Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

"Skytrain Mirip Banget Sama KRL, dari Segala Aspek"

Kompas.com - 15/08/2017, 15:32 WIB
Kontributor Amerika Serikat, Andri Donnal Putera

Penulis


TANGERANG, KOMPAS.com -
Beberapa pegawai Kementerian Perhubungan yang mencoba naik kereta tanpa awak atau skytrain di Terminal 3 Bandara Soekarno-Hatta, Selasa (15/8/2017), mengungkapkan kesannya ketika uji coba berlangsung.

Saat itu, para pegawai ikut serta dengan rombongan Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi yang hendak mengecek kesiapan operasional skytrain sebelum beroperasi penuh pada September 2017.

"Begini ternyata, enggak mewah-mewah banget," kata seorang pegawai perempuan dari Kementerian Perhubungan.

Menurut dia, kesan tidak mewah dikarenakan skytrain belum sepenuhnya beroperasi, terbatas untuk kepentingan uji coba biasa. Dia meyakini, setelah skytrain beroperasi nanti, petugas akan membuat semmua bagiannya lebih rapi dari sekarang.

Pegawai lainnya menyamakan pengalaman naik skytrain dengan kereta rel listrik (KRL). Pegawai laki-laki itu mengungkapkan kemiripan skytrain dengan KRL mulai dari bunyi unit kereta, kecepatan lajunya, dan saat gerbong mengerem untuk menghentikan perjalanan.

"Mirip banget ini sama KRL, dari segala aspek," ucap dia.

(baca: Mengintip Interior Gerbong "Skytrain" Bandara Soekarno-Hatta)

Kondisi satu trainset kereta tanpa awak atau skytrain yang diuji coba di Terminal 3 Bandara Soekarno-Hatta, Tangerang, Selasa (15/8/2017). Layanan skytrain direncanakan beroperasi penuh pada 17 September 2017 mendatang.KOMPAS.com / ANDRI DONNAL PUTERA Kondisi satu trainset kereta tanpa awak atau skytrain yang diuji coba di Terminal 3 Bandara Soekarno-Hatta, Tangerang, Selasa (15/8/2017). Layanan skytrain direncanakan beroperasi penuh pada 17 September 2017 mendatang.

Dari pantauan Kompas.com, di dalam skytrain, hanya tersedia sedikit tempat duduk memanjang di sisi kiri dan kanan gerbong. Ada total enam tempat duduk di dalam satu trainset, dengan empat tempat duduk prioritas di tiap sudut gerbong dan dua tempat duduk untuk umum.

Satu tempat duduk prioritas bisa memuat tiga penumpang, sedangkan satu tempat duduk umumnya muat untuk lima orang penumpang.

Desain gerbong yang minim tempat duduk memang dibuat sejak awal atas dasar agar pengguna jasa bandara lebih banyak berdiri dan tersedia ruang lebih untuk barang bawaan.

Terdapat pegangan tangan memanjang di tengah gerbong lalu beberapa tiang untuk pegangan tangan para penumpang. Di bagian atasnya, ada beberapa layar digital berukuran kecil untuk menampilkan informasi.

Dalam uji coba yang berlangsung siang tadi, skytrain hanya melaju 500 meter dari Terminal 3 sampai ke arah Terminal 2, lalu kembali lagi ke Terminal 3.

Saat skytrain dijalankan, kecepatannya kurang lebih 30 kilometer per jam dan masih dioperasikan oleh operator di dalam skytrain.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Terkini Lainnya

Pedagang Pigura di Bekasi Patok Harga Foto Prabowo-Gibran mulai Rp 150.000

Pedagang Pigura di Bekasi Patok Harga Foto Prabowo-Gibran mulai Rp 150.000

Megapolitan
Upaya PKS Lanjutkan Hegemoni Kemenangan 5 Periode Berturut-turut pada Pilkada Depok

Upaya PKS Lanjutkan Hegemoni Kemenangan 5 Periode Berturut-turut pada Pilkada Depok

Megapolitan
PKS Bakal Gaet Suara Anak Muda untuk Bisa Menang Lagi pada Pilkada Depok 2024

PKS Bakal Gaet Suara Anak Muda untuk Bisa Menang Lagi pada Pilkada Depok 2024

Megapolitan
Golkar: Elektabilitas Bukan Jadi Indikator Utama untuk Pilih Cagub DKI

Golkar: Elektabilitas Bukan Jadi Indikator Utama untuk Pilih Cagub DKI

Megapolitan
Polisi Periksa 13 Saksi dalam Kasus Anggota Polisi yang Tembak Kepalanya Sendiri

Polisi Periksa 13 Saksi dalam Kasus Anggota Polisi yang Tembak Kepalanya Sendiri

Megapolitan
Nestapa Agus, Tak Dapat Bantuan Pemerintah dan Hanya Andalkan Uang Rp 100.000 untuk Hidup Sebulan

Nestapa Agus, Tak Dapat Bantuan Pemerintah dan Hanya Andalkan Uang Rp 100.000 untuk Hidup Sebulan

Megapolitan
Ogah Bayar Rp 5.000, Preman di Jatinegara Rusak Gerobak Tukang Bubur

Ogah Bayar Rp 5.000, Preman di Jatinegara Rusak Gerobak Tukang Bubur

Megapolitan
Kapolres Jaksel: Brigadir RAT Diduga Bunuh Diri karena Ada Masalah Pribadi

Kapolres Jaksel: Brigadir RAT Diduga Bunuh Diri karena Ada Masalah Pribadi

Megapolitan
Polisi: Mobil Alphard yang Digunakan Brigadir RAT Saat Bunuh Diri Milik Kerabatnya

Polisi: Mobil Alphard yang Digunakan Brigadir RAT Saat Bunuh Diri Milik Kerabatnya

Megapolitan
Prakiraan Cuaca Jakarta Hari Ini Sabtu 27 April 2024, dan Besok: Siang ini Hujan Ringan

Prakiraan Cuaca Jakarta Hari Ini Sabtu 27 April 2024, dan Besok: Siang ini Hujan Ringan

Megapolitan
[POPULER JABODETABEK] Warga yang 'Numpang' KTP Jakarta Protes NIK-nya Dinonaktifkan | Polisi Sita Senpi dan Alat Seks dari Pria yang Cekoki Remaja hingga Tewas

[POPULER JABODETABEK] Warga yang "Numpang" KTP Jakarta Protes NIK-nya Dinonaktifkan | Polisi Sita Senpi dan Alat Seks dari Pria yang Cekoki Remaja hingga Tewas

Megapolitan
Harga Bawang Merah Melonjak, Pemprov DKI Bakal Gelar Pangan Murah

Harga Bawang Merah Melonjak, Pemprov DKI Bakal Gelar Pangan Murah

Megapolitan
Pemprov DKI Diminta Lindungi Pengusaha Warung Madura Terkait Adanya Permintaan Pembatasan Jam Operasional

Pemprov DKI Diminta Lindungi Pengusaha Warung Madura Terkait Adanya Permintaan Pembatasan Jam Operasional

Megapolitan
Kronologi Brigadir RAT Bunuh Diri Pakai Pistol di Dalam Alphard

Kronologi Brigadir RAT Bunuh Diri Pakai Pistol di Dalam Alphard

Megapolitan
Polisi Pastikan Kasus Dugaan Pemerasan Firli Bahuri Masih Terus Berjalan

Polisi Pastikan Kasus Dugaan Pemerasan Firli Bahuri Masih Terus Berjalan

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com