Air tersebut dijual pikulan oleh para penjual air pikulan. Biasanya mereka berkeliling menggunakan gerobak sambil berteriak, "air, air..."
Eko (60), salah satu penjual air di Cilincing, Jakarta Utara, sudah 20 tahun lebih berjualan air pikulan tersebut. Bermodalkan gerobak dengan isi empat pikul air, ia berkeliling di perumahan sekitar kawasan itu. Menurutnya, masih banyak permintaan air pikulan di daerah tersebut karena banyak pelanggannya yang tidak memasang air PAM sehingga membeli air Bogor untuk konsumsi minum.
Selain itu, lanjut dia, ada juga beberapa warga yang sudah menggunakan air PAM, namun masih tetap membeli air bogor miliknya. "Soalnya kata mereka, air PAM kadang keluarnya dikit, kalau dimasak kadang juga masih ada rasanya," ujar Eko kepada Kompas.com, Sabtu (10/5/2014).
Eko menuturkan, setiap harinya ia bisa menjual 80 pikul air. Satu pikul ia jual seharga Rp 7.000. Sedangkan untuk membeli satu pikul air, ia bermodal Rp 5.000.
Biasanya, lanjutnya, air Bogor dibeli dari mobil tangki air. Adapun air satu tangki mobil tersebut dijual dengan harga Rp 500.000.
Siti (54), salah seorang pelanggan air pikul mengaku membeli air tersebut untuk kebutuhan memasak dan minum. "Belum pasang PAM jadinya beli air buat kebutuhan masak, kalau minum sudah pakai air galon, untuk kebutuhan mandi masih pakai air sumur," ucapnya.
Hal senada diungkapkan Kiki (26). Dia masih membeli air pikul lantaran tidak suka dengan air PAM yang masih ada rasa. "Rasanya agak aneh (Air PAM), jadi mending air pikul. Kalau beli air galon kadang boros juga, air Bogor lebih murah," ujarnya.
Pantauan Kompas.com, bukan hanya di wilayah Cilincing saja yang masih menggunakan air pikulan. Di wilayah seperti Koja, Pademangan, Penjaringan, dan Tanjung Priok juga masih banyak yang membeli air pikulan tersebut.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.