Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Rumah Jagal di Jakarta Sudah Diprotes sejak Zaman Belanda

Kompas.com - 07/08/2013, 08:00 WIB
Estu Suryowati

Penulis


JAKARTA, KOMPAS.com — Keberadaan rumah jagal kambing di kawasan Tanah Abang, Jakarta Pusat, ternyata sudah merepotkan sejak zaman Belanda. Polusinya sudah menjadi masalah untuk warga sekitar.

Menurut budayawan Betawi, Ridwan Saidi, pada tahun 1918, ada rumah jagal milik Menir Haas di Gang Kenari. Karena baunya, rumah jagal tersebut ditutup, kemudian diganti oleh Thamrin sebagai gedung pertemuan.

Kala itu, Pemerintah Hindia Belanda, lanjut Ridwan, merasa iba dengan orang-orang pribumi akibat aktivitas jagal Menir Haas. Padahal, Menir Haas adalah salah seorang ahli daging. Daging kualitas super, daging haas, mengacu pada nama si ahli daging itu.

"Sebelum (pasar kambing) Tanah Abang (pada 1930), sudah ada ketentuan itu (tidak boleh ada polusi karena jagal)," jelasnya saat dijumpai di rumahnya, di Bintaro, Jakarta, Selasa (6/8/2013).

Keberadaan pasar kambing di Tanah Abang mulai ramai setelah 1930. Pada saat itu, orang-orang Betawi sangat taat dengan adatnya. Bagi keluarga berada, anak laki-laki yang berumur 10 tahun diberi sepasang kambing, jantan-betina, untuk dipelihara. Beranjak dewasa, anak-anak yang mulai bosan atau memiliki kesenangan lain boleh menyembelih kambing-kambing itu.

Selain dibelikan kambing, anak laki-laki tadi juga dipasangi anting sebelah. Zaman sekarang serupa dengan anak-anak punk.

Sejak awal abad ke-19, Tanah Abang terkenal dengan pusat perdagangan chita (tekstil). Orang-orang yang punya hajat pun berbondong-bondong membeli rupa-rupa perlengkapan upacara di sana.

Karena banyaknya kambing di Tanah Abang (pasca 1930), orang-orang pun melengkapi belanjaan mereka dengan belanja kambing. Ridwan memastikan kambing-kambing itu bukan kekhasan Tanah Abang.

Seperti pada umumnya pasar, ada perdagangan hewan. Sebut saja Pasar Senen yang ramai dengan perdagangan ayam dan burung, Pasar Jumat dengan perdagangan kambing benggala, serta Pasar Rabu yang tenar dengan pusat perdagangan kelinci.

Keberadaan pasar tersebut lambat laun habis. Ada yang karena proyek pembangunan seperti di Pasar Senen, tetapi umumnya karena tidak ada konsumen (permintaan) seperti Pasar Rabu dan Pasar Jumat.

"Dulu banyak pasar hewan (itu) yang lenyap. Ya, harus terima perubahan, masa kita nangis?" ujarnya.

Lebih lanjut ia menegaskan, keberadaan pasar hewan pun sudah berisiko bagi lingkungan, apalagi rumah jagal. Oleh karenanya, soal jagal di Tanah Abang, Ridwan melihat mudahnya, pemerintah provinsi tinggal menimbang. Berapa banyak orang yang terlibat dalam bisnis jagal? Berapa banyak orang yang terlibat dalam perdagangan kaki lima, yang mau masuk ke Blok G Tanah Abang. "Kita harus adil, bukan artinya mencabut hak orang mencari rezeki," kata dia.

