Salah satu pedagang, Riki (40), mengatakan, para pedagang menjadi menganggur karena mereka tidak disediakan tempat berdagang pengganti. Padahal, mereka juga memiliki keluarga yang harus dihidupi.
"Mau enggak mau pasti dagang lagi. Namanya urusan perut, ditertibkan sekarang, nanti juga jualan lagi," ujar pedagang lele ini di lokasi penertiban, Selasa (28/7/2015).
Menurut dia, pedagang tidak akan berjualan lagi di tempat itu bila pemerintah menyediakan tempat berdagang pengganti yang layak dan terjangkau untuk mereka. Para pedagang pun mengaku sanggup membayar asal biaya retribusinya tidak terlalu mahal.
"Kalau masih Rp 500.000 per bulan, kami masih sanggup bayar deh, itu maksimal," ujar Joko (35).
Aris (26), pedagang lainnya, menceritakan, selama berdagang di kios liar di atas saluran air di Jembatan Merah, mereka memang tidak pernah membayar uang sewa. Namun, biaya untuk kebersihan dan keamanan sekitar Rp 10.000 per hari.
"Kalau biasanya enggak pernah bayar lalu disuruh bayar mahal, ya enggak sanggup juga. Harusnya pemerintah bisa bantulah," kata dia.
Bapak satu anak ini pun menyebut bahwa Kota Kasablanka merupakan tempat yang ideal bagi mereka untuk berjualan. Namun, ia mengharapkan harga sewa yang bersahabat.
Perlu diketahui, Pemerintah Kota Administrasi Jakarta Selatan menertibkan ratusan bangunan di Jembatan Lima, Menteng Pulo, Tebet, Jakarta Selatan, Selasa (28/7/2015). Penertiban bangunan dilakukan karena sedimen di saluran air sudah tinggi.
Sampah memenuhi saluran air di kawasan bangunan-bangunan liar itu sehingga berpotensi menyebabkan banjir saat musim penghujan tiba.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.