Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

3 Oknum TNI Pembunuh Imam Masykur Sering Pura-pura Jadi Polisi untuk Gerebek Toko Obat Ilegal

Kompas.com - 12/12/2023, 10:01 WIB
Nabilla Ramadhian,
Akhdi Martin Pratama

Tim Redaksi


JAKARTA, KOMPAS.com - Tiga oknum TNI pembunuh Imam Masykur rupanya sudah sering menggerebek toko obat ilegal demi meraup keuntungan.

Modusnya, mereka berpura-pura menjadi anggota polisi dan membawa surat tugas palsu dalam aksi pemerasan itu.

Hakim Anggota Letnan Kolonel Chk Idolohi mengungkapkan, surat tugas kepolisian dipalsukan oleh terdakwa tiga alias Praka Jasmowir dari satuan Kodam Iskandar Muda Aceh.

Baca juga: 5 Hal yang Memberatkan Vonis 3 Oknum TNI Pembunuh Imam Masykur

"Pada saat melakukan kegiatan penggerebekan toko obat ilegal, terdakwa satu berinisiatif membentuk tim penggerebekan dengan modus buser kepolisian," tutur dia dalam sidang pembacaan vonis di Pengadilan Militer II-08 Jakarta, Cakung, Jakarta Timur, Senin (11/12/2023).

Para pelaku adalah terdakwa satu alias Praka Riswandi Manik dari Paspampres dan terdakwa dua alias Praka Heri Sandi dari Direktorat Topografi Angkatan Darat (Dittopad).

Kemudian adalah saksi sembilan atau Zulhadi Satria Saputra. Ia adalah kakak ipar Praka Riswandi Manik.

Idolohi mengatakan, masing-masing pelaku memiliki peran tersendiri dalam penggerebekan.

"Terdakwa satu sebagai Kanit (Kepala Unit) kepolisian, terdakwa dua sebagai anggota kepolisian atau driver," ucap dia.

Sementara itu, Praka Jasmowir sebagai Wakanit kepolisian dan Zulhadi sebagai pendamping atau office boy (OB).

Dengan modus itu, penggerebekan sudah dilakukan sejak April 2022. Sejak saat itu, penggerebekan telah dilakukan sebanyak 14 kali.

Lokasi toko yang disambangi para terdakwa beragam, mulai dari Ciputat di Tangerang Selatan hingga Depok.

Baca juga: 3 Hal yang Meringankan Vonis 3 Oknum TNI Pembunuh Imam Masykur

"Bahwa benar sejak April 2022 sampai 12 Agustus 2023, para terdakwa telah melakukan penggerebekan sebanyak 14 kali," ungkap Idolohi.

"Yang mana, setiap bulannya, terdakwa satu melakukan dua kali aksi penggerebekan toko obat bersama terdakwa dua. Pada Oktober 2022, terdakwa tiga mulai bergabung dengan terdakwa satu dan dua," sambung dia.

Penggerebekan terakhir, yakni pada 12 Agustus, mereka mengunjungi toko obat milik Imam dan korban lainnya alias saksi satu yakni Khaidar.

Penggerebekan tidak berujung pada perolehan uang melainkan tewasnya Imam dan terlukanya Khaidar.

Imam Masykur adalah pemilik toko obat di Rempoa, Tangerang Selatan. Ia diculik dan dibunuh oleh Praka Riswandi Manik, Praka Heri Sandi, dan Praka Jasmowir.

Jasad Imam ditemukan di sebuah sungai di Karawang, Jawa Barat, usai dibuang oleh para pelaku.

Atas perbuatannya, para terdakwa dikenakan Pasal 340 KUHP juncto Pasal 55 ayat 1 ke 1 KUHP dan Pasal 328 KUHP jo Pasal 55 ayat 1 ke 1 KUHP.

Dalam sidang pembacaan vonis pada 11 Desember, ketiganya dijatuhi hukuman penjara seumur hidup dan pemecatan dari dinas militer TNI AD.

