Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Reza Indragiri Amriel
Alumnus Psikologi Universitas Gadjah Mada

Kekerasan Antarsiswa Belum Tentu Perundungan

Kompas.com - 21/02/2024, 06:37 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

RASANYA belum lama, baru tahun lalu, Mendikbudristek Nadiem Makarim mengeluarkan peraturan khusus tentang pencegahan dan penanganan kekerasan di lingkungan satuan pendidikan.

Namun peristiwa perundungan berat, seperti yang terjadi di salah satu sekolah di wilayah Tangerang dan kini tengah menjadi sorotan luas media dan masyarakat, mengirim pesan bahwa kita harus lebih serius lagi bicara tentang implementasi kebijakan.

Proses menerjemahkan regulasi ke dalam aksi—tak bisa ditawar—harus dipercepat.

Pada sisi lain, kita kerap kali bicara bahwa perundungan memunculkan dampak buruk. Tapi kita pikir ulang, buruk terhadap siapa dan berapa besar keburukannya sepertinya belum pernah kita perbincangkan secara benar-benar terukur. Apalagi jika terukur itu kita maknai sebagai kerugian finansial.

Nah, kita perlu paham bahwa perundungan yang berlangsung di lingkungan sekolah berefek negatif bagi banyak pihak. Bagi murid yang menjadi korban perundungan, bagi murid yang melakukan perundungan, bagi keluarga mereka, bagi sekolah, dan bagi masyarakat.

Misalnya, dari studi di Australia, setiap tahunnya ada biaya—bahkan sesungguhnya merupakan kerugian—ratusan juta dollar yang harus ditanggung.

Untuk melakukan rehabilitasi guna mengatasi gangguan kecemasan, 147 juta dollar. Untuk mengatasi gangguan depresi, 322 juta dollar.

Ada juga korban yang butuh pertolongan akibat berperilaku menyakiti diri sendiri; nilainya 57 juta dollar. Perundungan juga mendorong anak merokok, dan untuk menerapinya butuh 224 juta dollar.

Jangan lupa; karena orangtua atau pengasuh juga harus memberikan perhatian lebih pada anak-anak korban perundungan, maka produktivitas kerja mereka menurun. Penurunannya mencapai 7,5 juta dollar.

Tambah lagi dengan biaya yang harus ditanggung untuk mengadakan layanan pendidikan ekstra: 6 juta dollar.

Ratusan juta dollar itu biaya per tahun lho. Dan itu setara dengan sekitar 8 persen anggaran negara di bidang kesehatan mental.

Semestinya kita di Indonesia bisa melakukan perhitungan serupa, ya. Karena itulah, tidak cukup jika satu kementerian dan satu komisi DPR saja yang turun tangan dalam masalah perundungan ini. Perundungan harus diarusutamakan lewat kerja-kerja lintas lembaga.

Jadi, bukan hanya Kemendikbud dan Komisi 10 yang harus terlibat. Kementerian Perlindungan Anak dan Komisi 8 DPR serta Kementerian Kesehatan dan Komisi 9 DPR sangat relevan dalam permasalahan ini.

Bukan Perundungan

Tulisan ini diawali dengan narasi tentang perundungan. Namun setelah membaca sejumlah media ihwal kronologi peristiwa kekerasan di sekolah internasional di Tangerang, polisi patut mencermati lebih jauh apakah peristiwa dimaksud merupakan bullying ataukah ragging.

Bullying diterjemahkan sebagai perundungan. Ragging, setahu saya, belum ada sinonimnya dalam bahasa Indonesia.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Rute Transjakarta 10B Cipinang Besar Selatan-Kalimalang

Rute Transjakarta 10B Cipinang Besar Selatan-Kalimalang

Megapolitan
Adik Kelas Korban Kecelakaan Bus di Subang Datangi SMK Lingga Kencana: Mereka Teman Main Kami Juga

Adik Kelas Korban Kecelakaan Bus di Subang Datangi SMK Lingga Kencana: Mereka Teman Main Kami Juga

Megapolitan
Orangtua Korban Kecelakaan Bus di Ciater Subang Mendatangi SMK Lingga Kencana

Orangtua Korban Kecelakaan Bus di Ciater Subang Mendatangi SMK Lingga Kencana

Megapolitan
Datangi Sekolah, Keluarga Korban Kecelakaan Maut di Ciater: Saya Masih Lemas...

Datangi Sekolah, Keluarga Korban Kecelakaan Maut di Ciater: Saya Masih Lemas...

Megapolitan
Soal Peluang Usung Anies di Pilkada, PDI-P: Calon dari PKS Sebenarnya Lebih Menjual

Soal Peluang Usung Anies di Pilkada, PDI-P: Calon dari PKS Sebenarnya Lebih Menjual

Megapolitan
Polisi Depok Jemput Warganya yang Jadi Korban Kecelakaan Bus di Ciater

Polisi Depok Jemput Warganya yang Jadi Korban Kecelakaan Bus di Ciater

Megapolitan
Warga Sebut Suara Mobil di Sekitar Lokasi Penemuan Mayat Dalam Sarung Terdengar Pukul 05.00 WIB

Warga Sebut Suara Mobil di Sekitar Lokasi Penemuan Mayat Dalam Sarung Terdengar Pukul 05.00 WIB

Megapolitan
Pria Dalam Sarung di Pamulang Diduga Belum Lama Tewas Saat Ditemukan

Pria Dalam Sarung di Pamulang Diduga Belum Lama Tewas Saat Ditemukan

Megapolitan
Penampakan Lokasi Penemuan Mayat Pria dalam Sarung di Pamulang Tangsel

Penampakan Lokasi Penemuan Mayat Pria dalam Sarung di Pamulang Tangsel

Megapolitan
Warga Sebut Ada Benda Serupa Jimat pada Mayat Dalam Sarung di Pamulang

Warga Sebut Ada Benda Serupa Jimat pada Mayat Dalam Sarung di Pamulang

Megapolitan
Soal Duet Anies-Ahok di Pilkada DKI, PDI-P: Karakter Keduanya Kuat, Siapa yang Mau Jadi Wakil Gubernur?

Soal Duet Anies-Ahok di Pilkada DKI, PDI-P: Karakter Keduanya Kuat, Siapa yang Mau Jadi Wakil Gubernur?

Megapolitan
Warga Dengar Suara Mobil di Sekitar Lokasi Penemuan Mayat Pria Dalam Sarung di Pamulang

Warga Dengar Suara Mobil di Sekitar Lokasi Penemuan Mayat Pria Dalam Sarung di Pamulang

Megapolitan
Bungkamnya Epy Kusnandar Setelah Ditangkap Polisi karena Narkoba

Bungkamnya Epy Kusnandar Setelah Ditangkap Polisi karena Narkoba

Megapolitan
Polisi Cari Tahu Alasan Epy Kusnandar Konsumsi Narkoba

Polisi Cari Tahu Alasan Epy Kusnandar Konsumsi Narkoba

Megapolitan
Epy Kusnandar Terlihat Linglung Usai Tes Kesehatan, Polisi: Sudah dalam Kondisi Sehat

Epy Kusnandar Terlihat Linglung Usai Tes Kesehatan, Polisi: Sudah dalam Kondisi Sehat

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com