Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Problematika Sistem "Three In One"...

Kompas.com - 31/03/2016, 09:41 WIB
Akhdi Martin Pratama

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com - Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama atau Ahok menilai penerapan three in one tidak efektif dalam mengurai kemacetan.

Ia mengaku sudah lama ingin menghapus sistem tersebut. Selain itu, kata dia, dari hari ke hari, semakin banyak penyimpangan yang terjadi dalam penerapan three in one di Jakarta.

Ahok mencontohkan kasus pemberdayaan anak di bawah umur untuk menjadi joki three in one.

Ia pun menginstruksikan uji coba penghapusan three in one selama sepekan mulai April 2016.

Rencana Ahok untuk menghapus three in one ini ditentang sejumlah kalangan, di antaranya kepolisian dan para joki three in one.

(Baca juga: Polisi: "Three in One" Masih Dibutuhkan untuk Mengurangi Kemacetan).

Menurut pihak kepolisian, penerapan three in one masih sangat dibutuhkan dalam mengurangi kemacetan yang ada di Jakarta selagi belum adanya solusi yang lebih efektif.

Sebab, menurut polisi, pada jam sibuk, yakni pagi dan sore hari, kemacetan di Jakarta akan semakin parah jika peraturan itu dihapus.

"Menurut kami, sampai saat ini masih dibutuhkan (peraturan three in one), karena pada jam sibuk keluar semua (kendaraan), itu akan memperparah kemacetan," ujar Kabid Humas Polda Metro Jaya, Kombes M. Iqbal di Mapolda Metro Jaya, Rabu (30/3/2016).

Tumpuan hidup

 

Bagi para joki three in one, sistem ini seolah menjadi tempat mereka untuk menggantungkan hidup.

 

Maryati (50), seorang joki three in one, meminta agar Ahok mengurungkan niatnya untuk menghapus sistem tersebut. (Baca juga: Suka Duka Menjadi Joki "Three In One" di Jakarta).

Setelah suaminya meninggal 3 tahun lalu, Maryati membiayai kedua anaknya dari hasil menjadi joki three in one.

"Jangan dihapus kalau bisa. Nanti saya mau cari duit dari mana? Anak-anak masih butuh buat makan sama sekolah," ujarnya saat berbincang dengan Kompas.com di kawasan SCBD, Jakarta.

Warga Slipi, Jakarta Barat tersebut mengaku sudah menjadi joki selama tiga tahun. Saat menjadi joki, ia pun turut membawa anak kandungnya yang berusia 8 tahun dan 4 tahun.

Maryati menuturkan, dalam sehari, dia rata-rata bisa membawa uang Rp 125.000. Dalam sebulan, rata-rata penghasilan Maryati dengan menjadi joki bisa mencapai Rp 2,5 juta.

Selama menjadi joki, ibu dari dua anak ini mengaku pernah terjaring razia Dinas Sosial, tepatnya saat Lebaran 2015 lalu.

Halaman:


Terkini Lainnya

Pedagang Pigura di Bekasi Bakal Jual 1.000 Pasang Foto Prabowo-Gibran

Pedagang Pigura di Bekasi Bakal Jual 1.000 Pasang Foto Prabowo-Gibran

Megapolitan
Ketika Pemprov DKI Seolah Tak Percaya Ada Perkampungan Kumuh Dekat Istana Negara...

Ketika Pemprov DKI Seolah Tak Percaya Ada Perkampungan Kumuh Dekat Istana Negara...

Megapolitan
Pedagang Pigura di Bekasi Patok Harga Foto Prabowo-Gibran mulai Rp 150.000

Pedagang Pigura di Bekasi Patok Harga Foto Prabowo-Gibran mulai Rp 150.000

Megapolitan
Upaya PKS Lanjutkan Hegemoni Kemenangan 5 Periode Berturut-turut pada Pilkada Depok

Upaya PKS Lanjutkan Hegemoni Kemenangan 5 Periode Berturut-turut pada Pilkada Depok

Megapolitan
PKS Bakal Gaet Suara Anak Muda untuk Bisa Menang Lagi pada Pilkada Depok 2024

PKS Bakal Gaet Suara Anak Muda untuk Bisa Menang Lagi pada Pilkada Depok 2024

Megapolitan
Golkar: Elektabilitas Bukan Jadi Indikator Utama untuk Pilih Cagub DKI

Golkar: Elektabilitas Bukan Jadi Indikator Utama untuk Pilih Cagub DKI

Megapolitan
Polisi Periksa 13 Saksi dalam Kasus Anggota Polisi yang Tembak Kepalanya Sendiri

Polisi Periksa 13 Saksi dalam Kasus Anggota Polisi yang Tembak Kepalanya Sendiri

Megapolitan
Nestapa Agus, Tak Dapat Bantuan Pemerintah dan Hanya Andalkan Uang Rp 100.000 untuk Hidup Sebulan

Nestapa Agus, Tak Dapat Bantuan Pemerintah dan Hanya Andalkan Uang Rp 100.000 untuk Hidup Sebulan

Megapolitan
Ogah Bayar Rp 5.000, Preman di Jatinegara Rusak Gerobak Tukang Bubur

Ogah Bayar Rp 5.000, Preman di Jatinegara Rusak Gerobak Tukang Bubur

Megapolitan
Kapolres Jaksel: Brigadir RAT Diduga Bunuh Diri karena Ada Masalah Pribadi

Kapolres Jaksel: Brigadir RAT Diduga Bunuh Diri karena Ada Masalah Pribadi

Megapolitan
Polisi: Mobil Alphard yang Digunakan Brigadir RAT Saat Bunuh Diri Milik Kerabatnya

Polisi: Mobil Alphard yang Digunakan Brigadir RAT Saat Bunuh Diri Milik Kerabatnya

Megapolitan
Prakiraan Cuaca Jakarta Hari Ini Sabtu 27 April 2024, dan Besok: Siang ini Hujan Ringan

Prakiraan Cuaca Jakarta Hari Ini Sabtu 27 April 2024, dan Besok: Siang ini Hujan Ringan

Megapolitan
[POPULER JABODETABEK] Warga yang 'Numpang' KTP Jakarta Protes NIK-nya Dinonaktifkan | Polisi Sita Senpi dan Alat Seks dari Pria yang Cekoki Remaja hingga Tewas

[POPULER JABODETABEK] Warga yang "Numpang" KTP Jakarta Protes NIK-nya Dinonaktifkan | Polisi Sita Senpi dan Alat Seks dari Pria yang Cekoki Remaja hingga Tewas

Megapolitan
Harga Bawang Merah Melonjak, Pemprov DKI Bakal Gelar Pangan Murah

Harga Bawang Merah Melonjak, Pemprov DKI Bakal Gelar Pangan Murah

Megapolitan
Pemprov DKI Diminta Lindungi Pengusaha Warung Madura Terkait Adanya Permintaan Pembatasan Jam Operasional

Pemprov DKI Diminta Lindungi Pengusaha Warung Madura Terkait Adanya Permintaan Pembatasan Jam Operasional

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com