Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Warga Kesal, Ketua RT Pun Diusir Saat Penggusuran di Cawang

Kompas.com - 15/11/2016, 15:20 WIB

JAKARTA, KOMPAS.com — Puluhan warga di RT 06 RW 01, Kelurahan Cawang, Kramat Jati, Jakarta Timur, kesal dengan ulah ketua RT mereka. Ketua RT bernama Grahono itu dianggap tidak komunikatif dan tidak cekatan sehingga terjadi banyak miskomunikasi antara warga dan Pemkot Jakarta Timur.

Alhasil, saat puluhan bangunan di kampung di bantaran Sungai Ciliwung itu dirobohkan, Selasa (15/11/2016), warga emosi dan mengusir Grahono.

"Dia tidak menyampaikan hal-hal penting terkait penertiban ini. Tidak pernah ada omongan. Dia cuma datang ke rumah warga, kasih undangan sosialisasi, dan tiba-tiba menyuruh warga membongkar rumah karena akan ada penertiban," kata warga bernama Solihin (37).

Solihin sendiri sebenarnya mendapat jatah rumah susun. Namun, dia menolak dan memilih mencari rumah kontrakan di sekitar Cawang.

"Saya kerja di dekat sini dan anak-anak juga sekolah di sini. Pindah ke sana, sama saja menambah masalah. Sementara saya numpang dulu di rumah saudara sambil nyari kontrakan yang murah," kata Solihin yang dilahirkan di tempat itu.

Telantar

Puluhan warga hanya bisa memandang prihatin rumahnya dihancurkan. Mereka mencoba ikhlas karena sadar bahwa lahan yang mereka tempati selama puluhan tahun itu bukan milik mereka.

Namun, yang paling membuat warga jengkel adalah tidak maksimalnya komunikasi antara warga dan pemerintah sehingga banyak aspirasi mereka tidak tersampaikan. Banyak warga yang tidak mendapat tempat relokasi di Rusun Rawa Bebek.

"Dari ratusan KK, hanya sekitar dua puluh yang direlokasi. Kasihan yang lain terkatung-katung seperti ini," katanya.

Puluhan warga masih berkumpul di sebuah sudut perkampungan. Barang-barang menumpuk di sekitar mereka. Beberapa orang mengaku bahwa untuk sementara mereka akan menginap di sana dengan cara mendirikan tenda karena mereka belum mendapat rumah kontrakan.

"Nyari kontrakan itu tidak mudah. Sekarang itu banyak yang minta tahunan dengan harga di atas Rp 10 juta. Warga mana ada uang sebanyak itu. Terpaksa sementara mereka akan tinggal di sini dulu," kata Solihin.

Warga lain, El Sinaga (41), juga menyayangkan sikap ketua RT yang menurut dia abai. Terlebih lagi, saat warganya pusing terhadap rencana penggusuran, ketua RT beberapa waktu lalu malah pergi dari kampung itu.

"Memang kami sudah dua kali diajak sosialisasi, tapi memang komunikasi antara warga dengan pemerintah kurang bagus. Harusnya pihak RT yang menjadi penyambung lidah," jelasnya.

Sinaga yang tinggal bersama anak-istri beserta tiga saudaranya dengan total 13 jiwa harus menerima kenyataan hanya mendapat satu jatah rusun.

"Rumah yang saya tempati itu dibagi empat pintu, tapi saat pengukuran dihitung satu rumah saja yang berhak dapat rusun. Hal seperti ini juga dialami warga lain sehingga lebih banyak warga yang tidak mendapat rusun. Mereka sebagian mengontrak dan sisanya saya tidak tahu," jelasnya.

Lurah Cawang Haerudin memastikan bahwa pihaknya telah mengundang semua warga dalam sosialisasi di kantor Kelurahan Cawang.

"Kami sesuai prosedur. Lebih dulu kami lakukan sosialisasi dan pendataan bidang tanah maupun jumlah bangunan. Memang tidak semua warga berhak dapat rusun karena jatah rusun berdasarkan jumlah bidang tanah," kata dia.

Bahkan, seusai sosialisasi, pihaknya juga sudah mengajak warga melihat unit Rusun Rawa Bebek sebagai tempat relokasi. Haerudin bilang, saat ini ia sedang mencarikan solusi untuk ratusan warga yang belum direlokasi.

