Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Rencana Warga Kampung Bayam Usai Kembali Digusur: Geser ke Depan KSB atau Bongkar Pasang Tenda

Kompas.com - 20/09/2023, 13:25 WIB
Baharudin Al Farisi,
Ambaranie Nadia Kemala Movanita

Tim Redaksi

 

JAKARTA, KOMPAS.com - Warga Kampung Bayam memilih bertahan di tenda meski diberi perpanjangan waktu sampai Jumat (22/9/2023) untuk membongkar mandiri tempat tinggal sementara mereka

Minawati, Koordinator Jaringan Rakyat Miskin Kota (JRMK) yang mewakili warga Kampung Bayam mengatakan, tenda itu akan dipindahkan ke titik lain.

"Geser. Ini kan mau dibuat trotoar. Nah, itu ada pintu masuk rusun (Kampung Susun Bayam alias KSB) yang sekarang seperti hutan belantara, ya di situ pindahnya," kata Minawati saat berbincang dengan Kompas.com, Rabu (20/9/2023).

Baca juga: Janji Hunian Layak Tak Kunjung Ditepati, Warga Kampung Bayam Bisa Tergusur Dua Kali

"Warga barusan saya tanya, mereka enggak mau pindah (ke rusun lain). Pak Lurah kan mintanya ke Rusun Nagrak, mereka enggak mau ke Rusun Nagrak. Ya jadi mereka di sini, di tenda, tapi geser," imbuh dia.

Warga Kampung Bayam yang masih menanti hunian KSB dengan mendirikan tenda tersebut akan bergeser ke lokasi yang tidak jauh dari sebelumnya.

"Iya (pindah lokasi tenda dekat KSB), itu kan ada rusun (KSB), masuk ke dalam. Kita buka pagarnya, masuk ke dalam," ujar Minawati.

"Masuk (area KSB), kalau di depan pagarnya, mereka kena trotoar, masuk ke dalam, masuk ke dalam dikit," tutur dia.

Kalau keadaan tidak memungkinkan untuk pindah, warga Kampung Bayam akan melakukan bongkar pasang tenda setiap harinya.

Baca juga: Bagaimana Nasib Warga Kampung Bayam jika Tenda Sudah Dibongkar?

"Kedua, kalau memang seburuk-buruknya, ya bongkar pasang. Paling kita kayak waktu pertama kali, pagi rata, malam pasang, tidur saja. Pagi rata, malam pasang," ungkap Minawati.

"Ya kalau pagi, kita singkirkan barang-barang semua, barang-barang yang tidak terpakai kita buang-buangin. Terus, malam ya kita pasang lagi. Seadanya saja tendanya. Buat tidur saja," pungkasnya.

Dia berujar, warga Kampung Bayam akan tetap mendirikan tenda di sekitar JIS sampai mereka mendapatkan hunian di KSB.

"Iya (bergeser), sampai kita masuk (mendapatkan hunian di KSB). Kita sudah berjuang secara baik-baik sampai sekarang. Aduh, aku juga bingung sama pemerintah ini. Apa kupingnya budek atau bagaimana, bingung juga saya," ucap dia.

Untuk diketahui, Lurah Papanggo Tomi Haryono meminta warga Kampung Bayam untuk membongkar tenda secara mandiri karena akan dibangun trotoar.

Baca juga: Lurah: Warga Kampung Bayam Tahu di Sekitar JIS Ada Pembangunan Trotoar

Ia tidak menampik bahwa pembangunan trotoar juga berkait dengan berlangsung Piala Dunia U-17 pada November 2023 mendatang, mengingat JIS merupakan salah satu lokasi pertandingan.

Dalam surat imbauan kepada warga Kampung Bayam, jika warga enggan membingkar sendiri tenda itu, maka akan dilakukan penertiban secara terpadu oleh aparat terkait.

Masih di dalam surat tersebut, Tomi mengingatkan bahwa segala risiko hingga kerugian dari penertiban tenda apabila jika tidak diindahkan akan menjadi tanggung jawab warga Kampung Bayam.

Sebagai informasi, warga Kampung Bayam tergusur dari kediaman mereka imbas pembebasan lahan proyek Jakarta International Stadium (JIS).

