Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 24/08/2023, 14:20 WIB
Larissa Huda

Editor

JAKARTA, KOMPAS.com - Pemerintah Provinsi DKI Jakarta terus mematangkan persiapan untuk menjadi tuan rumah Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) ke-43 ASEAN.

Sejumlah cara ditempuh Penjabat Gubernur DKI Jakarta Heru Budi Hartono agar pertemuan pemimpin-pemimpin negara anggota ASEAN pada 5-7 September 2023 itu berjalan lancar.

Salah satunya adalah melobi perusahaan-perusahaan swasta di Ibu Kota agar bersedia menerapkan work from home (WFH), khususnya selama pelaksanaan KTT ke-43 ASEAN.

Baca juga: Keputusan Kendaraan Besar Dilarang lewat Tol Saat KTT ASEAN Ditetapkan Pekan Depan

Heru hendak meminta pengertian pihak swasta agar mau menerapkan WFH. Hal ini dianggap sebagai bentuk dukungan swasta untuk menyukseskan KTT ASEAN.

Dengan cara ini, kepadatan lalu lintas di Jakarta selama kegiatan kenegaraan itu bisa ditekan dan mobilitas para delegasi tak terganggu.

Bersamaan dengan itu, Heru juga berharap polusi udara juga bisa ditekan seiring dengan berkurangnya mobilitas kendaraan bermotor para pekerja.

Jalan buntu

Pagi ini, Heru menggelar pertemuan dengan asosiasi perusahaan, asosiasi pengusaha, serta Kamar Dagang dan Industri Indonesia (Kadin) untuk membahas persiapan KTT ASEAN.

Baca juga: Heru Budi Minta ASN Tabung Tunjangan Transportasi Selama WFH untuk Beli Kendaraan Listrik

Namun, Heru mengaku masih belum mendapatkan kepastian dari perusahaan swasta di Ibu Kota soal kesediaan menerapkan kerja dari rumah selama KTT ASEAN berlangsung.

"Enggak (bisa dipastikan). Mereka kan mengatur sendiri. Saya minta asosiasi-asosiasi hasilnya, belum tahu, mereka yang ngatur," ujar Heru, Kamis (24/8/2023).

Menurut Heru, penerapan WFH selama KTT ke-43 ASEAN pada 5-7 September 2023 untuk pihak swasta hanya sebatas imbauan.

Kendati demikian, Heru berharap perusahaan swasta bersedia menerapkan kebijakan tersebut demi kelancaran pelaksanaan KTT ASEAN di Jakarta.

Baca juga: Lobi-Lobi Heru Budi agar Swasta Terapkan WFH Saat KTT ASEAN, Bilang Itu Panggilan Negara...

"Karena ini ada jalur-jalur yang 29 titik untuk buka tutup, sehingga tidak nyaman nanti bagi warga yang akan melakukan aktivitas pada tanggal 5, 6, dan 7 September 2023," kata Heru.

Penerapan WFH bagi ASN belum efektif

Adapun aparatur sipil negara dari kalangan Pemprov DKI menerapkan kebijakan WFH dengan kapasitas 50 persen bagi ASN di lingkup Pemprov DKI Jakarta sejak Senin (21/8/2023).

Aturan WFH kapasitas 50 persen bagi para ASN DKI sebetulnya sudah dipercepat menjadi Senin ini dari yang sebelumnya pada 28 Agustus 2023.

Namun, sejumlah kalangan menilai penerapan WFH bagi ASN DKI Jakarta belum efektif lantaran tingkat polusi udara dan kemacetan ibu kota masih terjadi.

Baca juga: Saat Perintah Heru Budi soal ASN DKI WFH Belum Dilaksanakan Sepenuhnya pada Hari Pertama Penerapan

"Jangan salahin Pemda (kalau masih macet). Maksudnya ini (WFH) kan sama-sama," ujar Heru, Rabu (23/8/2023).

Heru mengatakan, jumlah ASN di Pemprov DKI Jakarta yang menjalani WFH tak sebanding dengan total warga di Ibu Kota. Hal inilah yang diduga menjadi faktor belum efektifnya WFH untuk mengurangi kemacetan.

"Pemda hanya 25.000, Pergerakan manusia di Jakarta itu 25 juta loh. Sehingga harapan saya semua bisa ikut (WFH) tapi tidak mengurangi pertumbuhan ekonomi, diatur sendiri," kata Heru.