(Feryanto Hadi/Warta Kota)

Kompas TV Banjir Genangi Rumah Warga di Tiga RW

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Terkini Lainnya

[POPULER JABODETABEK] Kapolri Beri Hadiah Casis Bintara yang Dibegal dengan Diterima Jadi Polisi | Kilas Balik Kronologi Pembunuhan Vina Cirebon

[POPULER JABODETABEK] Kapolri Beri Hadiah Casis Bintara yang Dibegal dengan Diterima Jadi Polisi | Kilas Balik Kronologi Pembunuhan Vina Cirebon

Megapolitan
Berkoordinasi dengan Polda Jabar, Polda Metro Jaya Bantu Buru 3 DPO Pembunuh Vina

Berkoordinasi dengan Polda Jabar, Polda Metro Jaya Bantu Buru 3 DPO Pembunuh Vina

Megapolitan
Pria di Kali Sodong Dibunuh 'Debt Collector' Gadungan karena Tolak Serahkan Motor

Pria di Kali Sodong Dibunuh "Debt Collector" Gadungan karena Tolak Serahkan Motor

Megapolitan
KPU DKI Verifikasi Dokumen Dukungan Bacagub Independen Dharma Pongrekun hingga 29 Mei

KPU DKI Verifikasi Dokumen Dukungan Bacagub Independen Dharma Pongrekun hingga 29 Mei

Megapolitan
PPK GBK Ungkap Riwayat Kepemilikan Tanah Tempat Berdirinya Hotel Sultan

PPK GBK Ungkap Riwayat Kepemilikan Tanah Tempat Berdirinya Hotel Sultan

Megapolitan
Perubahan Jadwal KRL, Transjakarta, MRT, dan LRT Saat Pencanangan HUT Ke-497 Jakarta 19 Mei

Perubahan Jadwal KRL, Transjakarta, MRT, dan LRT Saat Pencanangan HUT Ke-497 Jakarta 19 Mei

Megapolitan
Epy Kusnandar Isap Ganja di Atas Pohon pada Waktu Subuh

Epy Kusnandar Isap Ganja di Atas Pohon pada Waktu Subuh

Megapolitan
'Bullying' Siswi SMP di Bogor Diduga karena Rebutan Cowok

"Bullying" Siswi SMP di Bogor Diduga karena Rebutan Cowok

Megapolitan
KDRT dan Terlibat Kasus Penistaan Agama, Pejabat Kemenhub Dibebastugaskan

KDRT dan Terlibat Kasus Penistaan Agama, Pejabat Kemenhub Dibebastugaskan

Megapolitan
Mayat di Kali Sodong Ternyata Korban Perampokan dan Pembunuhan, Polisi Tangkap Pelakunya

Mayat di Kali Sodong Ternyata Korban Perampokan dan Pembunuhan, Polisi Tangkap Pelakunya

Megapolitan
Ini Rekayasa Lalu Lintas di Bundaran HI Saat Pencanangan HUT Ke-497 Jakarta pada 19 Mei

Ini Rekayasa Lalu Lintas di Bundaran HI Saat Pencanangan HUT Ke-497 Jakarta pada 19 Mei

Megapolitan
Epy Kusnandar Direhabilitasi sedangkan Yogi Gamblez Ditahan, Ini Alasan Polisi

Epy Kusnandar Direhabilitasi sedangkan Yogi Gamblez Ditahan, Ini Alasan Polisi

Megapolitan
Sidang Konflik Lahan, Hakim Periksa Langsung Objek Perkara di Hotel Sultan

Sidang Konflik Lahan, Hakim Periksa Langsung Objek Perkara di Hotel Sultan

Megapolitan
Dishub DKI Imbau Pengelola Minimarket Ajukan Izin Perparkiran

Dishub DKI Imbau Pengelola Minimarket Ajukan Izin Perparkiran

Megapolitan
Polres Bogor Buat Aplikasi 'SKCK Goes To School' untuk Cegah Kenakalan Remaja, Apa Isinya?

Polres Bogor Buat Aplikasi "SKCK Goes To School" untuk Cegah Kenakalan Remaja, Apa Isinya?

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com