Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Pedagang Parsel Cikini: Omzet Hancur sejak Ada Isu Penertiban

Kompas.com - 19/06/2016, 15:05 WIB
Akhdi Martin Pratama

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com - Para pedagang kaki lima (PKL) penjual parsel di Cikini, Menteng, Jakarta, memrotes kebijakan Pemprov DKI Jakarta yang akan menderek mobil para pembeli parsel diparkir di bahu jalan.

Menurut mereka, kebijakan ini akan membuat para pembeli takut untuk berbelanja parsel di Cikini.

Novan (43), salah satu pedagang parsel di lokasi tersebut, mengaku pendapatannya merunun akibat rencana penertiban pedagang parsel Cikini.

"Omzet hancur semenjak ada isu penertiban. Modal saja belom balik ini," ujar Novan kepada Kompas.com di lokasi, Minggu (19/6/2016).

(Baca juga: Mobil Pembeli Parsel Cikini yang Parkir Sembarangan Akan Diderek )

Novan meminta agar pemerintah memberikan izin bagi para pembeli untuk memarkirkan kendaraannya di depan kios mereka atau di bahu jalan.

Ia mengaku siap mengerahkan petugas parkir untuk mengatur lalu lintas jika mobil pembeli yang diparkir di bahu jalan tersebut dianggap sebagai biang kerok kemacetan.

"Kita minta cuma sampai sebelum Lebaran saja kok, tolonglah parkir diizinin. Kalau mobil pembeli pada diderek, kan jadi sepi, bagaimana mau balik modal?" ucap dia.

Hal senada dikatakan oleh Ayub (30). Ia menyatakan, pembeli malas mampir ke kiosnya karena harus memarkirkan kendaraan di lahan parkir milik Universitas Bung Karno.

Ia pun meminta pemerintah agar mengizinkan pembeli memarkirkan kendaraannya di satu ruas jalan.

"Kita cuma minta satu baris jalanlah buat parkir, kalau parkirnya jauh, pembeli pada malas mampir. Kita kan ngarepin pembeli dari mobil-mobil yang lewat daerah sini," kata dia.

Ayub mengatakan, sejak kemarin ada beberapa mobil milik pelanggannya yang diderek Dishub.

(Baca juga: Alasan Relokasi Pedagang Parsel Cikini Kembali Ditunda)

Ia menduga pendapatannya menurun lantaran pembeli takut mampir lagi di kiosnya.

"Kalau ditongkrongin sama mobil derek Dishub kayak gini, pembeli jadi takut. Dari pagi ini belum ada penglaris saya," ujarnya.

Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama sebelumnya menganggap keberadaan para pedagang parsel di trotoar kawasan Cikini, Menteng, Jakarta Pusat, telah menyebabkan kemacetan.

Sebab, kata dia, banyak pengendara yang memilih berhenti dan memarkirkan kendaraannya di pinggir jalan.

Menurut Ahok, pedagang parsel di kawasan Cikini juga sudah kerap diberi peringatan agar tak berjualan di trotoar. Mereka sudah disediakan tempat berjualan di dalam Cikini Gold Center.

Kompas TV Pedagang Parsel Diminta "Gak" Jualan di Trotoar
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Terkini Lainnya

Kasus Kriminal di Depok Naik, dari Pencurian Guling hingga Bocah SMP Dibegal

Kasus Kriminal di Depok Naik, dari Pencurian Guling hingga Bocah SMP Dibegal

Megapolitan
Pemprov DKI Bakal Bangun 2 SPKL Tahun Ini, Salah Satunya di Balai Kota

Pemprov DKI Bakal Bangun 2 SPKL Tahun Ini, Salah Satunya di Balai Kota

Megapolitan
Pedagang Pigura di Bekasi Bakal Jual 1.000 Pasang Foto Prabowo-Gibran

Pedagang Pigura di Bekasi Bakal Jual 1.000 Pasang Foto Prabowo-Gibran

Megapolitan
Ketika Pemprov DKI Seolah Tak Percaya Ada Perkampungan Kumuh Dekat Istana Negara...

Ketika Pemprov DKI Seolah Tak Percaya Ada Perkampungan Kumuh Dekat Istana Negara...

Megapolitan
Pedagang Pigura di Bekasi Patok Harga Foto Prabowo-Gibran mulai Rp 150.000

Pedagang Pigura di Bekasi Patok Harga Foto Prabowo-Gibran mulai Rp 150.000

Megapolitan
Upaya PKS Lanjutkan Hegemoni Kemenangan 5 Periode Berturut-turut pada Pilkada Depok

Upaya PKS Lanjutkan Hegemoni Kemenangan 5 Periode Berturut-turut pada Pilkada Depok

Megapolitan
PKS Bakal Gaet Suara Anak Muda untuk Bisa Menang Lagi pada Pilkada Depok 2024

PKS Bakal Gaet Suara Anak Muda untuk Bisa Menang Lagi pada Pilkada Depok 2024

Megapolitan
Golkar: Elektabilitas Bukan Jadi Indikator Utama untuk Pilih Cagub DKI

Golkar: Elektabilitas Bukan Jadi Indikator Utama untuk Pilih Cagub DKI

Megapolitan
Polisi Periksa 13 Saksi dalam Kasus Anggota Polisi yang Tembak Kepalanya Sendiri

Polisi Periksa 13 Saksi dalam Kasus Anggota Polisi yang Tembak Kepalanya Sendiri

Megapolitan
Nestapa Agus, Tak Dapat Bantuan Pemerintah dan Hanya Andalkan Uang Rp 100.000 untuk Hidup Sebulan

Nestapa Agus, Tak Dapat Bantuan Pemerintah dan Hanya Andalkan Uang Rp 100.000 untuk Hidup Sebulan

Megapolitan
Ogah Bayar Rp 5.000, Preman di Jatinegara Rusak Gerobak Tukang Bubur

Ogah Bayar Rp 5.000, Preman di Jatinegara Rusak Gerobak Tukang Bubur

Megapolitan
Kapolres Jaksel: Brigadir RAT Diduga Bunuh Diri karena Ada Masalah Pribadi

Kapolres Jaksel: Brigadir RAT Diduga Bunuh Diri karena Ada Masalah Pribadi

Megapolitan
Polisi: Mobil Alphard yang Digunakan Brigadir RAT Saat Bunuh Diri Milik Kerabatnya

Polisi: Mobil Alphard yang Digunakan Brigadir RAT Saat Bunuh Diri Milik Kerabatnya

Megapolitan
Prakiraan Cuaca Jakarta Hari Ini Sabtu 27 April 2024, dan Besok: Siang ini Hujan Ringan

Prakiraan Cuaca Jakarta Hari Ini Sabtu 27 April 2024, dan Besok: Siang ini Hujan Ringan

Megapolitan
[POPULER JABODETABEK] Warga yang 'Numpang' KTP Jakarta Protes NIK-nya Dinonaktifkan | Polisi Sita Senpi dan Alat Seks dari Pria yang Cekoki Remaja hingga Tewas

[POPULER JABODETABEK] Warga yang "Numpang" KTP Jakarta Protes NIK-nya Dinonaktifkan | Polisi Sita Senpi dan Alat Seks dari Pria yang Cekoki Remaja hingga Tewas

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com