JAKARTA, KOMPAS.com - Kepala Balai Besar Wilayah Sungai Ciliwung Cisadane (BBWSCC) Bambang Hidayah mengatakan, baru 45 persen aliran Sungai Ciliwung di wilayah DKI Jakarta yang dinormalisasi.
Bambang mengatakan, 16,38 kilometer panjang Sungai Ciliwung sudah dinormalisasi dari 2013 hingga 2017 yang menelan anggaran Rp 800 miliar.
"Jadi dari 33,69 kilometer yang ingin kita kerjakan (normalisasi), dari 2013 sampai 2017 baru 16 kilometer yang sudah dikerjakan. Jadi baru 45 persen," kata Bambang di Kantor BBWSCC, Jakarta Timur, Jumat (15/11/2019).
Baca juga: BBWSCC: 129 Kelurahan di Jakarta Rawan Banjir
Bambang menambahkan, butuh anggaran lebih dari Rp 1 Triliun untuk menormalisasi 33,69 kilometer Sungai Ciliwung.
Alotnya proses normalisasi disebabkan permasalahan pembebasan lahan.
Pada 2020, BBWSC akan kembali menormalisasi Sungai Ciliwung di wilayah Pejaten Timur sepanjan 1,5 kilometer.
"Hambatannya pembebasan lahan, tahun depan kita ada kegiatan normalisasi di Pejaten Timur itu 1,5 kilometer. Lahannya sudah bebas, sudah dibebaskan Pemprov DKI tahun 2018, kita kerjakan 2020," ujar Bambang.
Baca juga: Dampak Defisit Anggaran di DKI, Pembebasan Lahan Batal dan Normalisasi Ciliwung Berhenti
Lantaran baru 45 persen aliran Sungai Ciliwung wilayah DKI Jakarta yang dinormalisasi, memasuki musim hujan tahun 2019, sebanyak 28 kelurahan berpotensi terendam banjir.
Menurut data BBWSCC, ada sembilan aliran sungai yang dapat menyebabkan banjir di 129 kelurahan di wilayah DKI Jakarta.
Berikut Jumlah Daerah Potensi Rawan Banjir di DKI Jakarta :
1. Aliran Kali Angke: 6 Kelurahan
2. Aliran Kali Pesanggrahan: 21 Kelurahan
3. Aliran Kali Krukut: 12 Kelurahan
4. Aliran Kali Ciliwung: 28 Kelurahan
5. Aliran Kanal Banjir Barat: 10 Kelurahan