Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Biaya Perpisahan Besar, Keluarga Siswa Marah-marah ke SMPN 8 Depok

Kompas.com - 06/05/2015, 19:11 WIB
Robertus Belarminus

Penulis

DEPOK, KOMPAS.com — Sejumlah orangtua murid SMP Negeri 8 Depok menyampaikan keberatan terkait pungutan uang perpisahaan kepada tiap siswa sebesar Rp 1,5 juta. Ada pihak keluarga siswa yang bahkan sampai marah.

Jumlah pungutan untuk perpisahan ini dirasa terlalu tinggi bagi orangtua murid. Sejak diumumkan melalui perwakilan salah satu orangtua murid, hal tersebut langsung mendapat reaksi dari beberapa orangtua.

Hal ini disampaikan salah satu orangtua murid yang minta namanya diinisialkan dengan L (46). L mengatakan, bahkan ada keluarga salah satu siswa yang sampai marah ke sekolah lantaran pungutan uang perpisahan dinilai besar. Orangtua siswa tersebut sedang sakit.

"Ada satu wali murid dari seorang siswa yang marah besar. Yang datang pakde-nya, jadi betul-betul marah, (pungutan) Rp 1,5 juta per siswa, kok begitu besarnya. Padahal orangtua siswa itu lagi kondisi lumpuh," kata L kepada Kompas.com, Rabu (6/5/2015).

Menurut L, tak sedikit orangtua siswa yang keberatan. Bahkan, tak sedikit yang komplain. "Ibu-ibu merasa (pungutan) terlalu besar, padahal anak mesti melanjutkan ke SMA," ujar L.

Menurut dia, orangtua siswa tidak tahu asal keputusan sekolah dalam mematok besaran pungutan hingga Rp 1,5 juta. L mengaku tak pernah dilibatkan dalam survei atau rapat untuk menentukan besarnya pungutan.

Dia mengaku sempat bertanya ke komite sekolah soal besarnya uang perpisahan ini. Menurut pihak sekolah, dana BOS (bantuan operasional sekolah) tak mencukupi untuk membiayai kegiatan perpisahan.

"Saya cuma nanya, bilang, 'Kok besar sekali ya (anggaran) buku tahunan'. Nah, pihak komite bilang begini, 'itu Bu supaya bagus, supaya awet sampai mahasiswa. Jadi sampai mahasiswa masih bisa kontak.' Katanya ini maunya anak-anak, nurutin. Pertanyaan saya, kenapa mesti nurutin anak-anak?" ujar L.

Ada kejanggalan dalam rincian anggaran kegiatan yang beredar di kalangan orangtua. Misalnya, anggaran untuk pembuatan album dan buku tahunan yang mencapai Rp 115.000.000.

Orangtua juga ternyata dibebankan biaya untuk membayar try out dengan total puluhan juta rupiah. Yang lebih aneh, ada dana sebesar Rp 16.000.000 untuk pembayaran "transpor pegawai UN keluar-masuk".

Orangtua merasakan adanya ketidaktransparanan dalam masalah ini. Hingga saat ini, pihak sekolah masih melakukan penagihan. [Baca: Guru SMPN 8 Depok Disebut Ancam Siswa jika Tak Bayar Uang Perpisahan]

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Dituduh Punya Senjata Api Ilegal, Warga Sumut Melapor ke Komnas HAM

Dituduh Punya Senjata Api Ilegal, Warga Sumut Melapor ke Komnas HAM

Megapolitan
Pemprov DKI Bakal Gratiskan Biaya Ubah Domisili Kendaraan Warga Terdampak Penonaktifan NIK

Pemprov DKI Bakal Gratiskan Biaya Ubah Domisili Kendaraan Warga Terdampak Penonaktifan NIK

Megapolitan
Amarah Pembunuh Wanita di Pulau Pari, Cekik Korban hingga Tewas karena Kesal Diminta Biaya Tambahan 'Open BO'

Amarah Pembunuh Wanita di Pulau Pari, Cekik Korban hingga Tewas karena Kesal Diminta Biaya Tambahan "Open BO"

Megapolitan
Akses Jalan Jembatan Bendung Katulampa Akan Ditutup Selama Perbaikan

Akses Jalan Jembatan Bendung Katulampa Akan Ditutup Selama Perbaikan

Megapolitan
Tidak Kunjung Laku, Rubicon Mario Dandy Bakal Dilelang Ulang dengan Harga Lebih Murah

Tidak Kunjung Laku, Rubicon Mario Dandy Bakal Dilelang Ulang dengan Harga Lebih Murah

Megapolitan
Pemprov DKI Disarankan Gunakan Wisma Atlet buat Tampung Warga Eks Kampung Bayam

Pemprov DKI Disarankan Gunakan Wisma Atlet buat Tampung Warga Eks Kampung Bayam

Megapolitan
Terlibat Tawuran, Dua Pelajar Dibacok di Jalan Raya Ancol Baru

Terlibat Tawuran, Dua Pelajar Dibacok di Jalan Raya Ancol Baru

Megapolitan
Potret Kemiskinan di Dekat Istana, Warga Tanah Tinggi Tidur Bergantian karena Sempitnya Hunian

Potret Kemiskinan di Dekat Istana, Warga Tanah Tinggi Tidur Bergantian karena Sempitnya Hunian

Megapolitan
Dinas SDA DKI Targetkan Waduk Rawa Malang di Cilincing Mulai Berfungsi Juli 2024

Dinas SDA DKI Targetkan Waduk Rawa Malang di Cilincing Mulai Berfungsi Juli 2024

Megapolitan
Pemprov DKI Teken 7 Kerja Sama Terkait Proyek MRT, Nilai Kontraknya Rp 11 Miliar

Pemprov DKI Teken 7 Kerja Sama Terkait Proyek MRT, Nilai Kontraknya Rp 11 Miliar

Megapolitan
Penampilan Tiktoker Galihloss Usai Jadi Tersangka, Berkepala Plontos dan Hanya Menunduk Minta Maaf

Penampilan Tiktoker Galihloss Usai Jadi Tersangka, Berkepala Plontos dan Hanya Menunduk Minta Maaf

Megapolitan
4 Pebisnis Judi 'Online' Bikin Aplikasi Sendiri lalu Raup Keuntungan hingga Rp 30 Miliar

4 Pebisnis Judi "Online" Bikin Aplikasi Sendiri lalu Raup Keuntungan hingga Rp 30 Miliar

Megapolitan
Remaja yang Tewas di Hotel Senopati Diduga Dicekoki Ekstasi dan Sabu Cair

Remaja yang Tewas di Hotel Senopati Diduga Dicekoki Ekstasi dan Sabu Cair

Megapolitan
Pintu Air Bendung Katulampa Jebol, Perbaikan Permanen Digarap Senin Depan

Pintu Air Bendung Katulampa Jebol, Perbaikan Permanen Digarap Senin Depan

Megapolitan
Masih Banyak Penganggur di Tanah Tinggi, Kawasan Kumuh Dekat Istana Negara

Masih Banyak Penganggur di Tanah Tinggi, Kawasan Kumuh Dekat Istana Negara

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com