Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Permintaan Fantastis DPRD DKI Sempat Hambat Pengesahan APBD-P

Kompas.com - 03/10/2017, 07:30 WIB
Jessi Carina

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com - Pekan lalu, sidang paripurna pengesahan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Perubahan (APBD-P) DKI Jakarta 2017 tertunda. Padahal, ketika itu beberapa anggota DPRD DKI dan pejabat DKI sudah berdatangan ke ruang sidang. Makanan ringan pun sudah disiapkan untuk mereka yang mengikuti jalannya sidang paripurna.

Namun, sidang paripurna itu batal begitu saja tanpa alasan yang pasti.

Gubernur DKI Jakarta Djarot Saiful Hidayat kemudian mengungkapkan alasan mundurnya pengesahan APBD-P.

"Rencananya kemarin hari Jumat, (tapi) mundur karena belum sepakat soal hitung-hitungan di pergub tentang hak keuangan. Kami belum sepakat, saya enggak mau tanda tangan," kata Djarot di Lapangan IRTI Monumen Nasional, Jakarta Pusat, Senin (2/10/2017).

Djarot menyebut besar kenaikan tunjangan yang diminta anggota DPRD DKI Jakarta terlalu besar dan tidak rasional.

"Banyak sekali nilai yang saya anggap fantastis, tidak rasional," ujar Djarot.

Biaya dinas luar negeri

Salah satu yang diperdebatkan adalah anggaran biaya perjalanan ke luar negeri. Kata Djarot, anggota Dewan meminta agar biaya perjalanan ke luar negeri naik. Namun, Djarot kaget karena kenaikannya mencapai 3 kali lipat dari ketentuan yang dimiliki Kementerian Keuangan.

"Masa yang diminta itu tiga kali dari SK Menteri Keuangan? Tidak bisa, harus sama karena itu berlaku bagi ASN (aparatur sipil negara) dan non-ASN," kata Djarot.

Wakil Ketua DPRD DKI Jakarta Mohamad Taufik mencoba menjelaskan usulan anggota Dewan tentang biaya perjalanan dinas itu. Ia mengatakan, bukan usul naik tiga kali lipat tetapi meminta biaya perjalanan secara real cost.

"Enggak (minta kenaikan). Kan perjalanan itu ada dua, dalam negeri sama luar negeri. Perjalanan dinas luar negeri kami tadinya minta supaya real cost saja," ujar Taufik.

Biasanya, biaya perjalanan ke luar negeri anggota Dewan disesuaikan dengan pagu anggaran yang ada di pergub. Untuk negara-negara Eropa, anggota Dewan mendapatkan 400 dollar AS per hari untuk biaya hotel, makan, dan transport lokal. Padahal, kata Taufik, biaya hotel bisa mencapai 400 dollar AS per malam.

DPRD DKI usul agar biaya perjalanan ke luar negeri disesuaikan dengan tarif di negara tujuan. Biro Kerja Sama Daerah dan Kerjasama Luar Negeri DKI Jakarta bisa memeriksa tarif penginapan semalam dan membayarnya.

Namun, usulan itu tetap ditolak Djarot karena tidak sesuai dengan Peraturan Menteri Keuangan Nomor 97/PMK.05/2010. Setelah berdiskusi, akhirnya DPRD DKI sepakat untuk menggunakan ketentuan awal yaitu dengan pagu. Cara menyiasati biaya hotel adalah satu kamar diisi oleh dua orang anggota Dewan.

