Selain tubuhnya menjadi kekuningan, LAH juga mengeluarkan feses bercampur darah berwarna hitam pekat. Bahkan, LAH sempat beberapa kali kejang dan bibirnya menjadi miring.
Kondisi tersebut membuat LAH harus dirawat intensif di RSAB Harapan Kita karena ia kini menderita gizi buruk akibat dugaan kelalaian pemberian susu tersebut.
Padahal, kata Chintia, anaknya sempat mengalami kenaikan berat badan saat masih dirawat di RS Pelni.
Baca juga: Kasus Bayi Tertukar di Bogor Kini Tunggu Hasil Tes DNA, Bagaimana Prosesnya?
Meski saat ini kesaradaran LAH membaik, bobot tubuh LAH masih berada di angka 1,8 kilogram. Idealnya, berat badan bayi berusia 2 bulan berada di kisaran 4 kilogram (kg) hingga 7 kg.
Hingga kini, Chintia belum mendapat informasi pasti apa yang menyebabkan kondisi LAH sempat memburuk.
Pihak RSAB Harapan Kita masih menyangkal memburuknya kondisi LAH karena kesalahan memberi susu formula.
Menurut pihak RS, penurunan kondisi kesehatan yang dialami LAH memang dikarenakan kelainan fungsi hati dan usus.
"(RS) Masih menyangkal dan belum menjawab semuanya. Mereka hanya menyalahkan kondisi LAH tanpa membahas apa yang sedang dibahas dari dugaan kelalaian itu," tutur Chintia.
Menurut Chintia, pihak rumah sakit sampai saat ini belum meminta maaf.
"Kayak masih melindungi suster (perawat) dan kasih tahu mereka itu lebih mengerti medis dan saya enggak mengerti," jelas Chintia.
Baca juga: Kondisinya Kritis, Bayi yang Salah Diberi Susu Formula Kini Ditangani 6 Dokter
Dengan kejadian yang menimpa putrinya, Chintia mengaku siap untuk menempuh jalur hukum.
"Kemarin sempat ada yang bilang, 'Gimana kalau memang akhirnya meninggal?' Saya pun enggak bisa tahu apa pertanggungjawabannya. Saya enggak bisa kehilangan anak saya. Dia adalah dia, biar pun saya punya anak lagi," kata Chintia.
"Lebih baik kalau begini, hukum saja yang berjalan, karena dari pihak mereka (rumah sakit) juga enggak ada iktikad baik," lanjut dia.
Chintia yang kini mencari keadilan bagi sang putri juga berharap pihak RSAB Harapan Kita memberi sanksi kepada petugas yang lalai.
Chintia berujar, ada banyak hal yang dikorbankan untuk menjaga LAH. Salah satunya adalah meninggalkan pekerjaan demi kesembuhan buah hatinya.
"Anak ini sempat membaik, sekarang dibuat kritis lagi dan itu akan mengganggu saya juga bekerja. Mau tidak mau, saya resign dan mereka juga harus memberikan fasilitas. Anak saya diprioritaskan," ujar dia.
"Kalau misalnya ada cacat di fisiknya, meski belum tahu efek panjangnya seperti apa, itu harus diproteksi hingga akhir hayat. Tapi kalau misalnya, untungnya dia tidak cacat fisik, seenggaknya anak saya sembuh," imbuh Chintia.
(Penulis: Joy Andre | Editor: Irfan Maullana, Nursita Sari, Ihsanuddin)
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.