Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Penolakan Tapera Terus Menggema, Buruh dan Mahasiswa Kompak Gelar Unjuk Rasa

Kompas.com - 28/06/2024, 05:25 WIB
Abdul Haris Maulana

Editor

JAKARTA, KOMPAS.com - Aksi unjuk rasa penolakan program tabungan perumahan rakyat (Tapera) kembali digelar sejumlah aliansi buruh dan koalisi masyarakat di depan patung Arjuna Wijaya atau patung kuda, Jakarta Pusat, Kamis (27/6/2024).

Dalam aksi itu, Gerakan Buruh Bersama Rakyat (GEBRAK) menginginkan Presiden Joko Widodo (Jokowi) membatalkan program Tapera.

“Menuntut Presiden Jokowi untuk mencabut UU Tapera nomor 4 Tahun 2016 dan peraturan pemerintah turunannya,” ujar Koordinator GEBRAK, Sunarno melalui keterangan resminya, Kamis.

Baca juga: Aliansi Buruh dan Masyarakat Unjuk Rasa Tolak Tapera di Depan Patung Kuda

Bawa bendera dan spanduk penolakan

Berdasarkan pantauan Kompas.com, massa yang mayoritas berbaju merah ini memadati area patung kuda, tepatnya di samping air mancur mulai pukul 12.30 WIB.

Mereka mengibarkan bendera-bendera serikat buruh dalam barisan, di antaranya bendera milik Kongres Aliansi Serikat Buruh Indonesia (KASBI), Serikat Buruh Independent Taekwang (SBIT), dan bendera putih ungu milik Aliansi Jurnalis Independen (AJI).

Selain bendera, sejumlah massa juga membawa beragam spanduk berisikan tuntutan dan kritikan mereka.

Beberapa di antaranya adalah “Kasbi tolak Tapera Tabungan Penipuan Rakyat,”; “10 tahun berkuasa Jokowi bisa apa? Bisa bikin sengsara melalui UU Cipta Kerja,”; serta “Buruh bukan sapi perah. Hentikan perampasan upah”.

Sebagian massa juga membawa brosur untuk menyuarakan tuntutan mereka. Salah satunya bertuliskan, “Tapera untuk siapa, rakyat atau elite pemerintah,”.

Dalam aksi tersebut, massa juga menyanyikan lagu Indonesia Raya sebelum melanjutkan orasi.

Baca juga: Diguyur Hujan, Massa Aksi Tolak Tapera Tetap Bertahan di Depan Patung Kuda

Di depan barisan aksi, ada sejumlah peserta sebagai representasi dari kelompok-kelompok masyarakat Indonesia yang menolak Tapera.

Mereka memakai seragam dokter, buruh, pegawai bank, pelajar, ASN, nelayan, hingga pemberi upah.

Sementara itu, ada juga sebuah diorama bertuliskan sejumlah kerugian Tapera. Beberapa di antaranya adalah “Potongan upah pekerja bertambah”, “ Uang rakyat dirampok pemerintah”, “Pemerintah abai akan tanggung jawab membangun rumah rakyat”, dan “Perumahan rakyat yang layak hanya angan-angan”.

Curiga Tapera untuk biaya program makan siang gratis dan IKN

Sunarno curiga pemotongan gaji pekerja untuk iuran Tapera merupakan akal-akalan untuk membiayai program makan siang gratis dan pembangunan Ibu Kota Nusantara (IKN) pada masa pemerintahan Prabowo Subianto-Gibran Rakabuming Raka.

“Saya pikir itu bukan rahasia lagi. Jadi, terkait dengan program-program pemerintah ini kan banyak terkendala di soal anggaran,” ujar Sunarno di sela-sela aksi unjuk rasa di depan Patung Arjuna Wijaya, Jakarta Pusat, Kamis.

Menurut Sunarno, pemotongan gaji pekerja merupakan cara paling mudah untuk menambal kekurangan anggaran.

Baca juga: Tolak Tapera, Buruh Curiga Iuran Pekerja untuk Biayai Program Makan Siang Gratis dan IKN

Karena itu, ia merasa tak percaya dana iuran Tapera bakal dikelola dengan baik, apalagi sudah banyak program pemerintah yang dikorupsi.

