus dari 11 juta penduduk," ujar Ngabila, Jumat (11/8/2023).

Menurut Ngabila, selama Januari hingga Juni 2023, terdapat 638.291 kasus ISPA yang tercatat Dinas Kesehatan DKI Jakarta.

Rinciannya, 102.609 kasus ISPA pada Januari 2023, kemudian 104.638 kasus pada Februari 2023, dan 119.734 kasus pada Maret 2023.

"April 109.705 kasus, Mei 99.130 kasus dan Juni 102.475 kasus," kata Ngabila.

Baca juga: Polusi Udara Jakarta Bikin Warga sampai Presiden Sakit, Dokter Paru Imbau Pakai Masker dengan Benar

Bahaya polusi bagi kesehatan

Ilustrasi infeksi paru-paru.iStockphoto/magicmine Ilustrasi infeksi paru-paru.

Dokter Spesialis Paru dari Perhimpunan Dokter Paru Indonesia (PDPI), Nuryunita Nainggolan, mengatakan buruknya kualitas sangat berkaitan erat dengan gangguan paru-paru dan pernapasan.

Menurut Nuryunita, polusi udara adalah campuran partikel kompleks dan gas yang berasal dari antropogenik dan alam yang mengalami modifikasi kimia di atmosfer.

Data PDPI menyebutkan ada empat jenis polutan yang paling banyak ditemukan di perkotaan antara lain, partikulat matter (PM 2.5), nitrogen dioksida (NO2), ozon (O3), sulfur dioksida (SO2).

"Sebagian besar sumber polusi yang ada di Indonesia itu berasal dari sektor transportasi sebesar 80 persen, lalu diikuti dengan industri, pembakaran hutan, aktivitas domestik," tutur Nuryunita dalam konferensi pers pada Jumat (18/8/2023).

Baca juga: Ajak Warga Jadi Solusi Polusi Udara, Heru Minta Tanam Pohon Sebanyak-banyaknya

Berdasarkan data Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), sebanyak 90 persen masyarakat dunia itu menghirup udara yang tidak layak.

"Ada 7 juta kematian dan 2 jutanya dari Asia Tenggara yang disebabkan paparan polusi udara luar dan dalam ruangan,” kata Nuryunita.

Di antara sebaran polusi ini, WHO mengatakan bahwa polusi udara berperan hampir 25 persen terhadap seluruh penyakit dan penyebab kematian kanker paru di seluruh dunia.

Kemudian, polusi udara juga berkontribusi pada 17 persen seluruh penyakit dan kematian akibat ISPA, 16 persen seluruh kematian akibat stroke, 15 persen seluruh kematian akibat penyakit jantung sistemik, dan delapan persen seluruh kematian akibat penyakit paru obstruktif kronis (PPOK).

Baca juga: Soal Wacana WFH untuk Atasi Polusi Udara Jakarta, Pengamat: Hanya Bersifat Jangka Pendek

"Populasi rentan terhadap poluusi udara adalah anak-anak, usia lanjut, perempuan, pekerja luar ruangan, populasi yang sudah mempunyai penyakit jantung dan paru sebelumnya," ucap Nuryunita.

Bergerak dari masyarakat

Ilustrasi kualitas udara buruk.Shutterstock/LanaElcova Ilustrasi kualitas udara buruk.

Melihat besarnya masalah kesehatan yang dapat timbul, PDPI memberikan beberapa rekomendasi sebagai upaya pencegahan dan penanganan masalah akibat polusi.

Masyarkat diminta ikut berperan aktif mengurangi sumber polusi udara, seperti beralih dari kendaraan pribadi ke moda transportasi massal, tidak membakar sampah sembarangan, serta hemat listrik.

"Meminimalkan terkena pajanan polusi udara, seperti memantau kualitas udara secara real time untuk bisa ambil keputusan beraktivitas di luar ruangan," tutur Nuryunita.

Baca juga: Kualitas Udara Jakarta Buruk, Ketua DPRD DKI Sebut Cucunya Kena ISPA

Masyarakat juga diminta mengenakan masker atau respirator untuk mengurangi masuknya partikel ke dalam saluran napas dan paru terutama saat berada di luar ruangan.

