Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Pristono: Tidak Ada Korupsi, "Nawaitu" Kami Baik

Kompas.com - 22/05/2014, 09:38 WIB
Kurnia Sari Aziza

Penulis


JAKARTA, KOMPAS.com — Udar Pristono telah ditetapkan sebagai tersangka kasus dugaan korupsi pengadaan transjakarta dan bus kota terintegrasi bus transjakarta (BKTB). Namun, mantan Kepala Dinas Perhubungan DKI Jakarta itu bersikukuh tidak melakukan mark-up anggaran dalam APBD 2013.

"Tidak ada indikasi korupsi sama sekali di dalam pengadaan bus transjakarta dan bus sedang. Nawaitu (niat) kami baik," kata Pristono di Jakarta, Rabu (21/5/2014).

Ia mengklaim, seluruh proses pengadaan bus telah sesuai dengan Peraturan Presiden (Perpres) Nomor 54 Tahun 2010 tentang pengadaan barang dan jasa pemerintah, serta Perpres Nomor 70 Tahun 2012 tentang perubahan kedua atas Perpres Nomor 54 Tahun 2010.

Ia menjelaskan, pengadaan berbagai transportasi massal, mulai dari transjakarta, BKTB, hingga APTB, merupakan program unggulan Gubernur DKI Jakarta Joko Widodo. Jokowi merencanakan pengadaan ribuan bus dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) 2013-2017.

Anggota Tim Gubernur untuk Percepatan Pembangunan (TGUPP) itu mengaku baru kali pertama diinstruksikan untuk pengadaan dengan jumlah hingga ribuan bus. Sebab, pada pemerintahan gubernur sebelumnya, Dishub DKI hanya diinstruksikan untuk pengadaan 30-35 bus.

Sudah diperiksa BPK

Pada 2013 lalu, Pemprov DKI melakukan pengadaan transjakarta dan BKTB sebanyak 656 bus, terdiri dari 346 BKTB dan 310 transjakarta. Bus transjakarta tersebut terdiri dari 132 bus gandeng dan 178 bus tunggal.

Adapun total anggaran yang dialokasikan untuk pengadaan 656 bus tersebut sebesar Rp 1,08 triliun. Rinciannya, 132 bus gandeng senilai Rp 483,9 miliar; 178 bus tunggal (single) senilai Rp 330,7 miliar; dan 346 BKTB senilai Rp 272,2 miliar.

Pengadaan tersebut dibagi menjadi 14 paket lelang, yang terdiri dari 5 paket lelang bus gandeng, 5 paket lelang bus tunggal, dan 4 paket lelang BKTB. Sebanyak 4 paket dengan jumlah 125 bus telah dibayar 100 persen, senilai Rp 402,2 miliar, serta telah beroperasional.

"Sudah diperiksa BPK juga. Hasil pemeriksaan BPK sudah ada laporan pemeriksaannya pada tahun 2013," kata Pristono.

Sementara itu, 10 paket sisanya, sebanyak 531 bus, belum dibayarkan, yakni sebesar Rp 684,6 miliar. Hal itu terjadi karena ditemukannya 14 bus transjakarta dan BKTB dengan komponen berkarat.

Sementara itu, dia mengklaim, 14 bus dengan komponen berkarat dapat diperbaiki karena masih dalam masa perawatan vendor. Pristono menyatakan, 531 bus yang berada di pul Ciputat, Tangerang Selatan, itu sudah dalam kondisi baik dan siap beroperasi.