“Dan, ini tentu dari pengalaman-pengalaman yang ada, itu justru banyak dikorupsi. Makanya, kita sepakat program ini karena ternyata hanya untuk menutupi defisit anggaran negara,” katanya.

Atas alasan itulah, massa yang berunjuk rasa menuntut agar Presiden Joko Widodo mencabut Undang-Undang Nomor 4 Tahun 2016 tentang Tapera dan peraturan turunannya.

Massa juga menuntut Jokowi membuka ruang dialog yang demokratis, partisipatif, transparan, dan inklusif dalam rencana penyelenggaran pembangunan perumahan untuk rakyat.

“Menuntut pemerintah membangun perumahan rakyat secara layak, ekonomis dan terjangkau bagi masyarakat berpenghasilan rendah, yang terintegrasi dengan tempat bekerja, dan akses moda transportasi modern,” ujar Sunarno.

Bakal gelar aksi penolakan Tapera lebih besar dan serentak

Usai menggelar aksi, Sunarno menyampaikan bahwa pihaknya akan kembali mengadakan unjuk rasa penolakan program Tapera yang lebih besar.

Baca juga: Buruh Berencana Gelar Aksi Tolak Tapera Lebih Besar dan Serentak, Libatkan Mahasiswa

“Kita ke depan akan mengagendakan aksi besar secara serentak dan bersama-sama untuk melakukan penolakan untuk UU (Undang-undang) Tapera,” ujar Sunarno.

Namun, Sunarno belum mau membocorkan kapan aksi lanjutan penolakan Tapera akan digelar.

Ia hanya mendorong peserta yang hadir dalam aksi pada Kamis kemarin untuk melakukan konsolidasi dengan lebih banyak massa di wilayah masing-masing, baik itu di kampus, pabrik, maupun lingkungan tempat tinggal.

Aliansi BEM Bogor juga unjuk rasa tolak Tapera

Aksi unjuk rasa penolakan Tapera juga digelar Aliansi Badan Eksekutif Mahasiswa se-Kota Bogor Raya di Jalan Sudirman, Kecamatan Bogor Tengah, Kota Bogor, Kamis.

Para mahasiswa datang dari arah Jalan Ahmad Yani sambil membawa sejumlah spanduk yang bertuliskan beberapa tuntutan dan kritikan.

Pengamatan Kompas.com di lokasi, massa mulai memadati area Jalan Sudirman sekitar pukul 16.00 WIB.

Baca juga: Demo Tolak Tapera, Aliansi BEM Bogor Bawa Spanduk Tabungan Penderitaan Rakyat

"Rakyat dibohongi, demokrasi dipecundangi" tulisan dalam spanduk.

"Tapera, Tabungan Penderitaan Rakyat" tulisan dalam spanduk lainnya.

Terlihat salah satu mahasiswa yang menggunakan almamater berwarna hijau naik ke atas mobil komando sambil berorasi.

“Kebijakan yang dikeluarkan terkait tabungan penderitaan rakyat mereka hanya memeras rakyat itu sendiri,” teriak sang orator.

“Kebijakan ini sangat menuai kontroversi mengingat waktu penetapannya yang tidak sesuai dan kurangnya urgensi yang jelas,” lanjut sang orator.

Mahasiswa yang berunjuk rasa sempat meminta petugas dari TNI, Polri, hingga Satpol PP tidak mengadang aksi mereka.

“Seharusnya aparat yang terhormat tidak mengadang kami untuk berdemo di depan Istana,” teriak sang orator.

Baca juga: Aksi Teatrikal Demo Tolak Tapera Aliansi BEM Bogor, Tampilkan Karikatur Jokowi dan Tabur Bunga

Setelah kurang lebih dua jam menggelar aksi, para mahasiswa mulai membubarkan diri dan meninggalkan lokasi demonstrasi sekitar pukul 18.08 WIB.

Namun, mereka berjanji untuk menggelar aksi serupa dengan membawa massa yang lebih banyak, sama seperti apa yang direncanakan para buruh.

“Aksi hari ini kami sudahi. Namun kami berjanji akan membawa massa untuk menyerukan keadilan yang lebih banyak lagi,” teriak salah satu orator.

