Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Mengawal Pengendalian Banjir Jakarta

Kompas.com - 22/06/2015, 23:28 WIB

KOMPAS - Penanganan banjir di wilayah DKI Jakarta adalah keniscayaan. Berbagai program telah dicanangkan, tetapi hasilnya minim karena tidak berkelanjutan. Saat pemerintah mulai serius menerapkan program pengendalian banjir, muncul banyak tantangan di lapangan.

Contohnya, pembebasan lahan pembangunan sejumlah waduk yang hingga saat ini masih terkatung-katung. Padahal, waduk merupakan pilar utama pengendalian banjir, utamanya di wilayah utara yang sebagian besar di antaranya merupakan dataran rendah.

Setali tiga uang, program normalisasi kali, sungai, dan waduk tidak tepat waktu karena selalu menimbulkan gejolak. Warga yang mendiami lokasi program menolak dipindahkan. Memindahkan orang di wilayah Jakarta memang selalu terbentur masalah, salah satunya adalah penyediaan tempat relokasi atau rumah susun sederhana sewa (rusunawa).

Meski hanya berstatus wali kota administratif, Rustam Effendi, Wali Kota Jakarta Utara, ingin terus mengawal secara khusus berbagai program yang telah, sedang, dan akan dijalankan terkait program pengendalian banjir.

Strategis

Harap maklum, program di wilayah Jakarta Utara sangat strategis untuk mengurangi banjir yang rutin terjadi di wilayah Jakarta.

"Berbagai masalah memang terus dihadapi, tapi kami terus berupaya agar program tetap jalan. Koordinasi di internal ataupun pihak luar selalu kami lakukan agar permasalahan terkait program bisa tertangani," ucapnya.

Terkait relokasi warga, koordinasi dengan camat dan lurah diintensifkan. Dia juga secara berkala mengunjungi langsung lokasi program pengendalian banjir. Selain itu, normalisasi saluran air yang menjadi wewenang wilayah rutin dikerjakan. Baginya, meski intensitasnya kecil, saluran air di lingkungan warga penting dinormalisasi agar aliran air terkendali. Sejumlah kasus memperlihatkan, walau debit air tidak melimpah, beberapa wilayah tetap tergenang air karena buruknya drainase.

Akan tetapi, saluran air yang baik tidak akan maksimal jika tidak memiliki tempat buangan. Waduk dan mesin pompa juga tentu harus tersedia. Pada 2015, dua waduk yang masih bermasalah dalam pengadaan lahan diupayakan untuk bisa segera dibebaskan.

Menurut Rustam, meski sejumlah waduk belum terealisasi karena lahan, waduk yang ada harus dimaksimalkan dengan mesin pompa yang berkapasitas besar. Hal yang sama juga berlaku bagi puluhan rumah pompa di wilayah Jakarta Utara saat ini. Selain itu, masalah penurunan muka tanah juga perlu diawasi.

Larangan pengambilan air tanah dalam telah diterapkan dan harus diawasi terus-menerus. Untuk hal ini, koordinasi dan komunikasi dengan sejumlah pihak harus diintensifkan. (JAL)

________________________

Versi cetak artikel ini terbit di harian Kompas edisi 22 Juni 2015, di halaman 22 dengan judul "Mengawal Pengendalian Banjir Jakarta".

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Keluarga Harap Tak Ada Intervensi dalam Pengusutan Kasus Mahasiswa STIP yang Tewas Dianiaya Senior

Keluarga Harap Tak Ada Intervensi dalam Pengusutan Kasus Mahasiswa STIP yang Tewas Dianiaya Senior

Megapolitan
Pro-Kontra Warga soal Janji Dishub DKI Tertibkan Juru Parkir, Tak Keberatan jika Jukir Resmi

Pro-Kontra Warga soal Janji Dishub DKI Tertibkan Juru Parkir, Tak Keberatan jika Jukir Resmi

Megapolitan
Mahasiswa STIP Tewas Dianiaya Senior, Pengawasan dan Tata Tertib Kampus Jadi Sorotan

Mahasiswa STIP Tewas Dianiaya Senior, Pengawasan dan Tata Tertib Kampus Jadi Sorotan

Megapolitan
Hari Ini, Polisi Lakukan Gelar Perkara Kasus Mahasiswa STIP Tewas Diduga Dianiaya Senior

Hari Ini, Polisi Lakukan Gelar Perkara Kasus Mahasiswa STIP Tewas Diduga Dianiaya Senior

Megapolitan
Usul Heru Budi Bangun “Jogging Track” di RTH Tubagus Angke Dinilai Tak Tepat dan Buang Anggaran

Usul Heru Budi Bangun “Jogging Track” di RTH Tubagus Angke Dinilai Tak Tepat dan Buang Anggaran

Megapolitan
Polisi Sebut Pembunuh Wanita Dalam Koper Tak Berniat Ambil Uang Kantor yang Dibawa Korban

Polisi Sebut Pembunuh Wanita Dalam Koper Tak Berniat Ambil Uang Kantor yang Dibawa Korban

Megapolitan
Ketimbang “Jogging Track”, RTH Tubagus Angka Diusulkan Jadi Taman Bermain Anak untuk Cegah Prostitusi

Ketimbang “Jogging Track”, RTH Tubagus Angka Diusulkan Jadi Taman Bermain Anak untuk Cegah Prostitusi

Megapolitan
Mahasiswa STIP Tewas Dianiaya Senior, Keluarga Minta Keadilan dan Tanggung Jawab Kampus

Mahasiswa STIP Tewas Dianiaya Senior, Keluarga Minta Keadilan dan Tanggung Jawab Kampus

Megapolitan
Mahasiswa STIP Tewas Diduga Dianiaya Senior, Keluarga Temukan Banyak Luka Lebam

Mahasiswa STIP Tewas Diduga Dianiaya Senior, Keluarga Temukan Banyak Luka Lebam

Megapolitan
Taruna STIP Tewas Dianiaya Senior, Keluarga Sebut Korban Tak Punya Musuh

Taruna STIP Tewas Dianiaya Senior, Keluarga Sebut Korban Tak Punya Musuh

Megapolitan
Otopsi Selesai, Jenazah Taruna STIP yang Tewas Dianiaya Senior Akan Diterbangkan ke Bali Besok

Otopsi Selesai, Jenazah Taruna STIP yang Tewas Dianiaya Senior Akan Diterbangkan ke Bali Besok

Megapolitan
Jadi Tempat Prostitusi, RTH Tubagus Angke Diusulkan untuk Ditutup Sementara dan Ditata Ulang

Jadi Tempat Prostitusi, RTH Tubagus Angke Diusulkan untuk Ditutup Sementara dan Ditata Ulang

Megapolitan
Heru Budi Diminta Tegur Wali Kota hingga Lurah karena RTH Tubagus Angke Jadi Tempat Prostitusi

Heru Budi Diminta Tegur Wali Kota hingga Lurah karena RTH Tubagus Angke Jadi Tempat Prostitusi

Megapolitan
Keberatan Ditertibkan, Juru Parkir Minimarket: Cari Kerjaan Kan Susah...

Keberatan Ditertibkan, Juru Parkir Minimarket: Cari Kerjaan Kan Susah...

Megapolitan
BPSDMP Kemenhub Bentuk Tim Investigasi Usut Kasus Tewasnya Taruna STIP

BPSDMP Kemenhub Bentuk Tim Investigasi Usut Kasus Tewasnya Taruna STIP

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com