Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

"Apa Spesialnya 'Kita Indonesia'? Semua Regulasinya Dilanggar"

Kompas.com - 05/12/2016, 21:19 WIB
Alsadad Rudi

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com - Para penggagas kegiatan car free day atau hari bebas kendaraan bermotor di Jalan Jendral Sudirman dan Jalan MH Thamrin menyatakan acara "Kita Indonesia" telah melanggar semua regulasi, tidak hanya yang terkait aturan bebas kegiatan politik, tapi juga pengendalian pencemaran.

Salah seorang penggagas CFD, Karya Ersada menyayangkan segala macam pelanggaran itu. Apalagi kondisi serupa ia sebut tidak pernah terjadi sebelumnya.

"Kementerian, Kepolisian mau nurutin ini (peraturan CFD) kok. Apa spesialnya 'Kita Indonesia'? Semua regulasinya dilanggar," kata Karya saat jumpa pers di Gedung Sarinah, Jakarta Pusat, Senin (5/12/2016).

Salah satu pelanggaran yang disoroti Karya adalah penggunaan genset untuk mendukung daya listrik acara di panggung. Karya menyatakan, saat digagas 14 tahun lalu, salah satu tujuan digelarnya CFD adalah pengendalian pencemaran. Karena itu, ia menyayangkan penggunaan genset saat berlangsungnya acara pada Minggu kemarin itu.

Karya bahkan menilai panitia "Kita Indonesia" tak memiliki itikad baik. Karena tak mematuhi semua kesepakatan yang dibuat.

"Siapapun yang mau partisipasi, PLN bisa suplai listrik. Tapi kalau listrik bayar, tidak gratis. Kami sudah sarankan (panitia agar) kontak PLN. Silahkan langsung bersurat. Tapi kesombongan dari panitianya tadi," ujar Karya.

Acara Kita Indonesia yang digelar pada Minggu (4/12/2016) terpantau dipenuhi atribut-atribut partai politik. Padahal pada Peraturan Gubernur Nomor 12 Tahun 2016 dinyatakan bahwa kegiatan politik tidak boleh digelar di CFD. (Baca: Aksi "Kita Indonesia" Disebut Bernuansa Politik, Ini Kata Panitia)

Selain itu, hal lain yang juga disoroti adalah sejumlah tindakan yang dinilai melanggar Peraturan Daerah Nomor 2 Tahun 2005 tentang Pengendalian Pencemaran Udara.

Indikatornya adalah penempatan panggung di Bundaran HI yang harusnya steril; penggunaan genset; penggunaan sound system melebihi standar saat CFD; pemblokiran busway; serta tidak adanya pengelolaan sampah dan pembiaran terhadap kerusakan taman.

Kompas TV Parade Kebudayaan "Kita Indonesia" di Bundaran HI
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Terkini Lainnya

Kaesang Pangarep Dipertimbangkan Golkar di Pilkada Jakarta, Anies Baswedan Masih 'Mungkin'

Kaesang Pangarep Dipertimbangkan Golkar di Pilkada Jakarta, Anies Baswedan Masih "Mungkin"

Megapolitan
Kemunculan Lawan Berat Setelah Anies Umumkan Maju Pilkada Jakarta, Ahmed Zaki: Sah-sah Saja...

Kemunculan Lawan Berat Setelah Anies Umumkan Maju Pilkada Jakarta, Ahmed Zaki: Sah-sah Saja...

Megapolitan
Wanita di Depok Mengaku Malaikat, Paksa Warga Beri Uang Rp 1 Juta Sambil Marah-marah

Wanita di Depok Mengaku Malaikat, Paksa Warga Beri Uang Rp 1 Juta Sambil Marah-marah

Megapolitan
Golkar Masih Tunggu Keputusan DPP Untuk Pilkada Jakarta 2024

Golkar Masih Tunggu Keputusan DPP Untuk Pilkada Jakarta 2024

Megapolitan
Pemkot Jakarta Pusat Lantik 97 Petugas Pemeriksa Kesehatan Hewan untuk Bertugas saat Idul Adha

Pemkot Jakarta Pusat Lantik 97 Petugas Pemeriksa Kesehatan Hewan untuk Bertugas saat Idul Adha

Megapolitan
Kebakaran Akibat Gas Bocor, Warga Bogor Alami Luka Bakar 30 Persen

Kebakaran Akibat Gas Bocor, Warga Bogor Alami Luka Bakar 30 Persen

Megapolitan
Klaster C Rusunawa Marunda yang Terbengkalai Direvitalisasi Tahun Ini

Klaster C Rusunawa Marunda yang Terbengkalai Direvitalisasi Tahun Ini

Megapolitan
Dianiaya Pacar Sampai Babak Belur, Korban: Ini Bukan Kali Pertama

Dianiaya Pacar Sampai Babak Belur, Korban: Ini Bukan Kali Pertama

Megapolitan
Korban Penganiayaan Pacar di Tangsel: Dia Minta Maaf dan Peluk Saya Setelah Ancam Membunuh

Korban Penganiayaan Pacar di Tangsel: Dia Minta Maaf dan Peluk Saya Setelah Ancam Membunuh

Megapolitan
Polda Metro Tangkap 59 Pelaku Judi “Online” Dari 23 Kasus Sepanjang 2020-2024

Polda Metro Tangkap 59 Pelaku Judi “Online” Dari 23 Kasus Sepanjang 2020-2024

Megapolitan
Fotografer yang Cekcok dengan Sekuriti GBK Sempat Dihubungi Orang yang Mengaku Atasan Para Pelaku

Fotografer yang Cekcok dengan Sekuriti GBK Sempat Dihubungi Orang yang Mengaku Atasan Para Pelaku

Megapolitan
Komisi X DPR Kunjungi Pemkot Bogor, Bahas Problem Kurangnya Jumlah Sekolah

Komisi X DPR Kunjungi Pemkot Bogor, Bahas Problem Kurangnya Jumlah Sekolah

Megapolitan
Selain Dianiaya, Wanita di Tangsel Mengaku Sempat Diancam Dibunuh Kekasihnya

Selain Dianiaya, Wanita di Tangsel Mengaku Sempat Diancam Dibunuh Kekasihnya

Megapolitan
Anies Dianggap Pragmatis jika Duet dengan Kaesang dalam Pilkada Jakarta

Anies Dianggap Pragmatis jika Duet dengan Kaesang dalam Pilkada Jakarta

Megapolitan
Emosi Sekuriti GBK, Cekcok dengan Fotografer hingga Nyaris Adu Jotos Berujung Dipindahtugaskan

Emosi Sekuriti GBK, Cekcok dengan Fotografer hingga Nyaris Adu Jotos Berujung Dipindahtugaskan

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com