Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

ICJR Curiga Kasus RA dalam Perkara Pembunuhan EF Direkayasa

Kompas.com - 14/06/2016, 13:56 WIB
Nibras Nada Nailufar

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com - Setelah remaja terdakwa kasus pembunuhan karyawati EF (19), RA (16), membacakan pledoi di Pengadilan Negeri Tangerang, Senin (13/6/2016), hakim kini sedang memeriksa kasusnya dan akan menjatuhkan vonis lusa, Kamis (16/6/2016).

Pakar hukum pidana dari Institute for Criminal Justice Reform (ICJR) Supriyadi Eddyono, meminta agar Pengadilan Negeri Tangerang memeriksa secara cermat dan berhati-hati terhadap seluruh alat bukti yang dihadirkan oleh Jaksa Penuntut Umum ke persidangan. Ia mendesak PN Tangerang tidak menutup kemungkinan terjadinya rekayasa kasus dalam perkara ini.

Hal ini dikarenakan salah satu tersangka, Rahmat Arifin (24) mengaku dipaksa menandatangani berita acara pemeriksaan (BAP) hingga disiksa.

"Jangan sampai kasusnya jadi cemar karena pelakunya disiksa polisi. Kalau memang ada penyiksaan, hal ini bisa jadi masalah soal bukti yang diperoleh melalui penyiksaan, dan bisa jadi case baru ke polisinya," ujar Supriyadi melalui pernyataan tertulisnya, Selasa (14/6/2016).

Supriyadi menyoroti usia RA yang masih anak-anak dan harus menjalani peradilan khusus. Dalam UU Sistem Peradilan Pidana Anak dan hukum internasional yang telah diratifikasi oleh Indonesia menyebutkan bahwa anak berhak mendapat peradilan yang jujur dan adil. Jika haknya diabaikan, bisa membuka kemungkinan terjadinya peradilan sesat.

"Implikasinya terhadap anak sangat serius apabila dugaan adanya peradilan sesat ini tidak ditanggapi dengan serius oleh Pengadilan, karena kebebasan anak dapat mudah terenggut dan sekaligus menimbulkan stigma sosial di masa depan," ujarnya. (Baca: Remaja Terdakwa Pemerkosa dan Pembunuh EF Minta Dibebaskan)

Supriyadi juga menyayangkan PN Tangerang tak menghadirkan ahli dalam menguatkan dakwaan jaksa. Kemarin, kuasa hukum RA menyatakan keberatan terhadap kebenaran dakwaan dari Jaksa Penuntut Umum yang selama ini tidak diuji saat persidangan berlangsung.

Fakta-fakta yang dihadirkan selama persidangan selama ini hanya bersumber pada BAP. Seperti keterangan dokumen tertulis dari Puslabfor Polri yang menyatakan ada air liur, sidik jari, dan bekas gigitan yang mirip dengan struktur gigi RA pada tubuh EF yang hanya berdasarkan keterangan tertulis semata.

Padahal, pihaknya sudah meminta untuk menghadirkan saksi ahli, yakni pihak yang memeriksa langsung dan mendapatkan hasil pemeriksaan soal air liur, sidik jari, dan bekas gigitan itu, namun tidak dihadirkan.

Untuk itu, Supriyadi menilai hal ini dapat menjadi pertimbangan hakim dalam memeriksa kasus RA. "Dugaan rekayasa kasus tidak boleh diabaikan karena tekanan publik," ujarnya. (Baca: "Kasihan Saksi Kasus Pacul, Habis Bilang BAP Bohong, Dia Dipukuli di Perut")

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Harga Bawang Merah Melonjak, Pemprov DKI Bakal Gelar Pangan Murah

Harga Bawang Merah Melonjak, Pemprov DKI Bakal Gelar Pangan Murah

Megapolitan
Pemprov DKI Diminta Lindungi Pengusaha Warung Madura Terkait Adanya Permintaan Pembatasan Jam Operasional

Pemprov DKI Diminta Lindungi Pengusaha Warung Madura Terkait Adanya Permintaan Pembatasan Jam Operasional

Megapolitan
Kronologi Brigadir RAT Bunuh Diri Pakai Pistol di Dalam Alphard

Kronologi Brigadir RAT Bunuh Diri Pakai Pistol di Dalam Alphard

Megapolitan
Polisi Pastikan Kasus Dugaan Pemerasan Firli Bahuri Masih Terus Berjalan

Polisi Pastikan Kasus Dugaan Pemerasan Firli Bahuri Masih Terus Berjalan

Megapolitan
Brigadir RAT Diduga Pakai Pistol HS-9 untuk Akhiri Hidupnya di Dalam Mobil

Brigadir RAT Diduga Pakai Pistol HS-9 untuk Akhiri Hidupnya di Dalam Mobil

Megapolitan
Korban: Guling yang Dicuri Maling Peninggalan Almarhum Ayah Saya

Korban: Guling yang Dicuri Maling Peninggalan Almarhum Ayah Saya

Megapolitan
Guling yang Dicuri Maling di Cinere Usianya Sudah Belasan Tahun

Guling yang Dicuri Maling di Cinere Usianya Sudah Belasan Tahun

Megapolitan
Khawatir Rumahnya Diambil Pemerintah, Banyak Warga Tanah Tinggi Tak Ikut Program 'Bebenah Kampung'

Khawatir Rumahnya Diambil Pemerintah, Banyak Warga Tanah Tinggi Tak Ikut Program "Bebenah Kampung"

Megapolitan
Anggota Polresta Manado Tembak Kepalanya Pakai Senpi, Peluru Tembus dari Pelipis Kanan ke Kiri

Anggota Polresta Manado Tembak Kepalanya Pakai Senpi, Peluru Tembus dari Pelipis Kanan ke Kiri

Megapolitan
Maling Guling Beraksi di Cinere, Korban: Lucu, Kenapa Enggak Sekalian Kasurnya!

Maling Guling Beraksi di Cinere, Korban: Lucu, Kenapa Enggak Sekalian Kasurnya!

Megapolitan
Kronologi Pengendara Moge Tewas Terlindas Truk Trailer di Plumpang

Kronologi Pengendara Moge Tewas Terlindas Truk Trailer di Plumpang

Megapolitan
Mayat Bayi di Tanah Abang, Diduga Dibuang Ayah Kandungnya

Mayat Bayi di Tanah Abang, Diduga Dibuang Ayah Kandungnya

Megapolitan
2 Pria Rampok Taksi 'Online' di Kembangan untuk Bayar Pinjol

2 Pria Rampok Taksi "Online" di Kembangan untuk Bayar Pinjol

Megapolitan
Heru Budi: Jakarta Bisa Benahi Tata Kota jika Pemerintahan Pindah ke IKN

Heru Budi: Jakarta Bisa Benahi Tata Kota jika Pemerintahan Pindah ke IKN

Megapolitan
Polda Metro Jadwalkan Pemeriksaan Pendeta Gilbert Lumoindong Terkait Dugaan Penistaan Agama

Polda Metro Jadwalkan Pemeriksaan Pendeta Gilbert Lumoindong Terkait Dugaan Penistaan Agama

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com