Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Cerita Adi Banting Setir Jadi Peternak Sapi, Bermula dari Terkena PHK Saat Pandemi Covid-19

Kompas.com - 12/06/2024, 15:54 WIB
Shela Octavia,
Fitria Chusna Farisa

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Seorang pria asal Mojokerto, Jawa Timur, bernama Adi (35) memutuskan untuk menjadi peternak sapi setelah terkena pemutusan hubungan kerja (PHK) dari sebuah pabrik kayu pada 2021 lalu. Saat itu, gelombang PHK begitu besar imbas pandemi Covid-19.

“Sebelumnya, saya (kerja) di pabrik, perusahaan. Memang waktu itu ada pengurangan karyawan,” ujar Adi saat diwawancarai di lokasi penampungan hewan kurban di Jalan Angkasa, Kemayoran, Jakarta Pusat pada Rabu (12/6/2024).

Perjalanan Adi menjadi peternak sapi bermula ketika ia bergabung dengan peternakan milik tetangganya bernama Faisal (43). Saat itu, Faisal mempekerjakan keluarga, sahabat, dan tetangga untuk mengurus peternakan.

Adi pun nekat banting setir menjadi peternak sapi. Sebagai peternak, salah satu tugas Adi adalah merawat sapi-sapi milik Faisal.

“Untuk (jumlah yang) kita rawat, sapi itu kisaran 60-an ekor, 3 orang yang rawat,” terangnya.

Baca juga: Pedagang Imbau Warga Beli Hewan Kurban Jauh Hari Sebelum Idul Adha supaya Kualitas Lebih Baik

Selama tiga tahun menjadi peternak, Adi mengaku sudah memahami cara memperlakukan sapi. Menurutnya, merawat sapi tak boleh dilakukan sembarangan supaya tidak terjadi hal yang tak diinginkan.

Adi mengatakan, sejinak apa pun sapi ternak, tetap ada peluang hewan tersebut mengamuk. Untuk itu, para peternak harus berhati-hati.

“Ada mungkin satu atau dua ekor seperti itu, memang jenisnya galak ya, agresif. Jadi, kadang-kadang juga waktu kita kasih makan, kita diseruduk,” ungkapnya.

Tak hanya itu, selama menjadi peternak, Adi belajar mengatasi stres yang mungkin dirasakan sapi. Terlebih, setelah sapi ternak menempuh perjalanan panjang.

“Untuk menghindari sapi jadi stres, untuk perjalanan jarak jauh, sebelumnya itu kita kasih minum gula merah atau gula jawa,” jelas Adi.

Adi mengatakan, air campuran gula merah dapat meningkatkan energi dan memberikan efek positif bagi hewan seperti sapi.

Selain diberikan sebelum perjalanan jauh, air campuran gula merah juga diberikan ke sapi-sapi ternak setelah sampai tujuan. Selanjutnya, sapi-sapi tersebut diberi pakan hijau dan waktu istirahat.

Adapun Pemerintah Kota Jakarta Pusat melakukan pemantauan ke lokasi penampungan hewan kurban di Kemayoran, Jakarta Pusat, Rabu (12/6/2024). Salah satu lapak yang dikunjungi oleh rombongan pemkot ialah lapak milik Faisal.

Pemkot mencatat, terdapat 71 lokasi penampungan hewan kurban resmi yang mengantongi izin pemerintah di Jakarta Pusat.

Berdasarkan data dan pemantauan oleh tim Suku Dinas Ketahanan Pangan Kelautan dan Pertanian (KPKP), sejauh ini, tidak ditemukan hewan yang berpenyakit berbahaya di 71 lokasi penampungan itu.

Tercatat, hewan yang diperjualbelikan di 71 lokasi tersebut mencapai 3.342 ekor. Angka ini terdiri dari 781 ekor sapi, 2.411 ekor kambing, dan 150 ekor domba.

