Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Gedung Tinggi di Jakarta Tak Tertata Undang Kemacetan

Kompas.com - 27/03/2014, 08:33 WIB
JAKARTA, KOMPAS.com — Laju pembangunan gedung tinggi amat pesat di Jakarta. Proyek bangunan jangkung ini bahkan merambah kawasan padat penduduk dengan jalan sempit. Gedung tumbuh acak dan mulai berdampak buruk, khususnya memicu kemacetan lalu lintas baru.

Di sepanjang Jalan Ciledug Raya hingga Jalan Pakubuwono di Jakarta Selatan, Rabu (26/3/2014), pengguna jalan pasti akan melihat beberapa proyek pembangunan kompleks gedung tinggi. Selain pusat perbelanjaan dan hotel di kawasan Cipulir dekat dengan Pasar Cipulir, ada juga proyek hunian berupa apartemen dengan harga jual mulai Rp 400 juta per unit. Tepat di samping Pasar Kebayoran Lama kini tengah ada alat berat yang difungsikan untuk memulai proyek kondotel dan apartemen. Saat melintasi jembatan layang, akan tampak kompleks apartemen lebih dari enam menara yang sebagian di antaranya siap huni.

Padahal, jalan utama di kawasan itu hanya berupa jalan empat lajur dengan lebar sekitar 12 meter. Saat ini saja nyaris setiap hari kemacetan selalu terjadi di sepanjang Jalan Ciledug Raya. Tidak terbayang ketika semua gedung tinggi tersebut beroperasi dan banyak manusia yang beraktivitas di dalamnya. Sementara sampai sekarang belum ada fasilitas transportasi massal memadai yang melintas di jalan itu.

Warga protes

Pembangunan apartemen di Kemanggisan, Jakarta Barat, dipertanyakan warga di kawasan itu. Udin (45), warga Kelurahan Kebon Jeruk, Kecamatan Kebon Jeruk, mengatakan, sejak tahun 2000-an, puluhan warga menjual rumah mereka ke seorang pengusaha.

”Tidak ada pemberitahuan dari pihak terkait, seperti pemerintah, bahwa akan ada pembangunan apartemen. Sebab, kami hanya tahu tanah itu dijual,” ujar Udin yang rumahnya membelakangi bangunan itu.

Marsyad (60), Ketua RT 001 RW 005, Kelurahan Kebon Jeruk, mengungkapkan, beberapa rumah warga di wilayahnya terkena puing pembangunan. Akibatnya, banyak rumah yang atapnya rusak dan bocor. Karena itu, pada 2010 lalu warga protes meminta pertanggungjawaban pengembang.

Pembangunan apartemen juga mengganggu ketersediaan air di rumah warga. ”Sebelum pembangunan, aliran air tanah di rumah lancar. Namun, sekarang aliran air sedikit, bahkan sering tidak ada air mengalir,” ujar Marsyad yang lahir dan besar di daerah itu.

Selain itu, kehadiran apartemen juga akan menyebabkan kemacetan di daerah itu. Sebab, di depan apartemen itu lebar jalan hanya 7 meter dan berada di persimpangan jalan yang menghubungkan Kemanggisan dan Kebon Jeruk.

Tak jauh dari Kemanggisan, tepatnya di Rawa Belong, dengan kondisi jalan sama, telah berdiri dan beroperasi gedung-gedung tinggi untuk universitas swasta dan hunian vertikal.

Ahli tata kota dari Universitas Tarumanagara, Suryono Herlambang, mengatakan, seharusnya ada ketentuan yang mengharuskan pengembang dan pemerintah membangun jalan alternatif serta menambah sarana transportasi publik dan ruang terbuka hijau, termasuk trotoar yang mengiringi perizinan proyek gedung tinggi. Syarat teknis seperti itu seharusnya muncul di Peraturan Daerah tentang Rencana Detail Tata Ruang (RDTR).

