Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kasudinsos Jaksel: Kami Sudah Halau PMKS, Instansi Lain Mungkin Kurang

Kompas.com - 12/07/2016, 20:09 WIB
Nibras Nada Nailufar

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com - Banyaknya pendatang dari luar Jakarta pasca Lebaran turut membawa potensi masalah kesejahteraan sosial. Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama mengatakan pendatang yang tidak memiliki keterampilan akan menjadi penyandang masalah kesejahteraan sosial (PMKS) dan menetap di bantaran kali.

Basuki juga menyebut kebijakannya untuk mengantisipasi pendatang yang menjadi penyandang masalah kesejahteraan sosial (PMKS) tak berjalan. Pemerintah Provinsi DKI Jakarta menerapkan kebijakan penandatanganan formulir dan jaminan tidak kembali lagi ke Jakarta bagi para PMKS.

Jika PMKS ketahuan kembali ke Jakarta, maka PMKS tersebut akan dipidana.

Kepala Suku Dinas Sosial Jakarta Selatan Mursidin membantah pihaknya tidak menjalankan kebijakan ini. Setiap hari, 100 petugas Pelayanan, Pengawasan, dan Pengendalian Sosial (P3S) di Jakarta Selatan selalu melaksanakan patroli dan menjaring PMKS baik yang merupakan warga Jakarta atau pendatang.

"Yang warga Jakarta kami arahkan ke panti, yang dari luar Jakarta selalu kok kami kembalikan ke daerahnya dan diminta berjanji melalui formulir tidak akan kembali lagi," kata Mursidin kepada Kompas.com, Selasa (12/7/2016).

PMKS dikembalikan ke daerahnya masing-masing dengan dana APBD yang disalurkan ke Pemkot. Namun Mursidin mengaku selama ini tidak pernah mempidanakan PMKS sebab tidak menemukan PMKS dari luar daerah yang kembali lagi.

"Kalau Pak Gubernur mensinyalir PMKS masih banyak karena aturan itu tidak berjalan, mungkin karena selama ini usaha dengan instansi lain kurang. Kan penegakan hukum itu dari Satpol PP dan polisi, kami dari Dinas Sosial cuma menghalau," kata Mursidin.

Mursidin juga mengungkapkan bahwa banyaknya PMKS merupakan masalah yang sifatnya musiman. Seperti Ramadhan kemarin, terdapat 102 PMKS di Jakarta Selatan yang berhasil dijaring. PMKS itu terdiri dari gelandangan, pengemis, anak jalanan, wanita tuna susila, penyandang cacat mental, pedagang asongan, dan juru parkir liar.

"Kemarin pas puasa banyak di masjid, sekarang habis Lebaran juga mungkin banyak lagi," kata Mursidin.

Sementara itu, langkah preventif dilakukan oleh Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil melalui operasi bina kependudukan (Biduk). Biduk dilakukan untuk mengendalikan arus urbanisasi ke Jakarta yang diprediksi membludak pasca Lebaran.

Rencananya, tahun ini operasi bina kependudukan dilaksanakan di lokasi bekas penertiban serta di jalur hijau dan dilaksanakan setelah pendataan penduduk baru di kelurahan selesai pada 29 Juli 2016.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Menyusuri Jalan yang Dilalui Para Korban Tragedi 12 Mei 1998...

Menyusuri Jalan yang Dilalui Para Korban Tragedi 12 Mei 1998...

Megapolitan
Sosok Dimas Aditya Korban Kecelakaan Bus Ciater Dikenal Tak Mudah Marah

Sosok Dimas Aditya Korban Kecelakaan Bus Ciater Dikenal Tak Mudah Marah

Megapolitan
Dua Truk TNI Disebut Menerobos CFD Jakarta, Ini Klarifikasi Kapendam Jaya

Dua Truk TNI Disebut Menerobos CFD Jakarta, Ini Klarifikasi Kapendam Jaya

Megapolitan
Diiringi Isak Tangis, 6 Korban Kecelakaan Bus Ciater Dimakamkan di TPU Parung Bingung

Diiringi Isak Tangis, 6 Korban Kecelakaan Bus Ciater Dimakamkan di TPU Parung Bingung

Megapolitan
Titik Terang Kasus Mayat Terbungkus Sarung di Pamulang: Terduga Pelaku Ditangkap, Identitas Korban Diketahui

Titik Terang Kasus Mayat Terbungkus Sarung di Pamulang: Terduga Pelaku Ditangkap, Identitas Korban Diketahui

Megapolitan
3 Pelajar SMK Lingga Kencana Korban Kecelakaan Bus Dishalatkan di Musala Al Kautsar Depok

3 Pelajar SMK Lingga Kencana Korban Kecelakaan Bus Dishalatkan di Musala Al Kautsar Depok

Megapolitan
Isak Tangis Iringi Kedatangan 3 Jenazah Korban Kecelakaan Bus Ciater: Enggak Nyangka, Pulang-pulang Meninggal...

Isak Tangis Iringi Kedatangan 3 Jenazah Korban Kecelakaan Bus Ciater: Enggak Nyangka, Pulang-pulang Meninggal...

Megapolitan
Terduga Pembunuh Pria Dalam Sarung di Pamulang Ditangkap

Terduga Pembunuh Pria Dalam Sarung di Pamulang Ditangkap

Megapolitan
Pemprov DKI Lepas Ratusan Jemaah Haji Kloter Pertama Asal Jakarta

Pemprov DKI Lepas Ratusan Jemaah Haji Kloter Pertama Asal Jakarta

Megapolitan
Pesan Terakhir Guru SMK Lingga Kencana Korban Kecelakaan Bus di Ciater Subang

Pesan Terakhir Guru SMK Lingga Kencana Korban Kecelakaan Bus di Ciater Subang

Megapolitan
Gratis Untuk Anak Pejuang Kanker, Begini Syarat Menginap di 'Rumah Anyo'

Gratis Untuk Anak Pejuang Kanker, Begini Syarat Menginap di 'Rumah Anyo'

Megapolitan
Gelar 'Napak Reformasi', Komnas Perempuan Ajak Masyarakat Mengingat Tragedi 12 Mei 1998

Gelar "Napak Reformasi", Komnas Perempuan Ajak Masyarakat Mengingat Tragedi 12 Mei 1998

Megapolitan
Jatuh Bangun Pinta Mendirikan 'Rumah Anyo' Demi Selamatkan Para Anak Pejuang Kanker

Jatuh Bangun Pinta Mendirikan 'Rumah Anyo' Demi Selamatkan Para Anak Pejuang Kanker

Megapolitan
Saat Epy Kusnandar Ditangkap karena Narkoba, Diam Seribu Bahasa

Saat Epy Kusnandar Ditangkap karena Narkoba, Diam Seribu Bahasa

Megapolitan
Misteri Mayat Pria Terbungkus Sarung di Pamulang, Diduga Dibunuh Lalu Dibuang

Misteri Mayat Pria Terbungkus Sarung di Pamulang, Diduga Dibunuh Lalu Dibuang

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com