Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Camat Pulogadung: Rencana Relokasi Pedagang Pisang Sudah Disosialisasi Sejak 2017

Kompas.com - 24/11/2019, 18:15 WIB
Dean Pahrevi,
Egidius Patnistik

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Rencana penertiban lapak pedagang pisang di Jalan Raya Pisangan Lama, Kelurahan Pisangan Timur, Kecamatan Pulogadung, Jakarta Timur yang terkena proyek pembangunan double-double Track (DDT) kereta api menuai keluhan para pedagang pisang.

Para pedagang mengaku hanya diberi waktu dari tanggal 18 November ini hingga akhir bulan untuk mengosongkon lapak. Mereka menyatakan, waktu yang diberikan sangat mepet dan tidak cukup untuk mencari tempat lain atau memindahkan dagangannya.

Pemerintah Kota Jakarta Timur memang menawarkan tempat berdagang baru, yakni di Pasar Klender. Namun, para pedagang menolak hal itu karena di sana dinilai sepi pengunjung dan mereka khawatir kehilangan pelanggan.

Baca juga: Pedagang Pisang di Pisangan Lama Tolak Relokasi ke Pasar Klender

Benarkah pemberitahuan tentang relokasi sangat mepet?

Camat Pulogadung, Bambang Pangestu mengatakan, tanah yang menjadi lokasi lapak para pedagang milik Kementerian Perhubungan. Saat proyek DDT dimulai tahun 2015, para pedagang masih diberikan kesempatan untuk berjualan di sana.

Tahun 2017, pemerintah kota telah sosialisasikan kepada para pedagang agar segera mengosongkan tempat itu. Sebab, proyek DDT akan melewati tempat para pedagang pisang itu.

"Tahun 2017, kami pernah sosialisasi lagi dan putusannya mereka direlokasi ke Pasar Klender. Mereka merasa keberatan karena sepi, ya kami bertahap," kata Bambang saat dikonfirmasi Kompas.com, Minggu (24/11/2019).

Karena itu, Bambang membantah pihaknya memberikan waktu yang mepet bagi pedagang untuk mengosongkan lapak.

Baca juga: Digusur karena Ada Proyek DDT, Pedagang Pisang di Pisangan Lama Keluhkan Waktu untuk Relokasi yang Mepet

Menurut dia, pemerintah sudah memberikan waktu dari 2017. Mereka juga ditawarkan tempat baru, yaitu Pasar Klender.

"Dari 2017 sudah kami ingatkan, dari 2015 malah, proyek DDT malah sudah dimulai," ujar Bambang.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Harga Bawang Merah Melonjak, Pemprov DKI Bakal Gelar Pangan Murah

Harga Bawang Merah Melonjak, Pemprov DKI Bakal Gelar Pangan Murah

Megapolitan
Pemprov DKI Diminta Lindungi Pengusaha Warung Madura Terkait Adanya Permintaan Pembatasan Jam Operasional

Pemprov DKI Diminta Lindungi Pengusaha Warung Madura Terkait Adanya Permintaan Pembatasan Jam Operasional

Megapolitan
Kronologi Brigadir RAT Bunuh Diri Pakai Pistol di Dalam Alphard

Kronologi Brigadir RAT Bunuh Diri Pakai Pistol di Dalam Alphard

Megapolitan
Polisi Pastikan Kasus Dugaan Pemerasan Firli Bahuri Masih Terus Berjalan

Polisi Pastikan Kasus Dugaan Pemerasan Firli Bahuri Masih Terus Berjalan

Megapolitan
Brigadir RAT Diduga Pakai Pistol HS-9 untuk Akhiri Hidupnya di Dalam Mobil

Brigadir RAT Diduga Pakai Pistol HS-9 untuk Akhiri Hidupnya di Dalam Mobil

Megapolitan
Korban: Guling yang Dicuri Maling Peninggalan Almarhum Ayah Saya

Korban: Guling yang Dicuri Maling Peninggalan Almarhum Ayah Saya

Megapolitan
Guling yang Dicuri Maling di Cinere Usianya Sudah Belasan Tahun

Guling yang Dicuri Maling di Cinere Usianya Sudah Belasan Tahun

Megapolitan
Khawatir Rumahnya Diambil Pemerintah, Banyak Warga Tanah Tinggi Tak Ikut Program 'Bebenah Kampung'

Khawatir Rumahnya Diambil Pemerintah, Banyak Warga Tanah Tinggi Tak Ikut Program "Bebenah Kampung"

Megapolitan
Anggota Polresta Manado Tembak Kepalanya Pakai Senpi, Peluru Tembus dari Pelipis Kanan ke Kiri

Anggota Polresta Manado Tembak Kepalanya Pakai Senpi, Peluru Tembus dari Pelipis Kanan ke Kiri

Megapolitan
Maling Guling Beraksi di Cinere, Korban: Lucu, Kenapa Enggak Sekalian Kasurnya!

Maling Guling Beraksi di Cinere, Korban: Lucu, Kenapa Enggak Sekalian Kasurnya!

Megapolitan
Kronologi Pengendara Moge Tewas Terlindas Truk Trailer di Plumpang

Kronologi Pengendara Moge Tewas Terlindas Truk Trailer di Plumpang

Megapolitan
Mayat Bayi di Tanah Abang, Diduga Dibuang Ayah Kandungnya

Mayat Bayi di Tanah Abang, Diduga Dibuang Ayah Kandungnya

Megapolitan
2 Pria Rampok Taksi 'Online' di Kembangan untuk Bayar Pinjol

2 Pria Rampok Taksi "Online" di Kembangan untuk Bayar Pinjol

Megapolitan
Heru Budi: Jakarta Bisa Benahi Tata Kota jika Pemerintahan Pindah ke IKN

Heru Budi: Jakarta Bisa Benahi Tata Kota jika Pemerintahan Pindah ke IKN

Megapolitan
Polda Metro Jadwalkan Pemeriksaan Pendeta Gilbert Lumoindong Terkait Dugaan Penistaan Agama

Polda Metro Jadwalkan Pemeriksaan Pendeta Gilbert Lumoindong Terkait Dugaan Penistaan Agama

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com