Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Soal Waktu Kerja "Pak Ogah", Polisi Tak Ikut Campur

Kompas.com - 24/08/2017, 19:52 WIB
Kontributor Amerika Serikat, Andri Donnal Putera

Penulis

TANGERANG, KOMPAS.com - Pihak kepolisian tidak menetapkan waktu kerja tertentu kepada sukarelawan pengatur lalu lintas atau "Pak Ogah" yang mereka latih selama sepekan terakhir ini.

Para "Pak Ogah" di wilayah hukum Polda Metro Jaya dilatih khusus oleh Satuan Lalu Lintas di Polres masing-masing kota dalam rangka membekali mereka untuk membantu kelancaran arus lalu lintas dan mengurai kepadatan kendaraan di Jabodetabek.

"Jadi di tiap wilayah, seperti di Tangsel, ada beberapa pos titik rawan kemacetan yang ada kelompok 'Pak Ogah' atau supeltas (sukarelawan pengatur lalu lintas) di sana. Untuk waktu kerjanya, diserahkan kepada masing-masing penanggung jawab pos, kami hanya sebatas mengawasi dan membina," kata Kepala Unit Pendidikan dan Rekayasa (Dikyasa) Satlantas Polres Tangerang Selatan Ajun Inspektur Satu Heri Sulistiono usai melatih "Pak Ogah" di halaman Polres Tangerang Selatan, Kamis (24/8/2017) petang.

(Baca juga: Tips dari Polisi untuk "Pak Ogah" Hadapi Pengendara yang Ngotot)

Menurut Heri, dari data yang telah dihimpun, ada empat sampai sepuluh supeltas di titik-titik kemacetan Kota Tangerang Selatan.

Harapannya, setelah dilatih ilmu dasar pengaturan lalu lintas, para supeltas ini dapat menjadi mitra kepolisian dalam mendukung kelancaran arus lalu lintas. Apalagi, menurut dia, selama ini polisi terkendala jumlah personel di lapangan.

"Jumlah kami kan belum memadai dan kami tidak stand by 24 jam terus, jadi keberadaan para supeltas akan sangat membantu kami," ujar Heri.

(Baca juga: "Pak Ogah" yang Dilatih Polisi Akan Diberi Atribut Pengatur Lalu Lintas)

Para supeltas ini dilatih 12 gerakan dasar aba-aba pengaturan lalu lintas. Sebanyak 12 gerakan dasar itu menggunakan kedua tangan mereka dengan arti dan makna masing-masing, seperti tangan lurus ke depan sebagai tanda berhenti atau tangan mengayun ke samping sebagai tanda jalan perlahan.

Selain itu, para supeltas dilatih cara baris-berbaris setiap kali mereka latihan. Pelajaran lain yang tidak kalah penting yakni penanganan pertama pada kecelakaan.

Kompas TV Biang Kemacetan, Juru Parkir Liar Ditahan Petugas Gabungan
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Terkini Lainnya

PKS-Golkar-Nasdem Masih Terbuka ke Parpol Lain untuk Berkoalisi di Pilkada Depok 2024

PKS-Golkar-Nasdem Masih Terbuka ke Parpol Lain untuk Berkoalisi di Pilkada Depok 2024

Megapolitan
Dukung Penertiban Jukir Liar, Pegawai Minimarket: Kadang Mereka Suka Resek!

Dukung Penertiban Jukir Liar, Pegawai Minimarket: Kadang Mereka Suka Resek!

Megapolitan
Diduga Mengantuk, Sopir Angkot di Bogor Tabrak Pengendara Sepeda Motor hingga Tewas

Diduga Mengantuk, Sopir Angkot di Bogor Tabrak Pengendara Sepeda Motor hingga Tewas

Megapolitan
Pengendara Motor Tewas Usai Ditabrak Angkot di Bogor

Pengendara Motor Tewas Usai Ditabrak Angkot di Bogor

Megapolitan
Soal Jakarta Tak Lagi Jadi Ibu Kota, Ahok : Harusnya Tidak Ada Pengangguran

Soal Jakarta Tak Lagi Jadi Ibu Kota, Ahok : Harusnya Tidak Ada Pengangguran

Megapolitan
Keterlibatan 3 Tersangka Baru Kasus Tewasnya Taruna STIP, dari Panggil Korban sampai 'Kompori' Tegar untuk Memukul

Keterlibatan 3 Tersangka Baru Kasus Tewasnya Taruna STIP, dari Panggil Korban sampai "Kompori" Tegar untuk Memukul

Megapolitan
Puncak Kasus DBD Terjadi April 2024, 57 Pasien Dirawat di RSUD Tamansari

Puncak Kasus DBD Terjadi April 2024, 57 Pasien Dirawat di RSUD Tamansari

Megapolitan
Ahok : Buat Tinggal di Jakarta, Gaji Ideal Warga Rp 5 Juta

Ahok : Buat Tinggal di Jakarta, Gaji Ideal Warga Rp 5 Juta

Megapolitan
Ahok: Saya Mendorong Siapa Pun yang Jadi Gubernur Jakarta Harus Serahkan Nomor HP Pribadi ke Warga

Ahok: Saya Mendorong Siapa Pun yang Jadi Gubernur Jakarta Harus Serahkan Nomor HP Pribadi ke Warga

Megapolitan
Susul PKS dan Golkar, Partai Nasdem Gabung Koalisi Usung Imam-Ririn di Pilkada Depok 2024

Susul PKS dan Golkar, Partai Nasdem Gabung Koalisi Usung Imam-Ririn di Pilkada Depok 2024

Megapolitan
Masih Ada 7 Anak Pasien DBD yang Dirawat di RSUD Tamansari

Masih Ada 7 Anak Pasien DBD yang Dirawat di RSUD Tamansari

Megapolitan
Viral Video Sekelompok Orang yang Diduga Gangster Serang Warga Bogor

Viral Video Sekelompok Orang yang Diduga Gangster Serang Warga Bogor

Megapolitan
PKS dan Golkar Berkoalisi, Dukung Imam Budi-Ririn Farabi Jadi Pasangan di Pilkada Depok

PKS dan Golkar Berkoalisi, Dukung Imam Budi-Ririn Farabi Jadi Pasangan di Pilkada Depok

Megapolitan
Cerita Pinta, Bangun Rumah Singgah demi Selamatkan Ratusan Anak Pejuang Kanker

Cerita Pinta, Bangun Rumah Singgah demi Selamatkan Ratusan Anak Pejuang Kanker

Megapolitan
Soal Jakarta Tak Lagi Jadi Ibu Kota, Ahok: Jangan Hanya Jadi Kota Besar, tapi Penduduknya Tidak Kenyang

Soal Jakarta Tak Lagi Jadi Ibu Kota, Ahok: Jangan Hanya Jadi Kota Besar, tapi Penduduknya Tidak Kenyang

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com