Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

"Hubungan Ahok-Rustam yang Sudah Renggang Tak Bisa Dibiarkan Terus-menerus"

Kompas.com - 26/04/2016, 10:38 WIB
Kahfi Dirga Cahya

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com - Mundurnya Wali Kota Jakarta Utara Rustam Effendi dianggap wajar di dunia birokrasi.

Sebab, hubungan Rustam dengan Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama "Ahok" sudah lebih dulu renggang.

Kerenggangan itu tampak terkait sejumlah kebijakan, di antaranya penggusuran kawasan Kalijodo dan Pasar Ikan. Rustam disebut Ahok tak mematuhi instruksinya.

"Itu menujukkan tindakan indisipliner. Jika dibiarkan terus menerus, antara wali kota dan gubernur yang terjadi adalah kebijakan yang sulit. Tersumbat 'botol' kebijakan," kata Direktur Eksekutif Charta Politika, Yunarto Wijaya saat dihubungi Kompas.com, Jakarta, Selasa (26/4/2016).

(Baca: Ini Alasan Rustam Effendi Mengundurkan Diri dari Wali Kota Jakarta Utara)

Sikap Ahok yang membuka kesalahan bawahan di publik ini dinilainya tepat. Sebab, menurut Yunarto, pada era reformasi ini, kinerja pegawai negeri sipil (PNS) perlu dibuka secara lebar.

Keterbukaan itu menyangkut transparansi dan akuntabilitas. Yunarto mengibaratkan gubernur sebagai direktur utama dalam perusahaan terbuka.

Sementara itu, publik diibaratkan sebagai pemegang saham perusahaan. "Sehingga ketika ada manajer (PNS) dan general manager (PNS) melakukan kesalahan, ya harus dilaporkan ke pemegang saham (masyarakat)," kata Yunarto.

Keterbukaan birokrasi ini, menurut dia, tidak terdapat pada pemerintahan masa lalu.

Namun, lanjut dia, keterbukaan itu kini dimunculkan Ahok meskipun terkesan kontroversial.

(Baca juga: Ahok: Rustam Effendi Berpolitik, Bilang Sakit Hati Segala Macam)

Ia juga menilai sikap Rustam, yang mengundurkan diri dari jabatannya, patut diapresiasi.

Saat kesalahannya dibuka dan ditegur atasan, ia memilih mengundurkan diri.

Yunarto mengatakan, jarang ada pejabat yang memiliki etika dan berjiwa besar seperti Rustam.

Kendati demikian, ia mengingatkan bahwa mundurnya Rustam ini merupakan hal yang biasa terjadi di dunia birokrasi.

Sedianya, menurut dia, hal ini tidak dibesar-besarkan, apalagi dikaitkan dengan konteks Pilkada DKI Jakarta 2017.

"Peristiwa biasa saja dikaitkan Pilkada dan memancing sifatnya konfliktual dan yang merugikan masyarakat," kata Yunarto.

Kompas TV Tuding Rustam, Ahok: Saya Cuma Bercanda
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Terkini Lainnya

Razia Dua Warung Kelontong di Bogor, Polisi Sita 28 Miras Campuran

Razia Dua Warung Kelontong di Bogor, Polisi Sita 28 Miras Campuran

Megapolitan
Tanda Tanya Kasus Kematian Akseyna yang Hingga Kini Belum Terungkap

Tanda Tanya Kasus Kematian Akseyna yang Hingga Kini Belum Terungkap

Megapolitan
Pedagang di Sekitar JIExpo Bilang Dapat Untung 50 Persen Lebih Besar Berkat Jakarta Fair

Pedagang di Sekitar JIExpo Bilang Dapat Untung 50 Persen Lebih Besar Berkat Jakarta Fair

Megapolitan
Beginilah Kondisi Terkini Jakarta Fair Kemayoran 2024...

Beginilah Kondisi Terkini Jakarta Fair Kemayoran 2024...

Megapolitan
[POPULER JABODETABEK] Akhir Pelarian Perampok 18 Jam Tangan Mewah di PIK 2 | Masjid Agung Al-Azhar Gelar Shalat Idul Adha Hari Minggu

[POPULER JABODETABEK] Akhir Pelarian Perampok 18 Jam Tangan Mewah di PIK 2 | Masjid Agung Al-Azhar Gelar Shalat Idul Adha Hari Minggu

Megapolitan
Diduga Joging Pakai 'Headset', Seorang Pria Tertabrak Kereta di Grogol

Diduga Joging Pakai "Headset", Seorang Pria Tertabrak Kereta di Grogol

Megapolitan
Pemeras Ria Ricis Gunakan Rekening Teman untuk Tampung Uang Hasil Pemerasan

Pemeras Ria Ricis Gunakan Rekening Teman untuk Tampung Uang Hasil Pemerasan

Megapolitan
Anies Bakal 'Kembalikan Jakarta ke Relnya', Pengamat: Secara Tak Langsung Singgung Heru Budi

Anies Bakal "Kembalikan Jakarta ke Relnya", Pengamat: Secara Tak Langsung Singgung Heru Budi

Megapolitan
Pedagang Kerak Telor di PRJ Mengeluh Sepi Pembeli: Dulu Habis 50 Telor, Kemarin Cuma 10

Pedagang Kerak Telor di PRJ Mengeluh Sepi Pembeli: Dulu Habis 50 Telor, Kemarin Cuma 10

Megapolitan
Keluarga Akseyna Minta Polisi Dalami Penulis Lain dalam Surat Wasiat sesuai Analisis Grafolog

Keluarga Akseyna Minta Polisi Dalami Penulis Lain dalam Surat Wasiat sesuai Analisis Grafolog

Megapolitan
Kasus Akseyna Berlanjut, Keluarga Sebut Ada Informasi yang Belum Diterima Penyidik Baru

Kasus Akseyna Berlanjut, Keluarga Sebut Ada Informasi yang Belum Diterima Penyidik Baru

Megapolitan
SP2HP Kedua Terbit, Keluarga Akseyna: Selama Ini Sering Naik Turun, Pas Ramai Baru Terlihat Pergerakan

SP2HP Kedua Terbit, Keluarga Akseyna: Selama Ini Sering Naik Turun, Pas Ramai Baru Terlihat Pergerakan

Megapolitan
Polisi Terbitkan SP2HP Kedua Terkait Kasus Akseyna, Keluarga Berharap Aparat Jaga Momentum

Polisi Terbitkan SP2HP Kedua Terkait Kasus Akseyna, Keluarga Berharap Aparat Jaga Momentum

Megapolitan
Tak Bisa Biayai Pemakaman, Keluarga Tak Kunjung Ambil Jenazah Pengemis Korban Kebakaran di Pejaten

Tak Bisa Biayai Pemakaman, Keluarga Tak Kunjung Ambil Jenazah Pengemis Korban Kebakaran di Pejaten

Megapolitan
Keluarga Pengemis Sebatang Kara di Pejaten Barat Lepas Tangan Usai Mendiang Tewas Akibat Kebakaran

Keluarga Pengemis Sebatang Kara di Pejaten Barat Lepas Tangan Usai Mendiang Tewas Akibat Kebakaran

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com