Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Tata Kampung Perlu Didukung

Kompas.com - 11/07/2014, 21:01 WIB

JAKARTA, KOMPAS.com — Pelaksanaan program penataan rumah di permukiman padat di Jakarta yang biasa disebut kampung deret seyogianya tidak jalan sendiri. Program ini harus didukung pemetaan jaringan infrastruktur listrik dan air. Juga harus ada kepastian terkait status lahan tempat kampung deret berdiri. Jangan sampai berdiri di tanah sengketa.

Pernyataan itu dilontarkan pengamat perkotaan Yayat Supriatna, Kamis (10/7). Ia mengatakan, sejak awal saat perencanaan, dukungan para pihak harus dipastikan agar program itu tidak terbengkalai di tengah jalan.

Namun, menurut Pelaksana Tugas Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama, sudah tidak ada masalah dalam pembangunan kampung deret. Tanah negara yang digunakan untuk kampung deret bisa diberi sertifikat asalkan tidak ada yang mengklaim atau tidak dalam sengketa.

”Tanah negara yang bukan jalur hijau bisa langsung diberi sertifikat. Undang-undang menyatakan, kalau tanah itu sudah ditempati lebih dari 15 tahun, dia berhak mendapatkannya,” kata Basuki.

Pada dasarnya, lanjut Basuki, para penerima bantuan sosial yang berada di atas tanah negara adalah warga yang sudah tinggal di lokasi tersebut selama 20 tahun.

Basuki juga menjelaskan, penataan di lokasi permukiman kumuh akan terus dilakukan. Program ini tidak mengubah status kepemilikan, tetapi hanya untuk mengubah tampilan muka dan membuka atap rumah warga yang saling bertemu sehingga tercipta permukiman yang sehat.

Seperti diungkapkan Kepala Dinas Perumahan dan Gedung Pemerintahan DKI Jakarta Yonathan Pasodung, pembangunan kampung deret periode pertama di 26 titik sudah hampir selesai. Pemerintah Provinsi DKI Jakarta tinggal menyelesaikan tahap akhir.

Pemprov DKI juga telah melengkapi sarana penerangan dan air bersih di kampung deret. Pekan lalu, kampung deret di Petogogan, Jakarta Selatan, juga telah dialiri listrik.

Belum optimal

Sejumlah fraksi di DPRD DKI Jakarta mempertanyakan program perbaikan dan penataan kampung melalui program kampung deret, terutama karena ada yang berdiri di atas tanah negara. Ketua Fraksi Partai Demokrat Johny Wenas Polii mengatakan, program kampung deret itu tidak optimal.

”Ada 90 penerima bantuan kampung deret yang didirikan di atas lahan dengan peruntukan drainase tata air dan jalan. Ada 1.152 rumah di atas tanah negara dan enam rumah berdiri di garis sempadan sungai,” katanya.

Fraksi PKS juga menyatakan kampung deret kurang hati-hati dalam pelaksanaannya. Alasan yang dikemukakan senada dengan Fraksi Partai Demokrat.

”Program ini terancam mengalami hambatan dan terkesan dipaksakan. Ini ditandai dengan pembangunan jalan pendukung yang tidak sesuai dengan standar lebar jalan, juga tidak didukung penerangan yang tidak tercakup dalam anggaran,” kata Igo Ilham, anggota Fraksi PKS.

Dia menambahkan, pembangunan kampung deret kurang memperhatikan aspek teknis sehingga hasilnya pun tidak maksimal.

Saling melengkapi

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Kecelakaan di UI, Saksi Sebut Mobil HRV Berkecepatan Tinggi Tabrak Bus Kuning

Kecelakaan di UI, Saksi Sebut Mobil HRV Berkecepatan Tinggi Tabrak Bus Kuning

Megapolitan
Polisi Periksa 10 Saksi Kasus Tewasnya Siswa STIP yang Diduga Dianiaya Senior

Polisi Periksa 10 Saksi Kasus Tewasnya Siswa STIP yang Diduga Dianiaya Senior

Megapolitan
Diduga Ngebut, Mobil Tabrak Bikun UI di Hutan Kota

Diduga Ngebut, Mobil Tabrak Bikun UI di Hutan Kota

Megapolitan
Pembunuh Wanita Dalam Koper Sempat Tinggalkan Mayat Korban di Kamar Hotel

Pembunuh Wanita Dalam Koper Sempat Tinggalkan Mayat Korban di Kamar Hotel

Megapolitan
Siswa STIP Dianiaya Senior di Sekolah, Diduga Sudah Tewas Saat Dibawa ke Klinik

Siswa STIP Dianiaya Senior di Sekolah, Diduga Sudah Tewas Saat Dibawa ke Klinik

Megapolitan
Terdapat Luka Lebam di Sekitar Ulu Hati Mahasiswa STIP yang Tewas Diduga Dianiaya Senior

Terdapat Luka Lebam di Sekitar Ulu Hati Mahasiswa STIP yang Tewas Diduga Dianiaya Senior

Megapolitan
Dokter Belum Visum Jenazah Mahasiswa STIP yang Tewas akibat Diduga Dianiaya Senior

Dokter Belum Visum Jenazah Mahasiswa STIP yang Tewas akibat Diduga Dianiaya Senior

Megapolitan
Polisi Pastikan RTH Tubagus Angke Sudah Bersih dari Prostitusi

Polisi Pastikan RTH Tubagus Angke Sudah Bersih dari Prostitusi

Megapolitan
Mahasiswa STIP Tewas Diduga akibat Dianiaya Senior

Mahasiswa STIP Tewas Diduga akibat Dianiaya Senior

Megapolitan
Berbeda Nasib dengan Chandrika Chika, Rio Reifan Tak Akan Dapat Rehabilitasi Narkoba

Berbeda Nasib dengan Chandrika Chika, Rio Reifan Tak Akan Dapat Rehabilitasi Narkoba

Megapolitan
Lansia Korban Hipnotis di Bogor, Emas 1,5 Gram dan Uang Tunai Jutaan Rupiah Raib

Lansia Korban Hipnotis di Bogor, Emas 1,5 Gram dan Uang Tunai Jutaan Rupiah Raib

Megapolitan
Polisi Sebut Keributan Suporter di Stasiun Manggarai Libatkan Jakmania dan Viking

Polisi Sebut Keributan Suporter di Stasiun Manggarai Libatkan Jakmania dan Viking

Megapolitan
Aditya Tak Tahu Koper yang Dibawa Kakaknya Berisi Mayat RM

Aditya Tak Tahu Koper yang Dibawa Kakaknya Berisi Mayat RM

Megapolitan
Kadishub DKI Jakarta Tegaskan Parkir di Minimarket Gratis

Kadishub DKI Jakarta Tegaskan Parkir di Minimarket Gratis

Megapolitan
Koper Pertama Kekecilan, Ahmad Beli Lagi yang Besar untuk Masukkan Jenazah RM

Koper Pertama Kekecilan, Ahmad Beli Lagi yang Besar untuk Masukkan Jenazah RM

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com