"Disarankan menggunakan masker atau respirator dengan kemampuan filtrasi partikel yang maksimal, kemampuan filtrasi lebih dari 95," kata dia.

Masyarakat juga diharapkan mampu memperhatikan cara penggunaan masker yang tepat dan benar dengan memastikan area hidung, mulut, dan dagu tertutup rapat.

Adapun kualitas udara di dalam ruangan juga diminta agar dijaga tetap baik, misalnya tidak merokok, tidak menyalakan lilin atau perapian, atau sumber api lainnya dalam ruangan.

Baca juga: Balita di Depok Derita ISPA, Sang Ibu: Satu Butir Nasi Pun Enggak Mau Makan

"Penggunaan tanaman dalam ruangan yang memiliki kemampuan air purifier, misalnya sansevieria atau lidah mertua, lidah buaya, atau peralatan air purifier disarankan untuk menjaga kualitas udara dalam ruangan tetap baik," ucap Nuryunita.

Imbauan untuk pemerintah

Foto stok: Polusi udaraKOMPAS.com/KRISTIANTO PURNOMO Foto stok: Polusi udara

Tak hanya masyarakat, PDPI juga menyampaikan sejumlah rekomendasi pencegahan dan penanganan bahaya polusi udara di Jakarta untuk pemerintah.

Salah satunya adalah membuat undang-undang dan peraturan yang baik tentang pengendalian polusi udara, misalnya peraturan standar baku mutu ambien sesuai standar WHO terbaru.

Kemudian, pemerintah diminta mempercepat penerapan peraturan menyangkut penggunaan bahan bakar kendaraan sesuai dengan standar euro 4.

Baca juga: Kualitas Udara Jakarta Memburuk, PDPI Desak Pemerintah Buat Aturan Pengendalian Polusi

Pemerintah juga diminta mempercepat membuat peraturan uji emisi kendaraan bermotor, hingga peraturan pembatasan emisi polusi udara dari industri.

"Lalu, koordinasi lintas sektoral yang lebih baik termasuk dengan akademisi dan organisasi profesi untuk menanangani masalah polusi udara," ujar Nuryunita.

Pemerintah juga didorong melakukan upaya perbaikan kualitas udara, misalnya dengan menggalakkan dan menerapkan uji emisi kendaraan bermotor yang memasuki wilayah perkotaan.

"Melaksanakan dan menerapkan pemantauan emisi polusi udara dari industri dan memberikan reward bagi industri yang menjaga polusi udara dan punishment bagi industri yang tak ramah lingkungan," tutur Nuryunita.

Baca juga: Heru Budi Rapat dengan Luhut, Bahas Penanganan Polusi Udara yang Memburuk

Pemerintah juga didorong membuka pembangkit listrik tenaga alternatif, misalnya tenaga angin, ombak, atau matahari untuk menekan emisi polusi udara dari pembangkit listrik.

Selain itu, pemerintah juga diminta mendorong adanya transportasi massal yang nyaman, murah, ramah lingkungan, dan mudah diakses masyarakat.

Pemerintah didesak untuk meningkatkan penanaman pohon dan menambah area hijau di seluruh wilayah untuk menambah paru-paru kota.

"Lalu, maksimalkan pemantauan polusi udara dan early warning kepada masyarakat, misalnya membuat dan memperbanyak titik monitoring dan alat ukur kualitas udara," tutur Nuryunita.

Baca juga: Kualitas Udara Buruk, Ketua Fraksi PDI-P: Beranikah Pemprov DKI Batasi Usia Kendaraan?

