Basuki menceritakan bahwa pada tahun 2008 dia sempat diundang untuk menghadiri konvensi Demokrat, sebelum Barack Obama terpilih menjadi Presiden Amerika Serikat. Dia belajar demokrasi di beberapa tempat.
Saat itu, kata pria yang akrab disapa Ahok itu, ada salah seorang senator yang menanyakan soal demokrasi di Indonesia.
"Saya jawabnya santai saja. Kalau Obama itu muslim, kira-kira kalian pilih dia enggak? Dia bilang enggak pilih. Saya bilang, kalian enggak perlu ngajarin saya demokrasi. Kamu harus belajar demokrasi di kampung saya, di kampungnya Laskar Pelangi. 93 persen muslim pilih saya nonmuslim jadi bupati. Kita lebih hebat donk daripada kamu. Logikanya seperti itu," kata Basuki di hadapan perwakilang anggota kongres Kidzania yang berkunjung ke Balaikota DKI Jakarta, Kamis (30/10/2014).
Meski begitu, diakui Basuki, banyak persamaan demokrasi di Amerika Serikat dengan Indonesia. Di Amerika, orang yang bukan Kristen Protestan akan sulit menjadi presiden, seperti di Indonesia orang nonmuslim dan bukan Jawa sulit menjadi orang pemimpin negara. Indonesia dan Ameriksa juga sama-sama tidak pernah memilih wanita menjadi presiden.
Hanya saja, lanjut dia, ada bedanya. Amerika mencatat dengan baik sejarah perjalanan bangsanya sehingga bisa menjadi pelajaran bagi generasi berikutnya. "Itu mengapa Amerika unggul jual produk kreatifitas, seperti film Hollywood itu," kata Basuki.
Belajar dari itu, Basuki berharap banyak orang baik mau terjun ke dunia politik Indonesia. "Kalau yang baik tidak mau masuk, maka yang tidak baik yang berkuasa. Ini pasti terjadi. Kita golput, makin golput, makin senang politisi yang jelek. Toh, golput tidak pernah mendapatkan satu kursi juga, kan," ujarnya.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.