"Kalau lagi senggang biasanya dia tiap minggu ke sini ngasih uang paling kecil Rp 300.000," ucap Sudarman.
Baca juga: Selain Jadi Marbut dan Buka Warung Kelontong, Thohir Juga Ngojek untuk Bertahan Hidup
Di usianya yang tak lagi muda, Sudarman tidak pantang menyerah, dan menggantungkan hidup pada anak-anaknya saja.
Sedari dulu, Sudarman sudah memiliki warung sembako sederhana yang ia bangun bersama almarhumah sang istri di kediamannya.
Namun, saat ini warung Sudarman tidak seramai dulu. Ia mengaku, jika ada yang membeli ia bersedia untuk melayani.
Akan tetapi, jika tidak ada yang membeli satu pun, ia tak ambil pusing.
Karena warungnya tak seramai dulu, pendapatan kotor Sudarman tak sampai Rp 100.000 per hari.
"Pendapatannya Rp 100.000 enggak ada lah namanya sepi, kalau lagi rame baru ada Rp 100.000-an," ucapnya.
Baca juga: Selain Jadi Marbut dan Buka Warung Kelontong, Thohir Juga Ngojek untuk Bertahan Hidup
Sepinya warung Sudarman karena sudah banyak pesaing di sekitar rumahnya.
Sehingga ia tak mau berharap pendapatannya bisa banyak dari warung sederhananya itu.
"Ditambah lagi saat ini sudah banyak warung yang saling dekat-dekatan. Jadi, saya enggak mengharapkan dari warung," imbuh dia.
Karena hal itu pula, Sudarman berusaha keras mengatur keuangannya agar cukup satu bulan.
Apabila tidak cukup, ia mensyukuri saja dan tak mau berharap dari siapa-siapa.
Namun, berdasarkan pengalamannya, rezeki selalu datang tak terduga.
"Ya alhamdulilllah ada aja, enggak ngarepin dari mana-mana, pasti ada aja yang ngasih makanan, ngasih apa pun," kata Sudarman.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.