JAKARTA, KOMPAS.com - Dua proyektor analog pemutar film dengan format 35 mm dan 16 mm menyambut Kompas.com yang berkunjung ke sebuah ruangan berukuran 3x4 meter di samping ruangan bioskop Grand 1 di kawasan Senen, Jakarta Pusat.
Ruangan itu merupakan tempat tinggal Danny Mulyana, proyeksionis bioskop Mulia Agung. Adapun, dua pemutar film analog itu juga milik Danny.
Kompas.com berkesempatan menonton film Cintaku di Rumah Susun produksi tahun 1987 menggunakan proyektor analog tersebut. Kertas putih telah ditempel di tembok ruangan itu yang digunakan sebagai layar pemutar film.
Baca juga: Menyusuri Gedung Bioskop di Senen yang Gelap dan Mencekam..
Danny memutar film Cintaku di Rumah Susun dengan format 16 mm. Menurut Danny, ukuran layar pemutar film akan semakin besar jika letak layar tersebut berjauhan dengan proyektor pemutar film.
"Kalau proyektor diletakkan semakin jauh dari layar maka akan semakin besar gambarnya," ujar Danny saat ditemui Kompas.com, Kamis (13/3/2019).
Ia mengaku mempunyai puluhan film yang diputar menggunakan proyektor analog di kamarnya tersebut.
Sayangnya, saat ini hanya tersisa tiga film yang berjudul Jamila dan Sang Presiden, Benyamin Biang Kerok, dan Cintaku di Rumah Susun.
"Film-film lainnya sudah saya jual kepada kolektor film. Harga jualnya bervariasi sekitar Rp 300.000-Rp 400.000 per film," kata Danny.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.