Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 06/01/2015, 11:49 WIB
Unoviana Kartika

Penulis


JAKARTA, KOMPAS.com — Perluasan larangan sepeda motor ke wilayah lain menimbulkan sejumlah kritik dari kalangan pengendra motor. Mereka menganggap, pelarangan tersebut hanya akan memperparah kemacetan di jalan-jalan lain sekitar kawasan pelarangan sepeda motor.

Reza (24), pengendara motor, mengatakan, larangan sepeda motor yang diperluas hingga ke Jalan Sudirman hanya akan menambah macet kawasan Senayan, Kuningan, Tanah Abang, Palmerah, dan sekitarnya.

"Kesal-lah, (pelarangan sepeda motor) cuma Jalan Thamrin dan Medan Merdeka Barat saja sudah bikin macet banyak wilayah. Kalau Sudirman juga nih, pasti Jalan Asia Afrika macet, Senayan juga, tambah pusing," ujar karyawan swasta yang bekerja di kawasan Mampang ini.

Senada dengan Reza, Eko (33), pengendara motor lainnya, mengatakan, larangan sepeda motor yang diperluas hanya memindahkan titik kemacetan. Pasalnya, sepeda motor yang tidak dapat melintas di jalan-jalan yang dilarang pasti akan mencari jalur alternatif.

"Saya sih akan cari jalur alternatif pastinya. Saya yakin pengendara motor lainnya juga begitu. Ngapain parkir motor terus naik bus gratis terus sambung bus lainnya," ujar bapak dua anak ini.

Begitu pula dengan Deny (30) yang mengaku pusing ketika larangan sepeda motor akan diperluas hingga Jalan Sudirman. Pasalnya, karyawan swasta yang berkantor di Sudirman Central Business District (SCBD) ini sehari-hari terbiasa melewati jalan tersebut untuk mencapai tempat kerjanya.

"Rumah saya di Tangerang, saya naik motor supaya bisa terobos macet. Kalau naik angkutan umum kapan sampainya?" ujar Deny.

Sementara itu, Dhani (25), pengendara motor lainnya, berpendapat, larangan sepeda motor sah-sah saja diberlakukan asalkan Pemerintah Provinsi DKI Jakarta benar-benar menjelaskan alasan diberlakukannya aturan tersebut.

"Selama ini kan alasannya belum jelas, evaluasi dari Pemprov untuk pembatasan uji coba sepeda motor yang kemarin juga belum ada, jangan main perluas saja," kata karyawan swasta ini.

Menurut dia, jika tidak ada alasan yang jelas dari Pemprov DKI dalam memberlakukan larangan sepeda motor, masyarakat akan menilai kebijakan ini sebagai bentuk arogansi pemerintah.

"Pemprov harus pikir panjang, kalau memang ada niat baik dari Pemprov, maka tolong dijelaskan sejelas-jelasnya," kata pria berkacamata ini.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Dituduh Punya Senjata Api Ilegal, Warga Sumut Melapor ke Komnas HAM

Dituduh Punya Senjata Api Ilegal, Warga Sumut Melapor ke Komnas HAM

Megapolitan
Pemprov DKI Bakal Gratiskan Biaya Ubah Domisili Kendaraan Warga Terdampak Penonaktifan NIK

Pemprov DKI Bakal Gratiskan Biaya Ubah Domisili Kendaraan Warga Terdampak Penonaktifan NIK

Megapolitan
Amarah Pembunuh Wanita di Pulau Pari, Cekik Korban hingga Tewas karena Kesal Diminta Biaya Tambahan 'Open BO'

Amarah Pembunuh Wanita di Pulau Pari, Cekik Korban hingga Tewas karena Kesal Diminta Biaya Tambahan "Open BO"

Megapolitan
Akses Jalan Jembatan Bendung Katulampa Akan Ditutup Selama Perbaikan

Akses Jalan Jembatan Bendung Katulampa Akan Ditutup Selama Perbaikan

Megapolitan
Tidak Kunjung Laku, Rubicon Mario Dandy Bakal Dilelang Ulang dengan Harga Lebih Murah

Tidak Kunjung Laku, Rubicon Mario Dandy Bakal Dilelang Ulang dengan Harga Lebih Murah

Megapolitan
Pemprov DKI Disarankan Gunakan Wisma Atlet buat Tampung Warga Eks Kampung Bayam

Pemprov DKI Disarankan Gunakan Wisma Atlet buat Tampung Warga Eks Kampung Bayam

Megapolitan
Terlibat Tawuran, Dua Pelajar Dibacok di Jalan Raya Ancol Baru

Terlibat Tawuran, Dua Pelajar Dibacok di Jalan Raya Ancol Baru

Megapolitan
Potret Kemiskinan di Dekat Istana, Warga Tanah Tinggi Tidur Bergantian karena Sempitnya Hunian

Potret Kemiskinan di Dekat Istana, Warga Tanah Tinggi Tidur Bergantian karena Sempitnya Hunian

Megapolitan
Dinas SDA DKI Targetkan Waduk Rawa Malang di Cilincing Mulai Berfungsi Juli 2024

Dinas SDA DKI Targetkan Waduk Rawa Malang di Cilincing Mulai Berfungsi Juli 2024

Megapolitan
Pemprov DKI Teken 7 Kerja Sama Terkait Proyek MRT, Nilai Kontraknya Rp 11 Miliar

Pemprov DKI Teken 7 Kerja Sama Terkait Proyek MRT, Nilai Kontraknya Rp 11 Miliar

Megapolitan
Penampilan Tiktoker Galihloss Usai Jadi Tersangka, Berkepala Plontos dan Hanya Menunduk Minta Maaf

Penampilan Tiktoker Galihloss Usai Jadi Tersangka, Berkepala Plontos dan Hanya Menunduk Minta Maaf

Megapolitan
4 Pebisnis Judi 'Online' Bikin Aplikasi Sendiri lalu Raup Keuntungan hingga Rp 30 Miliar

4 Pebisnis Judi "Online" Bikin Aplikasi Sendiri lalu Raup Keuntungan hingga Rp 30 Miliar

Megapolitan
Remaja yang Tewas di Hotel Senopati Diduga Dicekoki Ekstasi dan Sabu Cair

Remaja yang Tewas di Hotel Senopati Diduga Dicekoki Ekstasi dan Sabu Cair

Megapolitan
Pintu Air Bendung Katulampa Jebol, Perbaikan Permanen Digarap Senin Depan

Pintu Air Bendung Katulampa Jebol, Perbaikan Permanen Digarap Senin Depan

Megapolitan
Masih Banyak Penganggur di Tanah Tinggi, Kawasan Kumuh Dekat Istana Negara

Masih Banyak Penganggur di Tanah Tinggi, Kawasan Kumuh Dekat Istana Negara

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com