"Mereka berjualan dimana tempat itu ramai oleh pembeli. Prinsipnya, PKL itu mendekatkan dagangannya kepada pembeli dengan harapan mendapat keuntungan setiap hari. Para PKL tidak mengerti program jangka panjang yang berandai-andai," ujar Parito, di Sekretariat Pusat Peranserta Masyarakat (PPM), Jakarta Timur, Minggu (21/7/2013).
Parito menjelaskan, penertiban yang selama ini dilakukan pemerintah selalu mengedepankan alasan bahwa keberadaan PKL mengganggu ketertiban, kebersihan, dan keamanan (K3). Padahal, katanya, PKL selalu membayar uang retribusi kebersihan, keamanan maupun pungli dalam bentuk lainnya.
"Kalau pemerintah mau berpikir ulang, justru K3 itu selalu dibayar oleh PKL setiap hari. Mau tidak mau harus diakui bahwa PKL mengeluarkan uang setiap hari untuk retribusi dan pungli lainnya sangat besar," ungkapnya.
Parito juga mengatakan, selama ini masalahnya adalah Pemprov DKI tak mau duduk bersama dan mendengarkan aspirasi PKL.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.