Baca juga: Pedagang Hewan Kurban di Kemayoran Minta Pemkot Jakpus Bantu Angkut Sampah Kotoran Hewan

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Terkini Lainnya

Sudirman Said Sebut Perencanaan Batavia 'Contekan' untuk Bangun Jakarta

Sudirman Said Sebut Perencanaan Batavia 'Contekan' untuk Bangun Jakarta

Megapolitan
Sejumlah Titik dan Gedung di Jakarta Padamkan Lampu Malam Ini, Cek Lokasinya

Sejumlah Titik dan Gedung di Jakarta Padamkan Lampu Malam Ini, Cek Lokasinya

Megapolitan
Mobil Tertimpa Pohon Saat Melintas, Sopir dan Penumpang Syok

Mobil Tertimpa Pohon Saat Melintas, Sopir dan Penumpang Syok

Megapolitan
Pohon 15 Meter di Kuningan Mendadak Tumbang, Timpa Mobil yang Melintas

Pohon 15 Meter di Kuningan Mendadak Tumbang, Timpa Mobil yang Melintas

Megapolitan
Ulah Rombongan Tiga Mobil di Depok, Tak Bayar Makan yang Dipesan gara-gara Miskomunikasi

Ulah Rombongan Tiga Mobil di Depok, Tak Bayar Makan yang Dipesan gara-gara Miskomunikasi

Megapolitan
Cerita Karyawan Warteg yang Kebakaran di Duren Tiga: Sempat Mati Listrik 2 Kali sebelum Api Membesar

Cerita Karyawan Warteg yang Kebakaran di Duren Tiga: Sempat Mati Listrik 2 Kali sebelum Api Membesar

Megapolitan
Komentar Sejarawan usai Lihat Cagar Budaya Gudang Timur Kasteel Batavia...

Komentar Sejarawan usai Lihat Cagar Budaya Gudang Timur Kasteel Batavia...

Megapolitan
Cagar Budaya Gudang Timur Kasteel Batavia Memprihatinkan, Sejarawan Nilai Pemerintah Pilih Kasih

Cagar Budaya Gudang Timur Kasteel Batavia Memprihatinkan, Sejarawan Nilai Pemerintah Pilih Kasih

Megapolitan
Gudang Timur Kasteel Batavia di Kota Tua, Cagar Budaya tapi Kondisinya Tak Terawat

Gudang Timur Kasteel Batavia di Kota Tua, Cagar Budaya tapi Kondisinya Tak Terawat

Megapolitan
Pengendara Motor Tewas Akibat Tabrak Separator Busway di Kebon Jeruk

Pengendara Motor Tewas Akibat Tabrak Separator Busway di Kebon Jeruk

Megapolitan
Ahmed Zaki Sebut Ridwan Kamil Masih Dipertimbangkan Maju di Jawa Barat

Ahmed Zaki Sebut Ridwan Kamil Masih Dipertimbangkan Maju di Jawa Barat

Megapolitan
Polisi Sebut Penipu Modus “Like-Subscribe” di Youtube Tak Gunakan Data Korban untuk Buka Rekening

Polisi Sebut Penipu Modus “Like-Subscribe” di Youtube Tak Gunakan Data Korban untuk Buka Rekening

Megapolitan
Kasus Penculikan Balita 4 Tahun di Johar Baru Selesai Secara Kekeluargaan

Kasus Penculikan Balita 4 Tahun di Johar Baru Selesai Secara Kekeluargaan

Megapolitan
Berpotensi Lawan Anies di Pilkada Jakarta, Sudirman Said: Bukan Hal Luar Biasa

Berpotensi Lawan Anies di Pilkada Jakarta, Sudirman Said: Bukan Hal Luar Biasa

Megapolitan
Singgung Kejatuhan VOC karena Korupsi, Sudirman Said: Sejarah Ternyata Berulang

Singgung Kejatuhan VOC karena Korupsi, Sudirman Said: Sejarah Ternyata Berulang

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com