"Keberatan mereka karena adanya pemilih siluman kan tidak punya bukti. Jokowi-JK tetap mendominasi suara di TPS yang dilakukan pemungutan suara ulang," ujar dia melalui siaran pers, Minggu (20/7/2014).
Akan lain ceritanya, lanjut Pras, jika aksi walk out tersebut menyertakan bukti-bukti adanya pemilih siluman yang konkret, akurat, dan dapat dipertanggungjawabkan sehingga aksi itu bakal lebih memiliki landasan hukum yang kuat.
Pras memastikan bahwa pihaknya pun berkomitmen untuk menaati keputusan yang telah diambil Komisi Pemilihan Umum (KPU) atau Badan Pengawas Pemilu (Bawaslu). Oleh sebab itu, Pras meminta kubu Prabowo Subianto-Hatta Rajasa legawa menerima hasil rekapitulasi suara di DKI Jakarta ataupun di provinsi lainnya. Menghargai keputusan KPU, kata Pras, merupakan bagian dari demokrasi yang layak diteladani oleh masyarakat.
"Kita mengikuti semua proses pemilihan ulang, dan terbukti kami kembali mendominasi pemilih. Intinya kami siap dengan keputusan KPU selanjutnya, dan siap membuka diri demi proses demokrasi yang lebih baik," ucap dia.
Pras berharap kondisi demikian tidak akan berujung pada aksi-aksi massa yang tidak diinginkan dan dapat memperkeruh suasana demokrasi. Ia berharap meski berbeda soal pendapat, seluruh elemen bangsa tetap bersatu.
Diberitakan, saksi pasangan capres nomor urut satu Prabowo-Hatta melakukan walk out saat rapat pleno rekapitulasi hasil pilpres oleh KPU DKI Jakarta di Hotel Borobudur, Jakarta, Sabtu (19/7/2014) malam. Kendati diwarnai walk out, KPU DKI Jakarta tetap melanjutkan rapat pleno.
"Kalau kami walk out, itu kan amanat masyarakat. Suara-suara kami yang dimanipulasi dan sebagainya supaya di-clear-kan dulu baru rapat dilanjutkan," kata Syarief, saksi Prabowo-Hatta, seusai meninggalkan rapat pleno.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.