Warga sudah tinggal di tenda sejak November 2022. Mereka mengaku tidak sanggup membayar kontrakan dan menolak untuk pindah ke Rusunawa Nagrak.

Warga Kampung Bayam sejatinya merupakan penghuni Kampung Susun Bayam (KSB). Namun, KSB masih belum bisa dihuni hingga saat ini.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Polisi Tangkap Pemalak Sopir Truk yang Parkir di Jalan Daan Mogot

Polisi Tangkap Pemalak Sopir Truk yang Parkir di Jalan Daan Mogot

Megapolitan
Setuju Jukir Liar Minimarket Ditertibkan, Anggota DPRD DKI: Meresahkan

Setuju Jukir Liar Minimarket Ditertibkan, Anggota DPRD DKI: Meresahkan

Megapolitan
'Budaya Kekerasan di STIP Tak Ada Kaitannya dengan Dunia Kerja di Kapal'

"Budaya Kekerasan di STIP Tak Ada Kaitannya dengan Dunia Kerja di Kapal"

Megapolitan
4 Tersangka Kasus Tewasnya Taruna STIP di Tangan Senior Terancam 15 Tahun Penjara

4 Tersangka Kasus Tewasnya Taruna STIP di Tangan Senior Terancam 15 Tahun Penjara

Megapolitan
Pemerataan Air Bersih di Jakarta, Mungkinkah?

Pemerataan Air Bersih di Jakarta, Mungkinkah?

Megapolitan
Begini Peran 3 Tersangka Baru Kasus Tewasnya Taruna STIP di Tangan Senior

Begini Peran 3 Tersangka Baru Kasus Tewasnya Taruna STIP di Tangan Senior

Megapolitan
Bertambah 3, Kini Ada 4 Tersangka Kasus Penganiayaan Taruna STIP hingga Tewas

Bertambah 3, Kini Ada 4 Tersangka Kasus Penganiayaan Taruna STIP hingga Tewas

Megapolitan
Polisi Tak Ingin Gegabah dalam Penyidikan Kasus Tewasnya Taruna STIP di Tangan Senior

Polisi Tak Ingin Gegabah dalam Penyidikan Kasus Tewasnya Taruna STIP di Tangan Senior

Megapolitan
Polisi Bantah Senior Penganiaya Taruna STIP hingga Tewas adalah Anak Pejabat

Polisi Bantah Senior Penganiaya Taruna STIP hingga Tewas adalah Anak Pejabat

Megapolitan
Prakiraan Cuaca Jakarta 9 Mei 2024 dan Besok: Tengah Malam ini Cerah Berawan

Prakiraan Cuaca Jakarta 9 Mei 2024 dan Besok: Tengah Malam ini Cerah Berawan

Megapolitan
[POPULER JABODETABEK] Cerita Eks Taruna STIP soal Lika-liku Perpeloncoan oleh Senior | Junior di STIP Disebut Wajib Panggil Senior dengan Sebutan “Nior”

[POPULER JABODETABEK] Cerita Eks Taruna STIP soal Lika-liku Perpeloncoan oleh Senior | Junior di STIP Disebut Wajib Panggil Senior dengan Sebutan “Nior”

Megapolitan
Rute Transjakarta 10A Rusun Marunda-Tanjung Priok

Rute Transjakarta 10A Rusun Marunda-Tanjung Priok

Megapolitan
Rute KA Cikuray, Tarif dan Jadwalnya 2024

Rute KA Cikuray, Tarif dan Jadwalnya 2024

Megapolitan
Bantah Pernyataan Ketua STIP soal Tak Ada Lagi Perpeloncoan, Alumni: Masih Ada, tapi pada Enggak Berani Berkoar

Bantah Pernyataan Ketua STIP soal Tak Ada Lagi Perpeloncoan, Alumni: Masih Ada, tapi pada Enggak Berani Berkoar

Megapolitan
Remaja Tusuk Seorang Ibu di Bogor Hingga Pisau Patah

Remaja Tusuk Seorang Ibu di Bogor Hingga Pisau Patah

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com