Heru menambahkan, Pemprov DKI Jakarta akan melakukan pengawasan terhadap ASN yang WFH agar tidak beraktivitas di luar rumah saat jam kerja.

Baca juga: Berlakukan WFH hingga PJJ Saat KTT ASEAN, Heru Budi: Wajar Saja

"Saya bisa video call. Jadi saya minta Pak Wali Kota, Pak Wali Kota Jakarta Barat mana yang work from home. Misalnya kepala bagian ekonomi. Kita bisa video call, tanya 'kamu di mana, di rumah?'" kata Heru.

(Penulis : Muhammad Isa Bustomi, Tria Sutrisna | Editor : Nursita Sari, Jessi Carina)

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.



Rekomendasi untuk anda

Terkini Lainnya

Rute Mikrotrans JAK48A Stasiun Tebet-Karet

Rute Mikrotrans JAK48A Stasiun Tebet-Karet

Megapolitan
Tiga Raperda Disahkan DPRD, Heru Budi Tekankan Sinergi Tingkatkan Kesejahteraan Warga

Tiga Raperda Disahkan DPRD, Heru Budi Tekankan Sinergi Tingkatkan Kesejahteraan Warga

Megapolitan
Sialnya Pemuda Tunarungu dan Tunawicara di Cakung, Dikeroyok 3 Pengamen gara-gara Tak Berikan Uang

Sialnya Pemuda Tunarungu dan Tunawicara di Cakung, Dikeroyok 3 Pengamen gara-gara Tak Berikan Uang

Megapolitan
Tarif Tol Pondok Aren-Ulujami Terbaru per 4 Desember 2023

Tarif Tol Pondok Aren-Ulujami Terbaru per 4 Desember 2023

Megapolitan
Periksa Firli, Polisi Tanyai soal Bukti Valas Rp 7,4 Miliar dan Aset-asetnya

Periksa Firli, Polisi Tanyai soal Bukti Valas Rp 7,4 Miliar dan Aset-asetnya

Megapolitan
Warga Depok Keluhkan KIS Tiba-tiba Non-aktif, Dinsos: Berobat Sebut NIK Saja

Warga Depok Keluhkan KIS Tiba-tiba Non-aktif, Dinsos: Berobat Sebut NIK Saja

Megapolitan
Polisi Gelar Olah TKP Gabungan di Lokasi Penemuan 4 Mayat Bocah di Jagakarsa

Polisi Gelar Olah TKP Gabungan di Lokasi Penemuan 4 Mayat Bocah di Jagakarsa

Megapolitan
4 Bocah Ditemukan Tewas di Jagakarsa, Mayatnya Berjejer di Kasur

4 Bocah Ditemukan Tewas di Jagakarsa, Mayatnya Berjejer di Kasur

Megapolitan
Selain Soal Bagi-bagi Susu di CFD, Bawaslu DKI Bakal Periksa Gibran soal Kampanyenya di Jakut

Selain Soal Bagi-bagi Susu di CFD, Bawaslu DKI Bakal Periksa Gibran soal Kampanyenya di Jakut

Megapolitan
Hujan Deras Sejak Sore, Jalan Dr Setiabudi Pamulang Terendam Banjir

Hujan Deras Sejak Sore, Jalan Dr Setiabudi Pamulang Terendam Banjir

Megapolitan
RUU DKJ Atur Gubernur Ditunjuk Presiden, Heru Budi: Saya Belum Baca...

RUU DKJ Atur Gubernur Ditunjuk Presiden, Heru Budi: Saya Belum Baca...

Megapolitan
Diguyur Hujan Deras, Lima Perumahan di Tangsel Kebanjiran

Diguyur Hujan Deras, Lima Perumahan di Tangsel Kebanjiran

Megapolitan
Pengamat: Pernyataan Aiman Seharusnya Jadi Kritik Biasa

Pengamat: Pernyataan Aiman Seharusnya Jadi Kritik Biasa

Megapolitan
4 Bocah Ditemukan Tewas di Kamar Kontrakan, Tetangga Cium Bau Tak Sedap

4 Bocah Ditemukan Tewas di Kamar Kontrakan, Tetangga Cium Bau Tak Sedap

Megapolitan
Dinsos Depok Minta Warga Tak Khawatir jika KIS Mendadak Tidak Aktif

Dinsos Depok Minta Warga Tak Khawatir jika KIS Mendadak Tidak Aktif

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Lengkapi Profil
Lengkapi Profil

Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.

Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com