“Saya juga cek semua foto yang dia kirim ke saya, itu kan kita bisa search ya, apakah dia comot dari Google atau apa, kan enggak ada, original. Kayak fotonya itu beneran, jadi bukan yang comotan,” ungkap TY.
Setelah itu, TY ditawari menjadi dropshipper di sebuah website yang mencatut logo salah satu e-commerce.
Baca juga: Cerita Guru Korban “Tinder Swindler Indonesia”, Cari Jodoh Berujung Tertipu Rp 354 Juta
Sederhananya, TY menjadi merchant di website itu. TY menjual barang yang dibelinya dari gudang. Pelaku mengaku gudang berlokasi di China.
TY disebut akan mendapatkan untung 10 persen dari harga satu item yang terjual. Untuk bisa menjual barang, TY harus membelinya terlebih dahulu melalui aplikasi penyedia transaksi menggunakan dollar.
Seiring berjalannya waktu, TY mulai menaruh kecurigaan karena belum bisa menarik keuntungan dengan alasan pesanan terus-menerus masuk.
“Di akhir Juni itu aku sudah kayak mulai terasa aneh, semakin kuat curiganya, tapi aku masih kayak buta, mata ini kayak masih terhipnotis,” kata TY.
“Cuma aku kayak sudah mulai yakin, ‘Ini enggak benar’. Tapi masih aku baik-baikin, aku berusaha dan berharap bahwa uang itu kembali. Eh ternyata enggak bisa,” lanjut dia.
Baca juga: Kisah “Tinder Swindler” Versi Indonesia: Pelaku Bermodus Romansa, Korban Merugi Miliaran Rupiah
Karena sudah tidak tahan, pada Juli 2023, TY meluapkan emosinya kepada pelaku karena tak juga mendapatkan keuntungan secara nyata.
Padahal, TY sudah memohon agar uang yang sudah dikeluarkan segera dikembalikan pelaku.
“Karena saya enggak dapat-dapat duitnya, saya sampai mengemis-mengemis ke dia, saya minta, ‘Tolong, balikin duit saya’, enggak digubris. Wah, terakhir saya kesal banget, saya maki-maki. Ya sudah, langsung hilang,” ungkap TY.
Dari peristiwa ini, TY mengalami kerugian mencapai 23.627 dollar AS alias sekitar Rp 354 juta.
Catatan redaksi: Apabila Anda merupakan korban penipuan seperti artikel di atas dan ingin berbagi kisah, silakan hubungi tim Megapolitan di sejumlah akun media sosial Kompas.com, yakni Twitter, Instagram, TikTok, atau Telegram.
(Penulis: Baharudin Al Farisi | Editor: Nursita Sari)
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.