Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Komnas PA: Anak di Bawah Umur Lakukan Kekerasan Seksual Bukan karena Ikut-ikutan

Kompas.com - 17/06/2016, 21:08 WIB
David Oliver Purba

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com - Ketua Komisi Nasional Perlindungan Anak (Komnas PA) Arist Merdeka Sirait menyampaikan, 16 persen pelaku tindak kekerasan seksual merupakan anak di bawah umur. Mereka rata-rata berusia di bawah 14 tahun.

Menurut Arist, apa yang dilakukan pelaku di bawah umur itu bukan karena ikut-ikutan.

Ia mengatakan bahwa pelaku memang sudah berhasrat dan berani melakukannya karena tindakan itu dilakukan secara bersama-sama.

Dalam pergaulan remaja, kata Arist, jarang ditemukan remaja yang melakukan kegiatan sendirian.

Remaja cenderung melakukan kegiatan bersama dengan teman atau kelompok lain yang dekat dengannya.

Besar kemungkinan, lanjut dia, pelaku berani melakukan kejahatan seksual apabila berkelompok karena merasa kesalahan itu akan ditanggung bersama.

(Baca juga: Cegah Kasus Kekerasan Anak, Keluarga dan Lingkungan Harus Lebih Berperan)

Belum lagi konsumsi narkoba atau muatan pornografi yang dinilainya menjadikan anak di bawah umur sulit mengendalikan diri.

"Semakin dia bergerombol, semakin dia mengkonsumsi apa yang dia lihat, semakin ada inisiatif. Apalagi kalau dia mengkonsumi narkoba atau pornografi secara bersama-sama, kontrol dirinya hilang. Dia menganggap bahwa dengan berkolompok, dia share terhadap kesalahannya," ujar Arist di Slipi, Jakarta Barat, Jumat (17/6/2016).

Selain itu, menurut dia, ada faktor ekonomi yang melatarbelakangi terjadinya kekerasan seksual.

Ia mengatakan, pemerkosaan secara berkelompok cukup sering ditemukan di pedesaan.

Rata-rata pelaku adalah orang yang tidak memiliki pekerjaan sehingga mendiskusikan kegiatan yang bisa dikerjakan bersama dengan kelompoknya.

"Untuk gengrape, kalau dilihat secara geografis, sebarannya berada di desa-desa. Kalau tidak ada aktivitas, mereka akan bergerombol dan mendiskusikan apa yang akan mereka konsumsi (lakukan), makanya kalau misalnya tidak punya pekerjaan, akan sulit untuk mengontrol diri," ujar Arist.

(Baca juga: Pendidikan Seksualitas Bantu Anak Mampu Menolak Kekerasan)

Salah kasus yang menyita perhatiannya adalah pemerkosaan terhadap Yn (14), seorang siswi SMP di Desa Padang Ulak Tanding, Kecamatan Rejang Lebong, Provinsi Bengkulu.

Pemerkosaan di Bengkulu itu terjadi pada pertengahan April 2016. Yn diperkosa 14 pemuda saat ia pulang sekolah.

Semua pelaku dalam keadaan mabuk saat melakukan tindakan bejat itu. Rata-rata pelaku juga masih di bawah umur. (Baca juga: Kini Kampung Yn Mulai Terang Benderang)

Kompas TV Efektifkah Hukuman Kebiri? (Bag 1)
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Terkini Lainnya

Lurah: Separuh Penduduk Kali Anyar Buruh Konfeksi dari Perantauan

Lurah: Separuh Penduduk Kali Anyar Buruh Konfeksi dari Perantauan

Megapolitan
Optimistis Seniman Jalanan Karyanya Dihargai meski Sering Lukisannya Terpaksa Dibakar...

Optimistis Seniman Jalanan Karyanya Dihargai meski Sering Lukisannya Terpaksa Dibakar...

Megapolitan
Kampung Konfeksi di Tambora Terbentuk sejak Zaman Kolonial, Dibuat untuk Seragam Pemerintahan

Kampung Konfeksi di Tambora Terbentuk sejak Zaman Kolonial, Dibuat untuk Seragam Pemerintahan

Megapolitan
Razia Dua Warung Kelontong di Bogor, Polisi Sita 28 Miras Campuran

Razia Dua Warung Kelontong di Bogor, Polisi Sita 28 Miras Campuran

Megapolitan
Tanda Tanya Kasus Kematian Akseyna yang Hingga Kini Belum Terungkap

Tanda Tanya Kasus Kematian Akseyna yang Hingga Kini Belum Terungkap

Megapolitan
Pedagang di Sekitar JIExpo Bilang Dapat Untung 50 Persen Lebih Besar Berkat Jakarta Fair

Pedagang di Sekitar JIExpo Bilang Dapat Untung 50 Persen Lebih Besar Berkat Jakarta Fair

Megapolitan
Beginilah Kondisi Terkini Jakarta Fair Kemayoran 2024...

Beginilah Kondisi Terkini Jakarta Fair Kemayoran 2024...

Megapolitan
[POPULER JABODETABEK] Akhir Pelarian Perampok 18 Jam Tangan Mewah di PIK 2 | Masjid Agung Al-Azhar Gelar Shalat Idul Adha Hari Minggu

[POPULER JABODETABEK] Akhir Pelarian Perampok 18 Jam Tangan Mewah di PIK 2 | Masjid Agung Al-Azhar Gelar Shalat Idul Adha Hari Minggu

Megapolitan
Diduga Joging Pakai 'Headset', Seorang Pria Tewas Tertabrak Kereta di Grogol

Diduga Joging Pakai "Headset", Seorang Pria Tewas Tertabrak Kereta di Grogol

Megapolitan
Pemeras Ria Ricis Gunakan Rekening Teman untuk Tampung Uang Hasil Pemerasan

Pemeras Ria Ricis Gunakan Rekening Teman untuk Tampung Uang Hasil Pemerasan

Megapolitan
Anies Bakal 'Kembalikan Jakarta ke Relnya', Pengamat: Secara Tak Langsung Singgung Heru Budi

Anies Bakal "Kembalikan Jakarta ke Relnya", Pengamat: Secara Tak Langsung Singgung Heru Budi

Megapolitan
Pedagang Kerak Telor di PRJ Mengeluh Sepi Pembeli: Dulu Habis 50 Telor, Kemarin Cuma 10

Pedagang Kerak Telor di PRJ Mengeluh Sepi Pembeli: Dulu Habis 50 Telor, Kemarin Cuma 10

Megapolitan
Keluarga Akseyna Minta Polisi Dalami Penulis Lain dalam Surat Wasiat sesuai Analisis Grafolog

Keluarga Akseyna Minta Polisi Dalami Penulis Lain dalam Surat Wasiat sesuai Analisis Grafolog

Megapolitan
Kasus Akseyna Berlanjut, Keluarga Sebut Ada Informasi yang Belum Diterima Penyidik Baru

Kasus Akseyna Berlanjut, Keluarga Sebut Ada Informasi yang Belum Diterima Penyidik Baru

Megapolitan
SP2HP Kedua Terbit, Keluarga Akseyna: Selama Ini Sering Naik Turun, Pas Ramai Baru Terlihat Pergerakan

SP2HP Kedua Terbit, Keluarga Akseyna: Selama Ini Sering Naik Turun, Pas Ramai Baru Terlihat Pergerakan

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com