(Penulis : Firda Janati, Baharudin Al Farisi, Tria , Joy Andre, Ardhito Ramadhan | Editor: Dani Prabowo, Ihsanuddin, Jessi Carina, Abdul Haris Maulana)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang


Terkini Lainnya

Tukang Tambal Ban Digeruduk Ojol, Diduga Sebar Ranjau Paku di Jalan MT Haryono

Tukang Tambal Ban Digeruduk Ojol, Diduga Sebar Ranjau Paku di Jalan MT Haryono

Megapolitan
Cabuli 5 Anak di Cengkareng, Pelaku Masuk Rumah Korban dan 'Ngaku' Ingin Beli Pulsa

Cabuli 5 Anak di Cengkareng, Pelaku Masuk Rumah Korban dan "Ngaku" Ingin Beli Pulsa

Megapolitan
Murid dan Guru SMK Lingga Kencana Trauma, Menangis Saat Ditanya Kronologi Kecelakaan

Murid dan Guru SMK Lingga Kencana Trauma, Menangis Saat Ditanya Kronologi Kecelakaan

Megapolitan
Kontennya Diduga Merendahkan Bahasa Isyarat, Komika Gerall Dilaporkan ke Polisi

Kontennya Diduga Merendahkan Bahasa Isyarat, Komika Gerall Dilaporkan ke Polisi

Megapolitan
Soal Dugaan Bus Pariwisata SMK Lingga Kencana Tidak Laik Jalan, Yayasan Harap Polisi Beri Info Seterang-terangnya

Soal Dugaan Bus Pariwisata SMK Lingga Kencana Tidak Laik Jalan, Yayasan Harap Polisi Beri Info Seterang-terangnya

Megapolitan
Pemkot Depok Beri Santunan Korban Kecelakaan Bus SMK Lingga Kencana

Pemkot Depok Beri Santunan Korban Kecelakaan Bus SMK Lingga Kencana

Megapolitan
Pemprov DKI Jakarta Bangun RDF di Rorotan Cilincing, Tampung 2.500 Ton Sampah Per Hari

Pemprov DKI Jakarta Bangun RDF di Rorotan Cilincing, Tampung 2.500 Ton Sampah Per Hari

Megapolitan
Percaya Bus Laik Jalan, Yayasan SMK Lingga Kencana: Kalau Tak Yakin, Enggak Diberangkatkan

Percaya Bus Laik Jalan, Yayasan SMK Lingga Kencana: Kalau Tak Yakin, Enggak Diberangkatkan

Megapolitan
Ketika Janji Heru Budi Beri Pekerjaan ke Jukir Minimarket Dianggap Mimpi di Siang Bolong...

Ketika Janji Heru Budi Beri Pekerjaan ke Jukir Minimarket Dianggap Mimpi di Siang Bolong...

Megapolitan
Suprayogi, Guru SMK Lingga Kencana yang Tewas dalam Kecelakaan Bus, Dikenal Perhatian dan Profesional

Suprayogi, Guru SMK Lingga Kencana yang Tewas dalam Kecelakaan Bus, Dikenal Perhatian dan Profesional

Megapolitan
Kecelakaan Rombongan SMK Lingga Kencana di Subang, Pihak Yayasan Merasa Kondisi Bus Layak

Kecelakaan Rombongan SMK Lingga Kencana di Subang, Pihak Yayasan Merasa Kondisi Bus Layak

Megapolitan
Tidak Cukup Dibebastugaskan, Direktur STIP Diminta Bertanggung Jawab secara Hukum

Tidak Cukup Dibebastugaskan, Direktur STIP Diminta Bertanggung Jawab secara Hukum

Megapolitan
Polisi Selidiki Penyebab Tawuran di Kampung Bahari yang Bikin Jari Pelaku Nyaris Putus

Polisi Selidiki Penyebab Tawuran di Kampung Bahari yang Bikin Jari Pelaku Nyaris Putus

Megapolitan
Jadwal dan Lokasi Samsat Keliling di Jakarta 13 Mei 2024

Jadwal dan Lokasi Samsat Keliling di Jakarta 13 Mei 2024

Megapolitan
Yayasan SMK Lingga Kencana: Perpisahan di Luar Kota Disepakati Guru dan Siswa

Yayasan SMK Lingga Kencana: Perpisahan di Luar Kota Disepakati Guru dan Siswa

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com