Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Dilaporkan karena Sebut Alumnus "Anak Jenderal", Ini Kata Kepala SMAN 3

Kompas.com - 24/02/2015, 09:08 WIB
Unoviana Kartika

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com — Kepala SMA Negeri 3 Setiabudi, Retno Listyarti, membantah pernah menyebut Erick (32), alumnus sekolah tersebut, sebagai anak jenderal. Karena itu, dia tidak merasa melakukan tindakan yang diskriminatif seperti yang dituduhkan kepadanya.

"Saya hanya pernah mengatakan, saya bertemu Erick di rumah temannya. Ketika saya bertemu Erick, dia juga tidak meminta apa pun. Jadi, saya berpikir positif," kata Retno, Senin (23/2/2015) malam, di Jakarta.

Kalaupun disebut diskriminatif karena hanya menghukum sebagian siswa yang terlibat pengeroyokan, Retno mengatakan, pihaknya masih dalam proses mengidentifikasi kesalahan siswanya sehingga dalam pengembangannya, hukuman skors juga dapat diberikan kepada siswa lainnya.

Retno kembali menegaskan, ia hanya ingin memberikan sanksi bila siswanya melakukan pelanggaran terhadap aturan yang berlaku. Karena itu, pemberian sanksi merupakan bentuk penegakan aturan. (Baca: Siswa SMA 3 Setiabudi Tak Gentar Dilaporkan Oleh Alumni)

"Saya hanya ingin membuat lingkungan sekolah yang nyaman. Maka, saya perlu memutus mata rantai kekerasan," kata Retno.

Menurut kuasa hukum Retno dari Lembaga Bantuan Hukum, Rachmawati Putri, pelaporan Retno atas tuduhan diskriminatif merupakan bentuk kriminalisasi terhadap profesi. Ia mengatakan, diskriminasi merupakan pembatasan berdasarkan SARA. (Baca: Kepala Sekolah SMA 3 Setiabudi Beberkan Kekerasan yang Dilakukan Senior)

"Namun, dalam kasus ini, Bu Retno memberikan sanksi karena ada siswa yang melanggar tata tertib sekolah. Maka, hal ini tidak bisa dibawa ke ranah pidana," kata Rachmawati.

Sebelumnya, orangtua salah seorang siswa, Frans Paulus, menyebutkan alasan pelaporan Retno ke Polda Metro Jaya atas tuduhan telah bersikap diskriminatif. Ia mengatakan, Retno pernah berkata Erick adalah anak seorang jenderal, rumahnya pun besar. (Baca: Mengaku Dicabuli, Siswi SMA 3 Setiabudi Laporkan Erick ke Polisi)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Kasus Kriminal di Depok Naik, dari Pencurian Guling hingga Bocah SMP Dibegal

Kasus Kriminal di Depok Naik, dari Pencurian Guling hingga Bocah SMP Dibegal

Megapolitan
Pemprov DKI Bakal Bangun 2 SPKL Tahun Ini, Salah Satunya di Balai Kota

Pemprov DKI Bakal Bangun 2 SPKL Tahun Ini, Salah Satunya di Balai Kota

Megapolitan
Pedagang Pigura di Bekasi Bakal Jual 1.000 Pasang Foto Prabowo-Gibran

Pedagang Pigura di Bekasi Bakal Jual 1.000 Pasang Foto Prabowo-Gibran

Megapolitan
Ketika Pemprov DKI Seolah Tak Percaya Ada Perkampungan Kumuh Dekat Istana Negara...

Ketika Pemprov DKI Seolah Tak Percaya Ada Perkampungan Kumuh Dekat Istana Negara...

Megapolitan
Pedagang Pigura di Bekasi Patok Harga Foto Prabowo-Gibran mulai Rp 150.000

Pedagang Pigura di Bekasi Patok Harga Foto Prabowo-Gibran mulai Rp 150.000

Megapolitan
Upaya PKS Lanjutkan Hegemoni Kemenangan 5 Periode Berturut-turut pada Pilkada Depok

Upaya PKS Lanjutkan Hegemoni Kemenangan 5 Periode Berturut-turut pada Pilkada Depok

Megapolitan
PKS Bakal Gaet Suara Anak Muda untuk Bisa Menang Lagi pada Pilkada Depok 2024

PKS Bakal Gaet Suara Anak Muda untuk Bisa Menang Lagi pada Pilkada Depok 2024

Megapolitan
Golkar: Elektabilitas Bukan Jadi Indikator Utama untuk Pilih Cagub DKI

Golkar: Elektabilitas Bukan Jadi Indikator Utama untuk Pilih Cagub DKI

Megapolitan
Polisi Periksa 13 Saksi dalam Kasus Anggota Polisi yang Tembak Kepalanya Sendiri

Polisi Periksa 13 Saksi dalam Kasus Anggota Polisi yang Tembak Kepalanya Sendiri

Megapolitan
Nestapa Agus, Tak Dapat Bantuan Pemerintah dan Hanya Andalkan Uang Rp 100.000 untuk Hidup Sebulan

Nestapa Agus, Tak Dapat Bantuan Pemerintah dan Hanya Andalkan Uang Rp 100.000 untuk Hidup Sebulan

Megapolitan
Ogah Bayar Rp 5.000, Preman di Jatinegara Rusak Gerobak Tukang Bubur

Ogah Bayar Rp 5.000, Preman di Jatinegara Rusak Gerobak Tukang Bubur

Megapolitan
Kapolres Jaksel: Brigadir RAT Diduga Bunuh Diri karena Ada Masalah Pribadi

Kapolres Jaksel: Brigadir RAT Diduga Bunuh Diri karena Ada Masalah Pribadi

Megapolitan
Polisi: Mobil Alphard yang Digunakan Brigadir RAT Saat Bunuh Diri Milik Kerabatnya

Polisi: Mobil Alphard yang Digunakan Brigadir RAT Saat Bunuh Diri Milik Kerabatnya

Megapolitan
Prakiraan Cuaca Jakarta Hari Ini Sabtu 27 April 2024, dan Besok: Siang ini Hujan Ringan

Prakiraan Cuaca Jakarta Hari Ini Sabtu 27 April 2024, dan Besok: Siang ini Hujan Ringan

Megapolitan
[POPULER JABODETABEK] Warga yang 'Numpang' KTP Jakarta Protes NIK-nya Dinonaktifkan | Polisi Sita Senpi dan Alat Seks dari Pria yang Cekoki Remaja hingga Tewas

[POPULER JABODETABEK] Warga yang "Numpang" KTP Jakarta Protes NIK-nya Dinonaktifkan | Polisi Sita Senpi dan Alat Seks dari Pria yang Cekoki Remaja hingga Tewas

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com