Menurut Lilipaly, kedua remaja yang membuat bom molotov belajar sendiri atau otodidak.
Mereka hanya bermodalkan tayangan YouTube dan informasi dari teman-teman mereka.
“Dia tahu dari omongan-omongan teman, juga dari media sosial, YouTube. Jadi, dia belajar dari YouTube dan juga tanya-tanya teman dan orang, dengar cerita,” ucap Lilipaly.
Selain membuat bom molotov, remaja yang ditangkap rupanya urunan untuk membeli sejumlah celurit.
“Mereka membeli celurit ini, jadi, urunan mereka, iuran dari uang-uang yang diberikan oleh orangtuanya, mereka simpan untuk membeli celurit,” ungkap Lilipaly.
Baca juga: Remaja di Jaktim Pakai Uang dari Orangtua untuk Urunan Beli Celurit
Menurut dia, harga celurit-celurit tersebut berbeda-berbeda, sesuai dengan ukuran.
“Kalau untuk alatnya, ada yang Rp 500.000, ada yang Rp 700.000, ada yang Rp 300.000, tergantung panjangnya. Jadi, urunan mereka. 'oh kita mau beli alat perang, alat tawuran, kita beli celurit'. Jadi ada harganya,” ujar Lilipaly.
“Tergantung panjang dan besarnya. Ini tajam semua rekan-rekan. Ini kalau kena leher, selesai kita, putus,” imbuhnya.
(Tim Redaksi: Baharudin Al Farisi, Jessi Carina, Irfan Maullana, Akhdi Martin Pratama)
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.