"Masih dirawat juga busnya oleh vendor, mana harus bayar sewa lahan di pul sana. Kalau mau bukti bus itu dalam keadaan baik atau tidak, datang saja ke pul itu, sekalian diaudit lembaga independen, seperti Sucofindo atau Balai Pengujian Negara," tekan Pristono.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Pemprov DKI Jakarta Pertimbangkan Usul DPRD DKI soal Sekolah Gratis Negeri dan Swasta

Pemprov DKI Jakarta Pertimbangkan Usul DPRD DKI soal Sekolah Gratis Negeri dan Swasta

Megapolitan
Komisi E DPRD DKI Desak Pemprov Wujudkan Sekolah Gratis Negeri dan Swasta, dari TK sampai SMA

Komisi E DPRD DKI Desak Pemprov Wujudkan Sekolah Gratis Negeri dan Swasta, dari TK sampai SMA

Megapolitan
Inikah Akhir Perjalanan Rosmini, Ibu Pengemis yang Marah-marah?

Inikah Akhir Perjalanan Rosmini, Ibu Pengemis yang Marah-marah?

Megapolitan
DJ East Blake Serahkan Diri ke Polisi Usai Sebar Video dan Foto Mesum Mantan Kekasih

DJ East Blake Serahkan Diri ke Polisi Usai Sebar Video dan Foto Mesum Mantan Kekasih

Megapolitan
Maju Mundurnya Ridwan Kamil untuk Pilkada DKI Jakarta...

Maju Mundurnya Ridwan Kamil untuk Pilkada DKI Jakarta...

Megapolitan
Misteri Mayat Wanita Dalam Koper Mulai Terkuak: Pelaku Rekan Kerja, Motif Ekonomi Jadi Alasan

Misteri Mayat Wanita Dalam Koper Mulai Terkuak: Pelaku Rekan Kerja, Motif Ekonomi Jadi Alasan

Megapolitan
DJ East Blake Ambil Foto dan Video Mesum Mantan Kekasih Diam-diam karena Sakit Hati Diputuskan

DJ East Blake Ambil Foto dan Video Mesum Mantan Kekasih Diam-diam karena Sakit Hati Diputuskan

Megapolitan
Prakiraan Cuaca Jakarta Hari Ini Jumat 3 Mei 2024, dan Besok: Tengah Malam Ini Berawan

Prakiraan Cuaca Jakarta Hari Ini Jumat 3 Mei 2024, dan Besok: Tengah Malam Ini Berawan

Megapolitan
Saat Satpam Gereja di Pondok Aren Digigit Jarinya hingga Putus oleh Juru Parkir Liar…

Saat Satpam Gereja di Pondok Aren Digigit Jarinya hingga Putus oleh Juru Parkir Liar…

Megapolitan
Teka-teki yang Belum Terungkap dari Pembunuhan Wanita Dalam Koper di Cikarang

Teka-teki yang Belum Terungkap dari Pembunuhan Wanita Dalam Koper di Cikarang

Megapolitan
[POPULER JABODETABEK] RM Dibunuh, Mayatnya Dimasukkan ke Koper | Brigadir RAT Bunuh Diri Saat Jadi Pengawal Bos Tambang, tapi Atasannya Tak Tahu

[POPULER JABODETABEK] RM Dibunuh, Mayatnya Dimasukkan ke Koper | Brigadir RAT Bunuh Diri Saat Jadi Pengawal Bos Tambang, tapi Atasannya Tak Tahu

Megapolitan
Rute KA Argo Cheribon, Tarif dan Jadwalnya 2024

Rute KA Argo Cheribon, Tarif dan Jadwalnya 2024

Megapolitan
Polisi Gerebek Laboratorium Narkoba di Perumahan Elite Wilayah Sentul Bogor

Polisi Gerebek Laboratorium Narkoba di Perumahan Elite Wilayah Sentul Bogor

Megapolitan
Bau Sampah Terasa Menyengat di Lokbin Pasar Minggu

Bau Sampah Terasa Menyengat di Lokbin Pasar Minggu

Megapolitan
Ini Tujuan Benyamin Ikut Penjaringan Bakal Cawalkot Tangsel di Tiga Partai Rival

Ini Tujuan Benyamin Ikut Penjaringan Bakal Cawalkot Tangsel di Tiga Partai Rival

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com