Setelah kesepakatan itu, Taufik meminta Pemerintah Provinsi DKI Jakarta merumuskan mekanisme pertanggungjawaban biaya perjalanan ke luar negeri. Sebab, meski satu kamar diisi dua atau tiga anggota Dewan, laporan pertanggungjawaban tetap dibuat oleh setiap anggota.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

TikToker Galihloss Akui Bikin Konten Penistaan Agama untuk Hiburan

TikToker Galihloss Akui Bikin Konten Penistaan Agama untuk Hiburan

Megapolitan
Polisi Sita Senpi dan Alat Bantu Seks dari Pria yang Cekoki Remaja hingga Tewas

Polisi Sita Senpi dan Alat Bantu Seks dari Pria yang Cekoki Remaja hingga Tewas

Megapolitan
Kebakaran Agen Gas dan Air di Cinere Depok, Empat Ruangan Hangus

Kebakaran Agen Gas dan Air di Cinere Depok, Empat Ruangan Hangus

Megapolitan
Polisi Tangkap Empat Pebisnis Judi 'Online' di Depok yang Jual Koin Slot lewat 'Live Streaming'

Polisi Tangkap Empat Pebisnis Judi "Online" di Depok yang Jual Koin Slot lewat "Live Streaming"

Megapolitan
Punya Penjaringan Sendiri, PDI-P Belum Jawab Ajakan PAN Usung Dedie Rachim di Pilkada Bogor

Punya Penjaringan Sendiri, PDI-P Belum Jawab Ajakan PAN Usung Dedie Rachim di Pilkada Bogor

Megapolitan
Begini Tampang Dua Pria yang Cekoki Remaja 16 Tahun Pakai Narkoba hingga Tewas

Begini Tampang Dua Pria yang Cekoki Remaja 16 Tahun Pakai Narkoba hingga Tewas

Megapolitan
Kelurahan di DKJ Dapat Kucuran Anggaran 5 Persen dari APBD, Sosialisasi Mulai Mei 2024

Kelurahan di DKJ Dapat Kucuran Anggaran 5 Persen dari APBD, Sosialisasi Mulai Mei 2024

Megapolitan
Diprotes Warga karena Penonaktifan NIK, Petugas: Banyak Program Pemprov DKI Tak Berjalan Mulus karena Tak Tertib

Diprotes Warga karena Penonaktifan NIK, Petugas: Banyak Program Pemprov DKI Tak Berjalan Mulus karena Tak Tertib

Megapolitan
Dua Rumah Kebakaran di Kalideres, Satu Orang Tewas

Dua Rumah Kebakaran di Kalideres, Satu Orang Tewas

Megapolitan
Curhat Pedagang Bawang Merah Kehilangan Pembeli Gara-gara Harga Naik Dua Kali Lipat

Curhat Pedagang Bawang Merah Kehilangan Pembeli Gara-gara Harga Naik Dua Kali Lipat

Megapolitan
PAN Ajak PDI-P Ikut Usung Dedie Rachim Jadi Calon Wali Kota Bogor

PAN Ajak PDI-P Ikut Usung Dedie Rachim Jadi Calon Wali Kota Bogor

Megapolitan
Kelakar Chandrika Chika Saat Dibawa ke BNN Lido: Mau ke Mal, Ada Cinta di Sana...

Kelakar Chandrika Chika Saat Dibawa ke BNN Lido: Mau ke Mal, Ada Cinta di Sana...

Megapolitan
Pemilik Toko Gas di Depok Tewas dalam Kebakaran, Saksi: Langsung Meledak, Enggak Tertolong Lagi

Pemilik Toko Gas di Depok Tewas dalam Kebakaran, Saksi: Langsung Meledak, Enggak Tertolong Lagi

Megapolitan
Sowan ke Markas PDI-P Kota Bogor, PAN Ajak Berkoalisi di Pilkada 2024

Sowan ke Markas PDI-P Kota Bogor, PAN Ajak Berkoalisi di Pilkada 2024

Megapolitan
Penjelasan Pemprov DKI Soal Anggaran Restorasi Rumah Dinas Gubernur DKI yang Capai Rp 22 Miliar

Penjelasan Pemprov DKI Soal Anggaran Restorasi Rumah Dinas Gubernur DKI yang Capai Rp 22 Miliar

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com