Dia menyatakan, warga Tanah Abang yang berkepentingan dengan rumah jagal juga harus bersikap dan berpikir realistis. "Dari dulu polusi memang harus dijaga, (jagal) memang harus di luar kota," ujar Ridwan.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Khawatir Tak Lagi Dikenal, Mochtar Mohamad Bakal Pasang 1.000 Baliho untuk Pilkada Bekasi

Khawatir Tak Lagi Dikenal, Mochtar Mohamad Bakal Pasang 1.000 Baliho untuk Pilkada Bekasi

Megapolitan
TikToker Galihloss Akui Bikin Konten Penistaan Agama untuk Hiburan

TikToker Galihloss Akui Bikin Konten Penistaan Agama untuk Hiburan

Megapolitan
Polisi Sita Senpi dan Alat Bantu Seks dari Pria yang Cekoki Remaja hingga Tewas

Polisi Sita Senpi dan Alat Bantu Seks dari Pria yang Cekoki Remaja hingga Tewas

Megapolitan
Kebakaran Agen Gas dan Air di Cinere Depok, Empat Ruangan Hangus

Kebakaran Agen Gas dan Air di Cinere Depok, Empat Ruangan Hangus

Megapolitan
Polisi Tangkap Empat Pebisnis Judi 'Online' di Depok yang Jual Koin Slot lewat 'Live Streaming'

Polisi Tangkap Empat Pebisnis Judi "Online" di Depok yang Jual Koin Slot lewat "Live Streaming"

Megapolitan
Punya Penjaringan Sendiri, PDI-P Belum Jawab Ajakan PAN Usung Dedie Rachim di Pilkada Bogor

Punya Penjaringan Sendiri, PDI-P Belum Jawab Ajakan PAN Usung Dedie Rachim di Pilkada Bogor

Megapolitan
Begini Tampang Dua Pria yang Cekoki Remaja 16 Tahun Pakai Narkoba hingga Tewas

Begini Tampang Dua Pria yang Cekoki Remaja 16 Tahun Pakai Narkoba hingga Tewas

Megapolitan
Kelurahan di DKJ Dapat Kucuran Anggaran 5 Persen dari APBD, Sosialisasi Mulai Mei 2024

Kelurahan di DKJ Dapat Kucuran Anggaran 5 Persen dari APBD, Sosialisasi Mulai Mei 2024

Megapolitan
Diprotes Warga karena Penonaktifan NIK, Petugas: Banyak Program Pemprov DKI Tak Berjalan Mulus karena Tak Tertib

Diprotes Warga karena Penonaktifan NIK, Petugas: Banyak Program Pemprov DKI Tak Berjalan Mulus karena Tak Tertib

Megapolitan
Dua Rumah Kebakaran di Kalideres, Satu Orang Tewas

Dua Rumah Kebakaran di Kalideres, Satu Orang Tewas

Megapolitan
Curhat Pedagang Bawang Merah Kehilangan Pembeli Gara-gara Harga Naik Dua Kali Lipat

Curhat Pedagang Bawang Merah Kehilangan Pembeli Gara-gara Harga Naik Dua Kali Lipat

Megapolitan
PAN Ajak PDI-P Ikut Usung Dedie Rachim Jadi Calon Wali Kota Bogor

PAN Ajak PDI-P Ikut Usung Dedie Rachim Jadi Calon Wali Kota Bogor

Megapolitan
Kelakar Chandrika Chika Saat Dibawa ke BNN Lido: Mau ke Mal, Ada Cinta di Sana...

Kelakar Chandrika Chika Saat Dibawa ke BNN Lido: Mau ke Mal, Ada Cinta di Sana...

Megapolitan
Pemilik Toko Gas di Depok Tewas dalam Kebakaran, Saksi: Langsung Meledak, Enggak Tertolong Lagi

Pemilik Toko Gas di Depok Tewas dalam Kebakaran, Saksi: Langsung Meledak, Enggak Tertolong Lagi

Megapolitan
Sowan ke Markas PDI-P Kota Bogor, PAN Ajak Berkoalisi di Pilkada 2024

Sowan ke Markas PDI-P Kota Bogor, PAN Ajak Berkoalisi di Pilkada 2024

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com