Oleh: Harry Susilo/Wisnu Aji Dewabrata/Madina Nusrat
Kali Ciliwung tak melulu kumuh, penuh sampah, dan menjemukan. Tengoklah kawasan hulu dari kali itu di Depok hingga Jakarta Selatan. Aliran kali itu masih asri dengan rindang pepohonan dan arus kali yang masih kencang. Bahkan, masih dapat dijumpai lebih dari 10 jeram di sana.
Mengarungi Kali Ciliwung memang bukan hal yang biasa karena aliran kali itu dikepung permukiman sehingga keindahannya pun tak tampak. Dengan perahu karet, Kompas menyusurinya dari perbatasan Jakarta dan Depok, Jawa Barat, pada 22 Agustus, sebagai bagian dari liputan Jakarta Kota Sungai.
Tepatnya dari Jalan Akses UI, Kecamatan Tugu, Depok, perjalanan menyusuri Kali Ciliwung dimulai hingga berakhir di Kanal Barat, dekat Stasiun Karet, Pejompongan, Jakarta Pusat. Lokasi tersebut dipilih karena memiliki akses yang memudahkan untuk menurunkan perahu karet.
Berdasarkan alat Global Positioning System, jarak yang ditempuh mulai dari titik awal hingga akhir di aliran Kanal Barat, Karet, Jakarta, tercatat sepanjang 41,5 kilometer.
Jika dirunut dari hulu di daerah Telaga Warna Cisarua, Kabupaten Bogor, Jawa Barat, hingga bermuara ke Teluk Jakarta, Kali Ciliwung memiliki panjang 109,7 kilometer. Kami hanya menyusuri Ciliwung dari Depok hingga Kanal Barat untuk mendapatkan gambaran mengenai kondisi sungai tersebut di Ibu Kota.
Dua perahu karet bermesin milik Balai Besar Wilayah Sungai Ciliwung Cisadane (BBWSCC) diturunkan di dekat jembatan Jalan Akses UI atau tepatnya di samping STIE Manajemen Bisnis Indonesia sekitar pukul 10.00. Setiap personel dibekali pelampung dan dayung.
Dayung diperlukan manakala perahu karet kandas karena mesin perahu membentur dasar sungai. Tak lupa, disarankan untuk memakai penutup kepala, baju berlengan panjang, dan membawa dry bag untuk menjaga alat elektronik tetap kering.
Dua perahu yang dinaiki 12 personel dari BBWSCC dan Kompas itu kemudian melaju perlahan. Setiap hal menarik diabadikan lewat kamera.
Pohon bertajuk lebat di kanan-kiri sungai mewarnai awal perjalanan. Meski air sungai berwarna kecoklatan, suasana Ciliwung di perbatasan Depok-Jakarta ini masih cukup asri. Sesekali terdengar bunyi cuitan burung dan terlihat beberapa ekor biawak melintas. Pemandangan sepanjang Kali Ciliwung yang masih asri menyejukkan mata yang setiap hari hanya memandangi gedung-gedung tinggi di Jakarta.
Keasrian bantaran Ciliwung masih terlihat mulai dari Depok, Lenteng Agung, Pasar Minggu, hingga Jembatan Kalibata dengan lebar sungai rata-rata 15 meter-20 meter. Meskipun demikian, masih ada sampah-sampah plastik yang teronggok di tepi-tepi sungai ataupun tersangkut di batang pohon besar.
Senyum ramah warga yang tinggal di pinggir Kali Ciliwung dan teriakan anak-anak yang gembira mengiringi perjalanan kami.
"Mari Pak, mari Bu. Numpang lewat," begitu yang sering kami ucapkan setiap kali menjumpai warga ataupun pemancing di tepi Kali Ciliwung. Atau teriakan anak-anak yang gembira melihat tontonan baru, "Emak, Emak, ke sini! Ada perahu di kali."
Ketika sedang asyik menikmati pemandangan, tiba-tiba terdengar suara rentetan tembakan. Di sepanjang aliran Kali Ciliwung khususnya kawasan sekitar Cijantung, Jakarta Timur, terdapat beberapa lapangan tembak yang digunakan untuk berlatih kesatuan-kesatuan TNI ataupun Polri.
Bagi orang yang belum terbiasa mendengar suara tembakan mungkin akan kaget, tetapi bagi warga sekitar bunyi tembakan itu sudah biasa. Bahkan, sejumlah pemancing tetap memancing dengan santai meski suara tembakan terdengar bersahut-sahutan.