Deputi Gubernur Bidang Tata Ruang dan Lingkungan DKI Jakarta Sarwo Handayani dan Sekretaris Dinas Tata Ruang DKI Jakarta Izhar Chaidir yang dimintai konfirmasi tidak bisa memberi keterangan lebih lanjut. Melalui pesan singkat, Sarwo mengatakan dirinya sedang di luar kota. Sementara Izhar masih mengikuti Musyawarah Rencana Pembangunan. (NEL/A07)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

[POPULER JABODETABEK] Kapolri Beri Hadiah Casis Bintara yang Dibegal dengan Diterima Jadi Polisi | Kilas Balik Kronologi Pembunuhan Vina Cirebon

[POPULER JABODETABEK] Kapolri Beri Hadiah Casis Bintara yang Dibegal dengan Diterima Jadi Polisi | Kilas Balik Kronologi Pembunuhan Vina Cirebon

Megapolitan
Berkoordinasi dengan Polda Jabar, Polda Metro Jaya Bantu Buru 3 DPO Pembunuh Vina

Berkoordinasi dengan Polda Jabar, Polda Metro Jaya Bantu Buru 3 DPO Pembunuh Vina

Megapolitan
Pria di Kali Sodong Dibunuh 'Debt Collector' Gadungan karena Tolak Serahkan Motor

Pria di Kali Sodong Dibunuh "Debt Collector" Gadungan karena Tolak Serahkan Motor

Megapolitan
KPU DKI Verifikasi Dokumen Dukungan Bacagub Independen Dharma Pongrekun hingga 29 Mei

KPU DKI Verifikasi Dokumen Dukungan Bacagub Independen Dharma Pongrekun hingga 29 Mei

Megapolitan
PPK GBK Ungkap Riwayat Kepemilikan Tanah Tempat Berdirinya Hotel Sultan

PPK GBK Ungkap Riwayat Kepemilikan Tanah Tempat Berdirinya Hotel Sultan

Megapolitan
Perubahan Jadwal KRL, Transjakarta, MRT, dan LRT Saat Pencanangan HUT Ke-497 Jakarta 19 Mei

Perubahan Jadwal KRL, Transjakarta, MRT, dan LRT Saat Pencanangan HUT Ke-497 Jakarta 19 Mei

Megapolitan
Epy Kusnandar Isap Ganja di Atas Pohon pada Waktu Subuh

Epy Kusnandar Isap Ganja di Atas Pohon pada Waktu Subuh

Megapolitan
'Bullying' Siswi SMP di Bogor Diduga karena Rebutan Cowok

"Bullying" Siswi SMP di Bogor Diduga karena Rebutan Cowok

Megapolitan
KDRT dan Terlibat Kasus Penistaan Agama, Pejabat Kemenhub Dibebastugaskan

KDRT dan Terlibat Kasus Penistaan Agama, Pejabat Kemenhub Dibebastugaskan

Megapolitan
Mayat di Kali Sodong Ternyata Korban Perampokan dan Pembunuhan, Polisi Tangkap Pelakunya

Mayat di Kali Sodong Ternyata Korban Perampokan dan Pembunuhan, Polisi Tangkap Pelakunya

Megapolitan
Ini Rekayasa Lalu Lintas di Bundaran HI Saat Pencanangan HUT Ke-497 Jakarta pada 19 Mei

Ini Rekayasa Lalu Lintas di Bundaran HI Saat Pencanangan HUT Ke-497 Jakarta pada 19 Mei

Megapolitan
Epy Kusnandar Direhabilitasi sedangkan Yogi Gamblez Ditahan, Ini Alasan Polisi

Epy Kusnandar Direhabilitasi sedangkan Yogi Gamblez Ditahan, Ini Alasan Polisi

Megapolitan
Sidang Konflik Lahan, Hakim Periksa Langsung Objek Perkara di Hotel Sultan

Sidang Konflik Lahan, Hakim Periksa Langsung Objek Perkara di Hotel Sultan

Megapolitan
Dishub DKI Imbau Pengelola Minimarket Ajukan Izin Perparkiran

Dishub DKI Imbau Pengelola Minimarket Ajukan Izin Perparkiran

Megapolitan
Polres Bogor Buat Aplikasi 'SKCK Goes To School' untuk Cegah Kenakalan Remaja, Apa Isinya?

Polres Bogor Buat Aplikasi "SKCK Goes To School" untuk Cegah Kenakalan Remaja, Apa Isinya?

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com