Baca juga: Divonis Penjara Seumur Hidup, 3 Oknum TNI Pembunuh Imam Masykur Diberi 3 Hak Tanggapi Putusan

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Polisi Tangkap Pemalak Sopir Truk yang Parkir di Jalan Daan Mogot

Polisi Tangkap Pemalak Sopir Truk yang Parkir di Jalan Daan Mogot

Megapolitan
Setuju Jukir Liar Minimarket Ditertibkan, Anggota DPRD DKI: Meresahkan

Setuju Jukir Liar Minimarket Ditertibkan, Anggota DPRD DKI: Meresahkan

Megapolitan
'Budaya Kekerasan di STIP Tak Ada Kaitannya dengan Dunia Kerja di Kapal'

"Budaya Kekerasan di STIP Tak Ada Kaitannya dengan Dunia Kerja di Kapal"

Megapolitan
4 Tersangka Kasus Tewasnya Taruna STIP di Tangan Senior Terancam 15 Tahun Penjara

4 Tersangka Kasus Tewasnya Taruna STIP di Tangan Senior Terancam 15 Tahun Penjara

Megapolitan
Pemerataan Air Bersih di Jakarta, Mungkinkah?

Pemerataan Air Bersih di Jakarta, Mungkinkah?

Megapolitan
Begini Peran 3 Tersangka Baru Kasus Tewasnya Taruna STIP di Tangan Senior

Begini Peran 3 Tersangka Baru Kasus Tewasnya Taruna STIP di Tangan Senior

Megapolitan
Bertambah 3, Kini Ada 4 Tersangka Kasus Penganiayaan Taruna STIP hingga Tewas

Bertambah 3, Kini Ada 4 Tersangka Kasus Penganiayaan Taruna STIP hingga Tewas

Megapolitan
Polisi Tak Ingin Gegabah dalam Penyidikan Kasus Tewasnya Taruna STIP di Tangan Senior

Polisi Tak Ingin Gegabah dalam Penyidikan Kasus Tewasnya Taruna STIP di Tangan Senior

Megapolitan
Polisi Bantah Senior Penganiaya Taruna STIP hingga Tewas adalah Anak Pejabat

Polisi Bantah Senior Penganiaya Taruna STIP hingga Tewas adalah Anak Pejabat

Megapolitan
Prakiraan Cuaca Jakarta 9 Mei 2024 dan Besok: Tengah Malam ini Cerah Berawan

Prakiraan Cuaca Jakarta 9 Mei 2024 dan Besok: Tengah Malam ini Cerah Berawan

Megapolitan
[POPULER JABODETABEK] Cerita Eks Taruna STIP soal Lika-liku Perpeloncoan oleh Senior | Junior di STIP Disebut Wajib Panggil Senior dengan Sebutan “Nior”

[POPULER JABODETABEK] Cerita Eks Taruna STIP soal Lika-liku Perpeloncoan oleh Senior | Junior di STIP Disebut Wajib Panggil Senior dengan Sebutan “Nior”

Megapolitan
Rute Transjakarta 10A Rusun Marunda-Tanjung Priok

Rute Transjakarta 10A Rusun Marunda-Tanjung Priok

Megapolitan
Rute KA Cikuray, Tarif dan Jadwalnya 2024

Rute KA Cikuray, Tarif dan Jadwalnya 2024

Megapolitan
Bantah Pernyataan Ketua STIP soal Tak Ada Lagi Perpeloncoan, Alumni: Masih Ada, tapi pada Enggak Berani Berkoar

Bantah Pernyataan Ketua STIP soal Tak Ada Lagi Perpeloncoan, Alumni: Masih Ada, tapi pada Enggak Berani Berkoar

Megapolitan
Remaja Tusuk Seorang Ibu di Bogor Hingga Pisau Patah

Remaja Tusuk Seorang Ibu di Bogor Hingga Pisau Patah

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com