(Penulis: Shela Octavia, Ruby Rachmadina | Editor: Ambaranie Nadia Kemala Movanita, Fitria Chusna Farisa, Akhdi Martin Pratama)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Bongkar Tenda Pencari Suaka di Kuningan, Pemkot Jaksel: Bikin Kumuh dan Ganggu Lalu Lintas

Bongkar Tenda Pencari Suaka di Kuningan, Pemkot Jaksel: Bikin Kumuh dan Ganggu Lalu Lintas

Megapolitan
Dinas Perumahan Diminta Lebih Serius Mengusut Kasus Penjarahan Rusunawa Marunda

Dinas Perumahan Diminta Lebih Serius Mengusut Kasus Penjarahan Rusunawa Marunda

Megapolitan
Cegah Pengungsi Bangun Tenda Kembali, Aparat TNI-Polri Siaga di Sekitar Kantor UNHCR

Cegah Pengungsi Bangun Tenda Kembali, Aparat TNI-Polri Siaga di Sekitar Kantor UNHCR

Megapolitan
Puluhan Motor Diangkut dan Ditilang dalam Operasi Penindakan Parkir Liar di Kebayoran Baru

Puluhan Motor Diangkut dan Ditilang dalam Operasi Penindakan Parkir Liar di Kebayoran Baru

Megapolitan
Pasar TU Bogor Kebakaran, Pedagang Direlokasi ke Blok Lain

Pasar TU Bogor Kebakaran, Pedagang Direlokasi ke Blok Lain

Megapolitan
Tingkatkan Kualitas Hidup di Perkotaan, Heru Budi: Pemprov DKI Jakarta Sudah Tanam 287.000 Pohon

Tingkatkan Kualitas Hidup di Perkotaan, Heru Budi: Pemprov DKI Jakarta Sudah Tanam 287.000 Pohon

Megapolitan
Cegah Kecurangan Pilgub 2024, Bawaslu Jakut Lakukan Pembinaan Panwascam

Cegah Kecurangan Pilgub 2024, Bawaslu Jakut Lakukan Pembinaan Panwascam

Megapolitan
Dewan Pers: Wartawan Tribratatv Sempat Bertemu Oknum TNI Beberapa Jam Sebelum Kebakaran

Dewan Pers: Wartawan Tribratatv Sempat Bertemu Oknum TNI Beberapa Jam Sebelum Kebakaran

Megapolitan
Murka Suami di Cipondoh, Bakar Istri Sendiri karena Kesal Korban Tak Kunjung Pulang ke Rumah

Murka Suami di Cipondoh, Bakar Istri Sendiri karena Kesal Korban Tak Kunjung Pulang ke Rumah

Megapolitan
Dewan Pers Minta Polri dan TNI Usut Tuntas Kebakaran yang Tewaskan Wartawan di Karo

Dewan Pers Minta Polri dan TNI Usut Tuntas Kebakaran yang Tewaskan Wartawan di Karo

Megapolitan
Pemprov DKI Gelontorkan Rp 18,96 Triliun untuk Pengentasan Kemiskinan di Jakarta

Pemprov DKI Gelontorkan Rp 18,96 Triliun untuk Pengentasan Kemiskinan di Jakarta

Megapolitan
Putri Kedua Pedagang Perabot di Jaktim Jadi Tersangka Pembunuhan Sang Ayah

Putri Kedua Pedagang Perabot di Jaktim Jadi Tersangka Pembunuhan Sang Ayah

Megapolitan
Benyamin-Pilar Bakal Datangi DPP PDI-P Hari Ini, Sebut Terkait Pilkada Tangsel

Benyamin-Pilar Bakal Datangi DPP PDI-P Hari Ini, Sebut Terkait Pilkada Tangsel

Megapolitan
Soal Sosok Ideal Gubernur Jakarta, Pengamat: Harus Tahu Tentang Jakarta

Soal Sosok Ideal Gubernur Jakarta, Pengamat: Harus Tahu Tentang Jakarta

Megapolitan
Tenda Pengungsi di Depan Kantor UNHCR Dibongkar, 15 WNA Diangkut Petugas Imigrasi

Tenda Pengungsi di Depan Kantor UNHCR Dibongkar, 15 WNA Diangkut Petugas Imigrasi

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com